Konten dari Pengguna

“Hoyak Endong” di Sentak Art Festival

Mhd Irfan
Penulis Konten
27 Februari 2019 15:15 WIB
clock
Diperbarui 21 Maret 2019 0:03 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Mhd Irfan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pola legaran randai sebagai simbol satu kesatuan dalam bermasyarakat.
zoom-in-whitePerbesar
Pola legaran randai sebagai simbol satu kesatuan dalam bermasyarakat.
Sentak Art Festival (SAF) berlangsung sangat meriah dengan antusias masyarakat terhadap kesenian. Acara berlangsung di Medan Nan Bapaneh Balai Mudiak, Jorong Koto Tuo, Nagari Balai Gurah, Kecamatan IV Angkek Kabupaten Agam, Sabtu (23/2).
ADVERTISEMENT
Beragam pertunjukan yang ditampilkan dari beberapa sanggar atau kelompok kesenian yang ikut serta dalam memeriahkan SAF. Sebuah upaya memulangkan kesenian kepada masyarakat. Salah satunya pertunjukan “Hoyak Endong” oleh Bengkel Seni Tradisional Minangkabau (BSTM).
BSTM merupakan salah satu Unit Kegiatan Mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas Padang, juga merupakan rumah bagi Fandi Pratama selaku ketua pelaksana SAF. Aksi pertunjukan BSTM disambut hangat oleh tepuk tangan yang meriah masyarakat serta para tamu yang hadir mengerubungi SAF.
Pertunjukan BSTM kali ini berakar dari isu sosial. Mengangkat cerita tentang perbedaan cara pandang yang tidak seharusnya menjadi pemicu perselisihan, tetapi perbedaan cara pandang setiap kelompok masyarakat dapat dipersatukan, salah satunya melalui kesenian.
BSTM memakai pola legaran randai, pola lantai, serta hoyak endong yang dimainkan bertingkah-tingkah. Memecah satu kelompok menjadi empat kelompok yang saling sahut-menyahut hoyak endong, menandakan perselisihan yang terjadi di suatu daerah yang sama. Setelah konflik itu berlangsung, datanglah kelompok lain sebagai penengah dari perselisihan kelompok tersebut dengan hoyak endong bersamaan sebagai simbol kesatuan.
ADVERTISEMENT
Aksi panggung BSTM yang sangat memukau bukan hanya sekedar menghibur penonton, akan tetapi membawa penonton bercermin ke dalam diri mereka masing-masing terhadap perselisihan yang sering terjadi di lingkungan sekitar mereka. (muhamad irfan)