Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
PENDIDIKAN KARAKTER KOMPREHENSIF WUJUDKAN SEKOLAH AMAN DAN NYAMAN
19 April 2018 3:01 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:09 WIB
Tulisan dari Muhamad Ngafifi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pendidikan merupakan aspek kehidupan fundamental bagi pembangunan nasional, investasi masa depan bangsa serta indikator kemajuan suatu negara. Proses pendidikan yang baik tidak hanya menekankan pada masalah akademik saja, pendidikan tentang kewajiban warga negara dan nilai-nilai serta sifat-sifat yang dianggap baik secara keseluruhan juga perlu ditekankan. Di Indonesia, pendidikan juga harus dapat menyiapkan peserta didik untuk dapat mengarahkan diri memperoleh bekal untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Oleh karena itu, penyelenggaraan pendidikan harus dikelola dengan baik sehingga menghasilkan generasi penerus bangsa yang berkarakter, cerdas, bermartabat dan memiliki daya saing global. Tujuan tersebut dapat terwujud apabila setiap sekolah di semua jenjang pendidikan memiliki manajemen pengelolaan dan budaya yang terinternalisasi sehingga mampu menghasilkan output yang memiliki karakter kuat dan tangguh.
ADVERTISEMENT
Era globalisasi yang ditandai dengan semakin meningkatnya kemajuan teknologi terutama di bidang informasi dan komunikasi telah menyebabkan terjadinya perubahan sosial budaya pada masyarakat. Penguasaan teknologi menjadi prestise bagi masyarakat modern. Masyarakat dikatakan maju jika memiliki tingkat penguasaan teknologi tinggi (high technology) sedangkan masyarakat yang tidak bisa beradaptasi dengan kemajuan teknologi sering disebut sebagai masyarakat gagal (failed society). Bagi masyarakat di negara maju, kemajuan teknologi dengan mudah diterima dan dimanfaatkan untuk mempermudah hidupnya. Namun sebagian masyarakat di negara berkembang seperti halnya di Indonesia nampaknya belum siap menerima kemajuan teknologi sehingga sering terjadi guncangan budaya (cultural shock).
Arus informasi yang cepat dan tidak diiringi dengan kesiapan masyarakat telah mengikis nilai-nilai budaya dan karakter bangsa sehingga masyarakat kehilangan arah dan tujuan. Budaya dan karakter bangsa Indonesia yang ramah, gotong-royong, menghargai keberagaman (plural) dan peduli digantikan dengan pragmatisme, sekulerisme, radikalisme, individualisme, dan etnosentrisme. Hal itu menjadi bukti sekaligus pertanda terjadinya dekadensi moral. Kita tidak boleh hanya mengkambinghitamkan teknologi karena kita juga membutuhkannya. Tetapi kita harus mencari pendekatan yang cocok untuk diterapkan guna menyelamatkan anak-anak bangsa dari dekadensi dan degradasi moral.
ADVERTISEMENT
Pada masa reformasi sekarang ini keinginan membangun karakter bangsa terus berkobar bersamaan dengan munculnya euforia politik sebagai dialektika runtuhnya rezim orde baru. Keinginan menjadi bangsa yang demokratis, bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN), menghargai dan taat hukum merupakan beberapa karakter bangsa yang diinginkan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Namun, kenyataan yang ada justru menunjukkan fenomena yang sebaliknya. Konflik horizontal dan vertikal yang ditandai dengan kekerasan dan kerusuhan muncul di mana-mana, diiringi mengentalnya semangat kedaerahan dan primordialisme yang bisa mengancam integrasi bangsa. Praktik korupsi, kolusi dan nepotisme tidak semakin surut malahan semakin berkembang. Demokrasi penuh etika yang didambakan berubah menjadi demokrasi yang kebablasan dan menjurus pada anarkisme. Kesantuan sosial dan politik semakin memudar pada berbagai tataran kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Kecerdasan kehidupan bangsa yang dimanatkan para pendiri negara semakin tidak tampak, semuanya itu menunjukkan lunturnya nilai-nilai luhur bangsa.
ADVERTISEMENT
Permasalahan pembangunan karakter yang begitu kompleks tidak dapat diselesaikan dengan menggunakan pendekatan secara parsial/tunggal namun harus menggunakan pendekatan yang holistik yaitu pendekatan komprehensif. Melalui pendekatan komprehensif dalam pembangunan karakter di sekolah diharapkan dapat menguatkan peran sekolah sebagai agent of change dan media sosialisasi utama dalam pembentukan karakter bagi generasi penerus bangsa setelah keluarga. Dengan demikian, sekolah menjadi tempat yang aman dan nyaman bagi peserta didik sekaligus menjadi tumpuan untuk meraih masa depan menjadi manusia Indonesia yang berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan beradab berdasarkan Pancasila.
Implementasi pendidikan karakter komprehensif di Sekolah terdiri atas 4 metode yaitu inkulkasi (inculcation), keteladanan (modeling), fasilitasi (facilitation), dan pengembangan keterampilan (skill building) dilakukan secara berkesinambungan sebagai sebuah sistem yang utuh dan menyeluruh. Hal tersebut tentu saja melibatkan peran seluruh elemen sekolah dari kepala sekolah, guru, komite, orang tua dan peserta didik.
ADVERTISEMENT
Metode inkulkasi atau penanaman nilai-nilai karakter dilakukan oleh sekolah dengan membuat buku tata tertib dan kepribadian. Buku tersebut memuat seluruh aturan tata tertib dan budaya sekolah yang berlaku di sekolah termasuk bentuk reward (penghargaan) dan punishment (hukuman) bagi peserta didik yang dikemas secara proporsional. Sebelum disahkan, buku tata tertib dan kepribadian yang dibuat oleh sekolah terlebih dahulu dikonsultasikan kepada komite sekolah kemudian disosialisasikan pada rapat pleno dengan orang tua. Buku tersebut dijadikan sebagai acuan atau pedoman dalam pembinaan pribadi peserta didik, pemberian penghargaan bagi peserta didik berprestasi, dan sebagai kriteria penilaian akhlaq serta kepribadian peserta didik. Dengan demikian buku tata tertib dan kepribadian menjadi kesepakatan bersama antara pihak sekolah bersama komite, orang tua dan peserta didik untuk mematuhi aturan dan budaya sekolah.
ADVERTISEMENT
Penerapan Inkulkasi nilai-nilai moral/karakter juga dilakukan melalui pembiasaan atau habituasi sebagai bagian dari budaya karakter di sekolah. Kegiatan pembiasaan tersebut antara lain:
ADVERTISEMENT
Metode keteladanan (modeling) di sekolah yaitu dengan memberikan contoh yang baik kepada peserta didik dalam bertutur kata, sikap, dan tindakan sehingga peserta didik termotivasi serta meniru perilaku yang dilakukan oleh gurunya. Keteladanan yang diberikan oleh Kepala Sekolah dan guru antara lain: datang ke sekolah lebih awal sebagai cermin kedisplinan, memberikan excellent service kepada peserta didik dengan menyalami mereka di depan pintu gerbang sekolah, mengajar tepat waktu dan berkomunikasi serta menjalin hubungan baik dengan peserta didik. Guru juga selalu berusaha untuk “mengajar dan mendidik dengan hati” sehingga peserta didik tidak sungkan untuk bertanya, bercerita, berkeluh kesah dengan gurunya. Cara mendidik peserta didik dengan hati akan membuat suasana kekeluargaan di sekolah penuh keakraban sehingga sekolah terasa aman dan nyaman. Hubungan Komite sekolah, kepala sekolah, guru, dan peserta didik terjalin dengan baik karena merasa memiliki kedekatan emosional. Rasa “handarbeni’ atau rasa memiliki terhadap sekolah juga harus tertanam kuat pada seluruh elemen yang ada di sekolah. Pada berbagai kegiatan guru dan peserta didik berbaur dan saling bahu-membahu untuk menjadikan sekolah lebih maju dan lebih nyaman. Guru juga memiliki kepedulian yang tinggi kepada peserta didiknya. Hal tersebut ditunjukkan antara lain ketika ada salah satu peserta didik yang absen maka guru atau wali kelas langsung menelpon orang tua untuk mengetahui penyebab ketidakhadiran mereka dan tidak jarang guru juga melakukan home visit untuk mengetahui kondisi peserta didik dan keluarganya. Melalui berbagai macam keteladanan guru tersebut, sekolah dapat menjalankan fungsinya dengan baik sebagai tempat penanaman karakter bagi peserta didik.
ADVERTISEMENT
Metode ketiga dari pendidikan karakter komprehensif yaitu fasilitasi (facilitation). Pada tahap fasilitasi, sekolah menyelenggarakan kegiatan-kegiatan yang dapat meningkatkan dan menguatkan nilai-nilai karakter peserta didik antara lain:
ADVERTISEMENT
Metode keempat dari pendidikan karakter komprehensif adalah pengembangan keterampilan. Upaya yang dilakukan sekolah untuk pengembangan keterampilan peserta didik dalam pembentukan karakter yaitu dengan mengintegrasikan pendidikan karakter dalam pembelajaran. Masing-masing guru memiliki cara yang berbeda dalam mengimplementasikan karena disesuaikan dengan karakteristik mata pelajaran yang diampu dan materi yang dipelajari oleh peserta didik. Salah satu contoh pengembangan keterampilan dalam pembelajaran IPS yaitu dengan cara peserta didik ditugaskan untuk membuat soal “dilema moral” yaitu peristiwa atau kejadian yang mengharuskan seseorang untuk memilih atau mengambil keputusan yang dilematis ibarat buah simalakama. Setelah semua peserta didik menyelesaikan dilema moral yang dibuat kemudian ditukar kepada teman yang lain untuk saling menjawab dilema moral yang dibuat oleh temannya. Tujuan pemberian tugas dilema moral adalah peserta didik mampu berpikir kritis, berbagi ide dan gagasan dengan teman terkait permasalahan yang sulit untuk diselesaikan. Dari hasil jawaban peserta didik tersebut guru dapat mengevaluasi kemampuan pesera didik dalam pengambilan keputusan moral. Selain melalui dilema moral guru juga melakukan pengamatan terhadap perkembangan sikap dan perilaku siswa dengan menggunakan lembar observasi dan jurnal sikap untuk memastikan bahwa peserta didik telah memiliki moral knowing, moral feeling dan moral action dengan baik dan seimbang.
ADVERTISEMENT
Tujuan akhir dari pendidikan karakter komprehensif di sekolah adalah untuk mewujudkan sekolah yang aman dan nyaman bagi peserta didik. Sekolah yang aman dan nyaman adalah sekolah yang warga sekolahnya bebas dari segala bentuk intimidasi, bullying baik fisik maupun psikis, dan suasana yang kondusif untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran. Sekolah yang aman dan nyaman menjadikan peserta didik betah untuk belajar, berkreasi, dan berinovasi. Upaya untuk menciptakan sekolah aman dan nyaman dapat dilakukan jika sekolah mampu memainkan peran sebagai media sosialisasi dan pembentukan karakter (character building) serta kepribadian bagi peserta didik. Dalam hal ini, diperlukan peran aktif dari semua warga sekolah baik kepala sekolah, guru, peserta didik, orang tua, dan komite untuk saling bekerjasama, membangun komunikasi, serta integritas yang tinggi untuk mewujudkannya.
ADVERTISEMENT
Melalui inkulkasi, habituasi, dan internalisasi nilai-nilai karakter dengan pendekatan komprehensif diharapkan peserta didik dapat tumbuh menjadi pribadi yang tangguh, berdedikasi, memiliki integritas dan karakter yang kuat. Dengan demikian, pendekatan karakter komprehensif tidak hanya bertujuan menciptakan sekolah aman dan nyaman akan tetapi juga menyiapkan generasi emas Indonesia yang memiliki pengetahuan moral yang baik (moral knowing), perasaan yang baik (moral feeling) dan perilaku yang baik (moral action).