Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.1
Muhammadiyah Tetapkan Ramadhan 27 Mei, Pemerintah Tunggu Sidang Isbat
27 April 2017 8:57 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:18 WIB
ADVERTISEMENT
Umat Islam di Indonesia bersiap menyambut bulan suci Ramadhan tahun 2017. Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah sudah menetapkan awal ibadah puasa itu akan jatuh pada tanggal 27 Mei 2017. Bagaimana dengan pemerintah?
ADVERTISEMENT
Dalam Maklumat Nomor 01/MLM/1.0/E/2017, PP Muhammadiyah mengumumkan awal Ramadhan, Syawal dan Zulhijjah 1438 Hijriah, berdasarkan hasil hisab hakiki wujudul hilal yang dipedomani Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah.
"1 Ramadhan 1438 H jatuh pada hari Sabtu Pahing, 27 Mei 2017 M," bunyi maklumat tersebut, dikutip Kamis (27/4).
Demikian juga untuk 1 Syawal yang menandakan berakhirnya ibadah puasa dan awal lebaran, Muhammadiyah sudah menetapkan jatuh pada tanggal 25 Juni 2017 M.
Keputusan Muhammadiyah itu didasarkan pada metode hisab, yaitu penghitungan secara matematis dan astronomis untuk menentukan posisi bulan dalam menentukan dimulainya awal bulan pada kalender Hijriyah.
Sementara itu, pemerintah melalui Kementerian Agama belum menentukan awal Ramadan tahun 2017. Pemerintah sebagaimana kebiasaan, akan menggelar sidang isbat untuk menetapkan awal Ramadan.
ADVERTISEMENT
"Pemerintah akan menunggu diselenggarakannya sidang isbat," ucap Humas Kemenag, Rosidin, saat dikonfirmasi kumparan (kumparan.com), Kamis (27/4).
Rosidin belum bisa memastikan tanggal penyelenggaraan sidang isbat itu. Namun formatnya kemungkinan akan sama seperti pada tahun sebelumnya. Yaitu digelar terbuka pada tahap awal paparan hilal, lalu sidang penentuan digelar tertutup, dan terakhir hasil sidang diumumkan terbuka.
"Belum ada gambaran sidang isbatnya kapan," ujarnya.
Berbeda dengan Muhammadiyah yang menentukan secara matematis dan astronomis, pemerintah menggunakan metode rukyat. Yaitu penentuan awal bulan secara manual dengan mengamati visibilitas hilal, yakni penampakan bulan sabit yang nampak pertama kali setelah terjadinya ijtimak (konjungsi). Rukyat dapat dilakukan dengan mata telanjang atau teleskop.
"Pemerintah menghormati hasil hisab Muhammadiyah. Kalau ada perbedaan, ya umat Islam sudah biasa," ucap Rosidin.
ADVERTISEMENT
Baca juga: