Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Survei: 63,3% Pendukung Agus Pindah ke Anies
7 Maret 2017 16:33 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:18 WIB
ADVERTISEMENT
Selain merilis elektabilitas pasangan calon, Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA, juga mengukur perpindahan suara pendukung Agus-Sylvi yang lebih banyak mendukung Anies-Sandi di putaran dua.
ADVERTISEMENT
"Suara Agus-Sylvi mayoritas mendukung Anies-Sandi yakni 63 persen," ucap Peneliti LSI Adjie Alfaraby dalam paparan survei di Jakarta Timur, Selasa (7/3).
LSI Denny JA menghitung perpindahan suara Agus-Sylvi itu berdasarkan data survei yang digelar 27 Februari-3 Maret 2017, bukan angka perolehan suara Agus-Sylvi menurut keputusan KPU DKI.
Metode sampling survei menggunakan multistage random sampling melalui wawancara tatap muka dengan 400 responden di DKI Jakarta. Margin of error survei 4,8 persen.
Secara rinci, dalam survei itu, yang mendukung Agus-Sylvi ada 14,65 persen, Ahok-Djarot 36,90 persen, Anies-Sandi 34,34 persen, dan belum menjawab 14,11 persen. Dari suara Agus itu, yang menyatakan mendukung Anies-Sandi 63,3 persen dan Ahok-Djarot 12,3 persen, sisanya tak menjawab.
Ada 5 alasan yang membuat mayoritas pendukung Agus-Sylvi mengalihkan suara ke Anies-Sandi:
ADVERTISEMENT
1. Mayoritas pemilih Agus-Sylvi menilai Ahok melakukan penistaan agama, yaitu 93,20 persen.
2. Mayoritas pendukung Agus-Sylvi pada putaran pertama ingin Jakarta punya gubernur baru, yaitu 91,80 persen.
3. Mayoritas pendukung Agus-Sylvi adalah mereka yang tak rela Jakarta dipimpin oleh gubernur tersangka, yaitu 86,40 persen.
4. Demografi pemilih Agus-Sylvi mirip dengan demografi pemilih Anies-Sandi.
5. Ada sejumlah karakter Ahok yang sulit diterima pemilih Agus-Sylvi, yaitu dari kelas menengah ke bawah, yaitu menista agama (47,2 persen), sering berucap kasar (28,9 persen), kurang empati pada masyarakat kecil (10,5 persen), kurang menghormati hak berekspresi rakyat (1,9 persen).