Mengunjungi Desa Amdui di Raja Ampat yang Kini Dialiri Listrik PLTS

21 Agustus 2017 18:15 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Suara tabuhan pada Tifa --alat musik khas Papua-- dan seruling, terdengar mengalun nyaring saat kapal yang kami naiki mulai merapat di dermaga kecil Desa Amdui, Kecamatan Betanta Selatan, Kabupaten Raja Ampat, Provinsi Papua Barat.
ADVERTISEMENT
Puluhan warga bersorak-sorai mengikuti alunan musik, termasuk para mamak yang riang menari-nari khas upacara penyambutan warga di Papua. Mereka rupanya sudah menunggu kami sejak lama di tepi dermaga.
"Selamat datang," sapa seorang bapak kepada kami rombongan dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.
Desa Amdui berada di Kepulauan Raja Ampat. Dapat ditempuh sekitar 1,5 jam perjalanan laut dari pelabuhan Kota Sorong, Papua Barat. Seperti kebanyakan warga di Raja Ampat, warga di Amdui mayoritas nelayan dan bertani.
Sambutan warga Desa Amdui (Foto: Muhammad Iqbal/kumparan)
Sambil diarahkan berjalan memasuki desa, tifa itu makin keras ditabuh dan warga yang berkumpul makin ramai mengikuti langkah kami yang berjalan menuju lokasi Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS).
Lalu setelah sekitar 10 menit menari-nari sepanjang jalanan desa, tibalah kami di bangunan PLTS yang kini menjadi kebanggaan masyarakat Amdui. Ya, jajaran panel surya yang berdiri itu menjadi sumber tenaga listrik bagi 108 rumah termasuk fasilitas umum di Desa Amdui.
ADVERTISEMENT
"PLTS ini dikerjakan sekitar 2,5 bulan, sudah mulai menyala bulan lalu," ucap warga sekitar yang kini jadi operator PLTS, Septinus Korano, Minggu (20/8).
PLTS di Desa Amdui (Foto: Muhammad Iqbal/kumparan)
PLTS dibangun oleh Kementerian ESDM lewat PT Inti sebagai pemegang proyek. Tenaga surya yang dihasilkan sebesar 30 kWp untuk sekitar 130 KK di 108 rumah, dengan masing-masing rumah mendapat 600 watt perhari.
Selain Septinus, ada 5 warga desa lain yang menjadi operator PLTS yang dipimpin warga bernama David. Mereka sudah diberi pelatihan saat pembangunan PLTS dimulai. "Masyarakat bantu kerja sampai pasang jaringan. Hanya 2,5 bulan selesai," ucap David.
Sambutan warga Desa Amdui (Foto: Muhammad Iqbal/kumparan)
Sore menjelang malam di tengah peninjauan yang semarak itu, kami lalu berkumpul di bangunan semacam balai warga untuk acara seremoni hadirnya PLTS dari Kementerian ESDM di Desa Amdui.
ADVERTISEMENT
Hadir di acara itu Kasubdit Pengawasan Pembangunan Infrastruktur Ditjen Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi, L.N. Puspa Dewi, Kepala Biro Komunikasi, Layanan, Informasi Publik dan Kerja Sama (KLIK) Kementerian ESDM, Dadan Kusdiana, dan Deputi Strategic Business Unit Smart Energy, PT Inti, Made Gelgel.
"Kami dengar dari 27 Juli sudah menyala. Kami ingin menyampaikan salam dari menteri kami (Ignasius Jonan). Kami ingin merayakan kemerdekaan di sini," ucap Dadan Kusdiana.
Pertemuan di Balai Desa Amdui (Foto: Muhammad Iqbal/kumparan)
Dadan bercerita, permohonan pembangunan PLTS ini sudah sejak tahun 2014. Saat itu Kementerian ESDM menerima proposal dari Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Kabupaten Raja Ampat. Lalu diproses dan akhirnya tahun ini bisa dibangun.
"Kita proses karena yang kirim surat banyak, kami mohon maaf baru sekarang," lanjut Dadan.
PLTS di Desa Amdui (Foto: Muhammad Iqbal/kumparan)
Adalah Kilion Manggara (63 tahun), warga yang mungkin tak berlebihan disebut sebagai pahlawan listrik bagi warga Desa Amdui. Dalam pertemuan di balai desa itu, Kilion bicara lugas bahwa kehadiran listrik bukan tiba-tiba, tapi ada perannya sejak lama.
ADVERTISEMENT
Cerita berawal pada tahun 2014 saat Kilion sedang berada di desa sebelah, bernama Arefu, yang masih satu pulau dengan Desa Amdui. Pensiunan guru SD itu heran desa sebelah punya PLTS untuk listrik, sementara desanya masih mengandalkan genset dan lampu tempel atau disebut pelita.
"Saya ketemu PLTS di Arefu, ketemu bapak namanya Almas. Saya tanya, kenapa kampung di sini dapat penerangan sebelah tidak," kata Kilion bercerita di hadapan warga.
Warga Amdui, Kilion Manggara (Foto: Muhammad Iqbal/kumparan)
Dia lalu disarankan untuk membuat surat permohonan ke dinas energi Kabupaten Raja Ampat agar dibangun PLTS di kampungnya. Lalu surat-surat permohonan diurus, termasuk dimintakan pendapat dari Kepala Desa.
“6 Februari 2014, itu surat saya teken sendiri. Saya datangi Bapak Kepala Kampung pukul 19.00 WIB malam. Saya katakan saya prihatin punya masyarakat gelap terus,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Ada 5 proposal permohonan yang dibuat yaitu untuk Kepala Desa, Dinas Energi di Kabupaten, Provinsi, Kementerian ESDM dan satu untuk saudaranya di Desa Arefu.
Lama tak ada kabar, akhirnya 2017 perwakilan Kementerian ESDM datang ke Desa Amdui dan dimulailah pembangunan infrastruktur untuk PLTS. Lokasi pembangunan itu rupanya tanah milik Kilion.
“Saya punya pohon kelapa tumbang, sagu tumbang, demi masyarakat. Makanya kalian sekolah,” tuturnya disambut tepuk tangan warga.
Pertemuan di Balai Desa Amdui (Foto: Muhammad Iqbal/kumparan)
Malam itu usai sambutan, warga mensyukuri hadirnya PLTS dengan makan bersama dengan perwakilan Kementerian ESDM, lalu diisi dengan permainan bagi anak-anak desa.
Pertemuan lalu ditutup dengan menyanyikan bersama lagu 'Hari Merdeka' yang diikuti para orang tua, remaja, dan anak-anak Desa Amdui.
ADVERTISEMENT
Tujuh belas Agustus tahun empat lima
Itulah hari kemerdekaan kita
Hari merdeka nusa dan bangsa
Hari lahirnya bangsa Indonesia
Merdeka
Sekali merdeka tetap merdeka
Selama hayat masih di kandung badan
Kita tetap setia tetap sedia
Mempertahankan Indonesia
Kita tetap setia tetap sedia
Membela negara kita.