Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.2
Konten dari Pengguna
#KaburAjaDulu: Anti-Nasionalisme atau Strategi Cerdas untuk Indonesia?
16 Maret 2025 11:41 WIB
·
waktu baca 8 menitTulisan dari Muhamad Taufik tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Selama beberapa pekan belakangan ini, tagar KaburAjaDulu menjadi trending topic di Indonesia. Tren ini bukan sekedar keluhan, namun sebagai kritik terhadap kondisi dalam negeri yang saat ini semakin memprihatinkan. Seperti susahnya mendapatkan upah yang layak, aksesibilitas pendidikan yang timpang, hingga berbagai polemik politik yang semakin rumit. Pada intinya tren ini bentuk kritik masyarakat (terutama generasi muda) terhadap kebijakan pemerintah dan keinginan mereka untuk mencari kehidupan yang sangat layak di luar negeri.
ADVERTISEMENT
Menanggapi tren ini, beberapa tokoh pemerintahan cenderung defensif. Alih-alih mengintropeksi, salah satu tokoh justru tidak peduli dan mempersilahkan masyarakat untuk keluar bahkan melarang untuk kembali ke Indonesia. Sedangkan tokoh lainnya mempertanyakan nasionalisme masyarakat yang menyerukan #KaburAjaDulu tersebut. Sehingga sikap mereka ini menunjukkan ketidakmampuannya pemerintah dalam menangkap aspirasi masyarakat yang sesungguhnya.
Lalu apakah benar bahwa "kabur aja dulu" ini bertentangan dengan sikap nasionalisme?
Memahami Tren #KaburAjaDulu
Tahukah kamu kalau tren #KaburAjaDulu justru bisa menjadi strategi cerdas yang dapat menguntungkan Indonesia? Bentuk migrasi internasional ini akan menguntungkan negara, apabila dikelola dengan baik dan bijak. Hal ini tidak hanya menguntungkan individu yang bermigrasi, tetapi juga memberikan dampak terhadap keluarga, komunitas, dan negara asalnya. Coba kita perhatikan diksi yang digunakan dalam #KaburAjaDulu - kabur + aja + dulu. Tentu saja sangat berbeda dengan diksi "kabur" secara permanen, penambahan kata "dulu" mengindikasikan migrasi tersebut bersifat sementara dan berpotensi akan kembali di masa depan atau setidaknya tetap terkoneksi dengan tanah air.
ADVERTISEMENT
Hal ini sependapat dengan Menteri Ketenagakerjaan, dimana beliau menilai tren ini bukan berarti ajakan kabur, melainkan keinginan untuk meng-upgrade skill, mendapatkan peluang kerja yang lebih baik di luar negeri, dan kembali ke Indonesia dengan harapan dapat membangun negeri (Antara, 2025). Dilihat dari sejarah negara kita saja, tokoh besar Indonesia (Moh. Hatta, Ir. Soekarno. dan founding fathers lainnya) pernah bermigrasi untuk menimba ilmu dan pengalaman di luar negeri sebelum kembali untuk berkontribusi dan memperjuangkan kemerdekaan negara Indonesia. Di era saat ini pun, mantan presiden SBY dan Presiden Prabowo Subianto juga lulusan luar negeri yang saat ini berkontribusi untuk membangun negara Indonesia.
Remitansi: Bentuk Kontribusi Terhadap Indonesia
Perlu dipahami bahwa, migrasi internasional dapat menghasilkan manfaat dalam bentuk remitan yang bermanfaat bagi negara dan juga masyarakat. Remitan adalah pengiriman uang, barang, ide-ide pembangunan dari daerah tujuan migrasi ke daerah asal (Yolanda 2020)
ADVERTISEMENT
Wulan (2010) membagi remitan menjadi dua kategori utama yang sama-sama berkontribusi bagi negara, yaitu remitansi ekonomi dan remitansi sosial.
Remitansi Ekonomi
Remitansi ekonomi ini berupa pengiriman uang dan barang yang dilakukan oleh pekerja migran ke keluarganya di negara asal. Bentuk remitan ini menjadi salah satu manfaat nyata dari migrasi internasional yang dilakukan oleh masyarakat. Dengan semakin meningkatnya pekerja migran ke luar negeri, angka remitansi yang masuk ke Indonesia juga semakin meningkat. Hal ini dapat dilihat dalam data yang dikumpulkan CNBC Indonesia bahwa uang remitansi yang masuk ke Indonesia meningkat menjadi US$ 15,7 miliar dari yang tercatat pada 2023 sebesar US$ 14,2 miliar.
Remitan juga memberikan dampak yang signifikan terhadap perekonomian daerah asal TKI itu sendiri. Contohnya Kabupaten Indramayu sebagai salah satu pengirim TKI terbesar. Remitan dari para TKI mendorong peningkatan kualitas pendidikan anak-anak TKI, kualitas perumahan, dan pertumbuhan UMKM lokal. Remitan ini bekerja sebagai stimulus ekonomi tanpa campur tangan pemerintah. Uang yang dikirimkan TKI memungkinkan keluarga mereka memenuhi kebutuhan primer hingga tersier. Sehingga masyarakat dapat mengurangi ketergantungannya terhadap subsidi pemerintah dan menciptakan pasar baru bagi produk dan jasa lokal.
ADVERTISEMENT
Remitan Sosial
Tak kalah penting dari remitan ekonomi, remitan sosial juga berkontribusi besar bagi negara. Remitan ini berbentuk transfer pengetahuan, gagasan, keterampilan, dan nilai-nilai yang dibawa pulang atau ditransmisikan oleh para migran ataupundiaspora kepada keluarga atau komunitas di negara asal. Contohnya Indonesian Diaspora Network yang sering berpartisipasi pada forum dalam negeri maupun institusi pendidikan tinggi , guna membangun SDM yang unggul dan melakukan transfer pengetahuan. Selain itu pertukaran mahasiswa Indonesia ke luar negeri juga menjadi salah satu contoh remitan sosial ini, dimana mereka akan kembali ke Indonesia dan menjadi agen perubahan bagi Indonesia.
Apabila dibandingkan dengan negara lain, Indonesia belum sepenuhnya memanfaatkan potensi remitan sosial ini. Sebagaimana yang penulis pahami dari pernyataan Proff. Stella Christie dalam sebuah talkshow di tvOne , diaspora Indonesia yang berkarya di luar negeri justru dapat memberikan keuntungan besar bagi Indonesia. Beliau menyebutkan studi kasus seperti di India dan Tiongkok. Menurutnya, sekitar 30% populasi di Silicon Valley adalah orang India. Mereka yang menjadi CEO di perusahaan -perusahaan besar di Amerika Serikat cenderung mempekerjakan orang-orang dari negara asal mereka. Sedangkan di lingkungan akademik, profesor-profesor besar di beberapa universitas ternama di Amerika Serikat merupakan diaspora Tiongkok, dan mereka memberikan kesempatan besar bagi mahasiswa dari negara asal mereka melalui beasiswa dan sebagainya (tvOneNews, 2024).
ADVERTISEMENT
Proff Stella juga menekankan bahwa diaspora Indonesia yang hebat di luar negeri memberikan sumbangsih yang besar melalui transfer ilmu, karena banyak dari mereka memberikan kesempatan pendidikan doktoral bagi mahasiswa Indonesia dan memfasilitasi mereka untuk berkolaborasi riset. Menurut beliau kontribusi ini belum terdengar di kalangan masyarakat karena jumlahnya masih kecil, sehingga diperlukan pendataan yang lebih baik (tvOneNews, 2024).
Meredefinisi Arti Nasionalisme
Untuk menyanggah tuduhan anti-nasionalisme akibat menyerukan #KaburAjaDulu ini, sepertinya sudah saatnya kita untuk meredefinisi konsep nasionalisme. Di era saat ini, nasionalisme tidak lagi harus dibatasi oleh kehadiran individu di tanah air secara fisik. Nasionalisme dapat dilakukan dalam konsep lintas batas, dimana seseorang dapat mencintai dan berkontribusi pada negara asalnya meskipun berada di luar negeri. Nasionalisme konvensional sering terjebak dalam narasi teritorial yang sempit, seolah-olah kesetiaan pada negara hanya bisa dibuktikan dengan tinggal secara fisik di negara tersebut. Padahal saat ini seseorang dapat aktif menyuarakan kepentingan Indonesia di forum internasional, mempromosikan budaya Indonesia, atau mengalirkan investasi ke tanah air tanpa harus secara fisik berada di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Diaspora Indonesia berperan penting dalam melakukan diplomasi publik dan soft power Indonesia. Mereka menjadi duta budaya tidak resmi, karena mereka dapat memperkenalkan Indonesia melalui festival budaya, kuliner, atau sebagai profesional yang mengharumkan nama bangsa. Para diaspora Indonesia di Amerika Serikat mengorganisir acara "WOW Indonesia" setiap tahunnya dan menjadi wadah efektif dalam memperkenalkan kebudayaan Indonesia. Lalu para TKI profesional dalam berbagai bidang di Australia telah membangun citra positif melalui performa kerja mereka yang luar biasa.
Bahkan dalam situasi krisis seperti bencana alam, komunitas diaspora seringkali menjadi penggalang dana dan mencari dukungan internasional. Saat gempa dan tsunami Aceh 2004 para diaspora Indonesia di berbagai negara mengorganisir penggalangan dana dan advokasi yang membantu menyalurkan bantuan internasional.
ADVERTISEMENT
Memahami Migrasi Internasional Dari Sudut Pandang Yang Berbeda
Sikap ketidakpedulian dan skeptis terhadap aspirasi masyarakat ini mencerminkan sikap defensif dan ketidakmampuan pemerintah menangkap maksud dari aspirasi masyarakat. Alih-alih menganggapnya sebagai pengkhianatan, kita perlu melihatnya sebagai strategi adaptif yang berpotensi menguntungkan individu hingga negara. Alih-alih mencela, sebenarnya kita harus mendorong masyarakat untuk bermigrasi ke luar negeri bahkan menjadi diaspora unggul Indonesia. Dengan terbatasnya kesempatan, teknologi, dan berbagai keterbatasan lainnya, migrasi ke luar negeri menjadi pilihan yang tepat untuk mengakses pendidikan di berbagai perguruan tinggi terbaik dan mendapatkan pekerjaan yang tidak mungkin diperoleh dan tidak ada di Indonesia.
Remitan ekonomi dan sosial dari para migran Indonesia terbukti memberikan kontribusi yang signifikan bagi perekonomian mikro dan transformasi sosial di berbagai daerah. Bagi negara, adanya remitan yang dikirimkan dan dikelola oleh kerabat pekerja migran di Indonesia, justru dapat menstimulasi perekonomian masyarakat. Ketika remitan tersebut dapat dikelola secara produktif, seperti untuk pendidikan dan investasi. Pastinya dapat menciptakan dampak positif yang sangat luar biasa bagi sosial-ekonomi masyarakat dan negara.
ADVERTISEMENT
Bagi pemerintah saat ini, tantangannya bukan bagaimana mencegah orang "kabur" melainkan bagaimana menciptakan kondisi yang membuat mereka ingin kembali dan berkontribusi untuk bangsa dan negara. Bagi masyarakat, #KaburAjaDulu bisa menjadi strategi untuk meningkatkan kapasitas diri sekaligus tetap mencintai dan berkontribusi pada tanah air tercinta. Nilai nasionalisme tidak dibatasi oleh batas-batas negara, namun bisa dilakukan di mana saja.
Referensi
Bakar, Z. (2024, 29 Agustus). Festival "WOW Indonesia!" Sukses Hibur Warga Amerika. VOA Indonesia. Diakses pada 14 Maret 2025, dari https://www.voaindonesia.com/amp/festival-wow-indonesia-sukses-hibur-warga-amerika/7763487.html
Mawangi, G.T., Hayati, M.D. (2025, 17 Februari). Menaker nilai #KaburAjaDulu sebagai tantangan untuk berbenah. ANTARA. Diakses pada 14 Maret 2025, dari https://m.antaranews.com/amp/berita/4655297/menaker-nilai-kaburajadulu-sebagai-tantangan-untuk-berbenah
Mutaali, L. (2025, 19 Februari). DIASPORA DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA, Peran, Peluang dan Tantangan. Kompasiana. Diakses pada 14 Maret 2025, dari https://www.kompasiana.com/amp/luthfimutaali4996/67b508ebc925c473443f0262/diaspora-dan-pembangunan-di-indonesia-peran-peluang-dan-tantangan
ADVERTISEMENT
Revo, M. (2025, 21 Februari). Fenomena #KaburAjaDulu: RI Untung, Duit Kiriman TKI Tembus Rp 255 T. CNBC Indonesia. Diakses pada 14 Maret 2025, dari https://www.cnbcindonesia.com/research/20250221102759-128-612484/fenomena-kaburajadulu-ri-untung-duit-kiriman-tki-tembus-rp-255-t
tvOneNews. (2024, 29 November). Srikandi Profesor Pendidikan di Kabinet Merah Putih | One on One tvOne [Video]. YouTube. Diakses pada 15 Maret 2025, dari https://youtu.be/AHmWfVQYxJA?si=DzzZu9YjEvf1XuVh
Wibowo, K. S. (2025, 17 Februari). Ramai Tagar Kabur Aja Dulu, Begini Tanggapan Menteri Yassierli dan Nusron Wahid. Tempo. Diakses pada 13 Maret 2025, dari https://www.tempo.co/politik/ramai-tagar-kabur-aja-dulu-begini-tanggapan-menteri-yassierli-dan-nusron-wahid-1208403
Wulan, T. R. (2010). Pengetahuan dan kekuasaan: Penguatan remitan sosial sebagai strategi pemberdayaan buruh migran perempuan Indonesia [Disertasi]. Institut Pertanian Bogor.
Yolanda, F. (2020). Pola Pemanfaatan Remitan (Remittance) Perantau Nagari Atar, Kabupaten Tanah Datar, Provinsi Sumatera Barat. Jurnal Sosiologi Andalas, 6(1), 42-55.
ADVERTISEMENT