Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Menjadi Penjual Roti Bukan Aib
10 Juli 2021 20:44 WIB
·
waktu baca 3 menitDiperbarui 13 Agustus 2021 14:01 WIB
Tulisan dari Muhamad Ramdan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kebijakan pemerintah mengubah sistem perkuliahan menjadi hybrid akibat COVID-19 membantuku untuk belajar dan bekerja sekaligus. Bergabung menjadi mitra Hawker (Penjaja) atau penjual sari roti adalah pengalaman berharga bagi hidupku. Dengan membuktikan kalau berdagang roti juga aku berhasil membeli motor baru.
ADVERTISEMENT
Sebelum menjadi penjual roti, aku sudah pernah mencari banyak lowongan pekerjaan, sudah banyak melamar berbagai jenis pekerjaan. Sampai akhirnya, aku menemukan lowongan pekerjaan yang cocok dilakukan dengan sistem perkuliahan hybrid yaitu menjadi Hawker sari roti.
Saat ingin melamar, aku bertanya sekaligus meminta izin kepada kedua orang tua, bertanya apakah diperbolehkan menjadi penjual roti keliling, respons dari orang tua mereka mendukung jika itu dapat dilakukan dan tidak mengesampingkan statusku sebagai mahasiswa. Ayahku menambahkan, dia memberikan saran dan memberitahuku jika menjadi pedagang roti tidak mudah, bahkan ayahku juga ragu kalau aku tidak bakal sanggup menjalankan pekerjaan ini selama seminggu.
Aku pernah bertanya pada diriku sendiri ketika mau melamar pekerjaan tersebut. Apakah aku mampu? Apakah diriku tahan semisal nanti diejek teman-temanku? tentunya semua tahu profesi ini kerap dipandang sebelah mata oleh masyarakat karena anggapan bahwa bekerja sebagai penjual roti itu memalukan.
ADVERTISEMENT
Karena tekad yang besar menjalankan profesi sambilan ini akhirnya pekerjaan ini aku lakukan. Sempat merasa malu tapi seiring berjalannya waktu, aku merasa hal positifnya perlahan timbul yaitu, aku bisa mengantar roti segar setiap paginya pada pelanggan, bisa menyisihkan penghasilan untuk orang tua, dan dapat menabung untuk satu alasan khusus yaitu membeli motor baru. Sebagai pengembangan diri, hal ini membentuk karakter dalam diri untuk menjadi mandiri, pintar memanfaatkan waktu.
Selanjutnya gimana dengan kuliahku? Kapan tugas-tugas dikerjakan? saat bekerja aku berusaha untuk tetap mendengar proses pembelajaran yang diberikan dosen caranya dengan istirahat, memarkir motor di sebuah tempat sembari mendengarkan penjelasan dari dosen. Satu hal yang selalu kupastikan adalah jangan lupa mematikan jingle sari roti ketika pembelajaran dimulai.
ADVERTISEMENT
Yang mesti kamu ketahui menjadi Hawker roti tidaklah seperti pekerjaan karyawan. Jam kerja penjual roti tidak mengikuti aturan perusahaan, aku menyesuaikan kepada para pembeli, umumnya konsumen membeli ketika pagi dan sore hari. Aku jarang meminta libur pada atasan, hampir sebulan penuh bekerja jika tidak ada kepentingan di kampus.
Perihal tugas kampus kuselesaikan sepulang kerja agar tidak menumpuk. Tetapi, tentunya ada pengorbanan dan risiko melakukan ini semua, misalnya jarang liburan bareng teman, stres, warna kulit berubah, dan wajah yang timbul jerawat.
Lewat jejaring TikTok, aku membagikan kisahku bagaimana menjalankan hari-hari saat menjadi mahasiswa dan bekerja sebagai Hawker sari roti. Respons dari pengguna TikTok cukup banyak, mereka memberi likes dan beragam komentar positif.
"Semoga lelahmu menjadi berkah mas aamiin,"ujar @meyra954.
ADVERTISEMENT
"Semua dimulai dari yang kecil. semangat!!! mungkin someday bisa punya toko roti sendiri," tulis akun @s4d.boy_.
Dari kisah ini, aku berharap dapat memotivasi semua kalangan, tanamkanlah sifat berani untuk mencoba, percayalah dengan apa yang kamu kerjakan, dan cintai apa yang kamu usahakan karena suatu saat kamu akan menikmati hasil kerja kerasmu.
(Muhamad Ramdan, Mahasiswa Politeknik Negeri Jakarta)