Penjelasan Anies soal Kata 'Pribumi' dalam Pidato di Balai Kota DKI

17 Oktober 2017 11:21 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:14 WIB
Sertijab Anies Sandi di Balai Kota (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Sertijab Anies Sandi di Balai Kota (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
ADVERTISEMENT
Pidato kemenangan Anies Baswedan di Balai Kota, Jakarta, semalam menuai sorotan. Anies menggunakan istilah pribumi yang bagi sebagian dianggap tidak tepat. Anies lalu menjelaskan makna dari kata pribumi tersebut.
ADVERTISEMENT
"Istilah itu digunakan untuk konteks pada saat era penjajahan, karena saya menulisnya juga pada era penjajahan dulu. Karena Jakarta ini kota yang paling merasakan," ucap Anies usai pertemuan dengan SKPD di Balai Kota, Jakarta, Selasa (17/10).
Anies mengatakan, saat era penjajahan dulu, kota-kota lain di Indonesia tidak merasakan penjajahan Belanda sedekat warga Jakarta. "Yang lihat Belanda jarak dekat siapa? Orang Jakarta. Coba kita di pelosok-pelosok Indonesia, tahu ada Belanda tapi lihat depan mata? Enggak, yang lihat depan mata itu kita, hanya ada di kota Jakarta ini," paparnya.
Anies enggan menanggapi soal adanya Instruksi Presiden Nomor 26 Tahun 1998 tentang Menghentikan Penggunaan Istilah Pribumi dan Non Pribumi yang diterbitkan Presiden ke-3 BJ Habibie. Anies hanya menegaskan bahwa konteksnya adalah era kolonial.
ADVERTISEMENT
"Pokoknya itu digunakan menjelaskan era kolonial Belanda, dan itu memang kalimatnya itu kan pelintiran satu dua website tuh, sekarang udah dikoreksi ya," tegas mantan Mendikbud itu.
Anies juga kemudian mengomentari pemberitaan media perihal pidato yang menyinggung kata pribumi itu.
"Saya ingin sampaikan kumparan buat jadi contoh tuh, kumparan adalah berita online pertama yang mengoreksi isinya, dan saya harap yang lain mengoreksi juga isinya bagaimana contohnya kumparan tadi. Saya syukur-syukur diberi kabar sudah dikoreksi, jadi Anda baca teksnya itu bicara era kolonial Belanda, cukup," tutup Anies.