Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Karakter Anti Gempa Listrik 4.0
28 September 2018 18:46 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:06 WIB
Tulisan dari Muhamad Reza tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Hari ini, Jumat 28 September, gempa bumi 7,7 magnitudo mengguncang Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya, setelah diguncang gempa bumi 6,4 magnitudo pada 29 Juli, wilayah pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat, diguncang gempa hingga 7,0 magnitudo pada 5 Agustus dengan gempa susulan 5,9 magnitudo pada 9 Agustus dan gempa bumi 6,9 magnitudo dengan gempa susulan 6,3 magnitudo pada 19 Agustus, hingga jatuh korban hingga puluhan orang meninggal dunia dan ratusan orang luka-luka yang sebagian besar, menurut laporan, disebabkan akibat tertimpa bangunan yang roboh.
Gangguan turunan lain yang fatal akibat dari gempa adalah kesulitan akses atas kebutuhan dasar, yaitu air bersih dan listrik. Air bersih dapat menjadi sulit diakses ketika struktur pipa air atau sumur-sumur timba rusak atau tertutup oleh runtuhan bangunan karena gempa, sedangkan listrik padam akibat kerusakan di jaringan listrik atau di pembangkitnya yang disebabkan oleh gempa.
ADVERTISEMENT
Pasca gempa di Lombok 6 Agustus lalu, sekitar 75 persen aliran listrik sempat padam. Base Transceiver Station (BTS) telekomunikasi di sekitar kawasan Lombok Utara sempat mengalami gangguan akibat putusnya aliran listrik sehingga layanan tidak optimal di wilayah terkena dampak gempa.
Padahal dalam kondisi bencana seperti gempa ini, layanan komunikasi sangat diperlukan untuk menyebarkan informasi akurat yang dapat menenangkan warga terkena dampak gempa, baik langsung maupun tidak langsung.
Padamnya listrik akibat gempa ini dapat mengakibatkan gangguan yang lebih luas lagi. Suplai air bersih semakin terganggu ketika pompa-pompa air yang bekerja dengan listrik tidak mendapatkan suplai listrik. Aktivitas bandara dapat terganggu oleh matinya aliran listrik. Demikian pula dengan terganggunya layanan komunikasi ketika pasokan listrik yang digunakan untuk mengoperasikan BTS terputus.
ADVERTISEMENT
Berada di kawasan rentetan gunung berapi yang ada di bumi (ring of fire), Indonesia rawan bencana. Bagaimana menyikapi ini dari sisi kelistrikan? Bagaimana agar sistem kelistrikan secara desain (by design) memiliki resiliensi yang tinggi? Sistem kelistrikan yang dalam kondisi darurat dapat berdiri sendiri ketika misalnya terjadi gangguan pada jaringan saluran transmisinya.
Listrik 4.0
Satu teknologi disruptif bidang listrik di tahun-tahun belakangan ini adalah pada teknologi panel surya atau photovoltaic (PV), terutama dari sisi peningkatan efisiensi panel surya serta penurunan biaya produksi dan pengoperasiannya.
Di tingkat global, harga panel surya terus turun. Dari USD 25 per Watt di tahun 1980-an, harga panel surya turun menjadi USD 10 di tahun 2000, USD 2 di tahun 2010 hingga ke sekarang menjadi USD 1 per Watt-nya.
ADVERTISEMENT
Dengan pembangunan pabrik panel surya yang semakin banyak di negara-negara seperti Cina, India, Vietnam, dan Malaysia misalnya membuka peluang bahwa harga produksi listrik dengan panel surya akan lebih murah lagi.
Hasilnya, pembangkitan listrik panel surya ini diperkirakan akan semakin berkembang pesat ke depannya, dengan harga instalasi yang semakin murah, dan penggunaan yang semakin fleksibel, misalnya dengan menggabungkan platform pembangkitan listrik panel surya di atap rumah atau bangunan komersial yang dikombinasi dengan penggunaan batere termasuk batere yang ada di kendaraan listrik (mobil atau motor listrik) sebagai penyimpan energi matahari ketika matahari sedang tidak bersinar.
ADVERTISEMENT
Pada praktiknya, untuk mengkonversi energi surya menjadi listrik, diperlukan lahan yang cukup untuk meletakkan panel-panel surya tersebut di lokasi yang terekspos oleh sinar matahari.
Namun, ada potensi besar yang tersimpan pada pemanfaatan panel surya untuk membangkitkan listrik ini, yaitu ketika panel surya dengan karakternya yang fleksibel dapat dengan mudah dipasang di 'lahan-lahan', atap-atap rumah, atau bangunan-bangunan komersial.
Karakter panel surya yang modular juga memungkinkan pembangunan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) di atap rumah atau bangunan komersial dilakukan dalam skala kecil, menengah, atau besar, yang dapat dibangun secara bertahap sehingga bisa lebih ringan dalam perencanaan finansialnya.
Pelanggan jadi memiliki pilihan lain untuk menikmati listrik, yaitu ketika pelanggan bisa membangkitkan listriknya sendiri, berubah dari konsumer listrik menjadi juga produsen listrik, atau disebut 'prosumer', sehingga terbentuklah sistem baru Listrik 4.0 yang ditandai dengan kemunculan para prosumer ini yang membuat pembangkitan listrik dan pola aliran dayanya menjadi lebih terdesentralisasi (distributed generation).
ADVERTISEMENT
Yang dapat berkembang lebih jauh dengan menggabungkan teknologi digital dan IoT ketika dengan platform digital 'tracking the electron' dimungkinkan antara prosumen listrik untuk saling bertukar energi atau jasa antara mereka, sebagaimana penyedia jasa rental mobil atau motor yang bertukar jasa dengan para pengguna jasanya menggunakan aplikasi taksi atau ojek online.
Karakter Anti Gempa Listrik 4.0
Ada dua karakter utama Listrik 4.0 yang menjadikannya 'anti gempa'. Yang pertama, sekali beroperasi, PLTS ini tidak memerlukan infrastruktur untuk suplai 'bahan bakarnya' karena sumber energi yang diperlukan langsung diperoleh dari pancaran sinar matahari.
Tidak diperlukan jaringan pipa, atau kendaraan pengangkut bahan bakar, sesuatu yang dapat sulit diperoleh ketika kondisi infrastruktur mengalami kerusakan akibat gempa.
ADVERTISEMENT
Karakter yang kedua adalah dengan Listrik 4.0 ini pelanggan bisa membangkitkan listriknya sendiri. Ketika matahari bersinar di siang hari, produksi listrik dapat dihasilkan langsung dari panel surya yang terpasang untuk dikonsumsi dan mengisi batere-batere di kendaraan listrik, yang kemudian ketika malam hari misalnya batere-batere ini dapat tetap menyuplai beban-beban listrik yang ada.
Artinya, setiap pelanggan menjadi mandiri ketika jaringan saluran transmisi listrik misalnya terganggu atau mengalami kerusakan akibat gempa.
Bayangkan, banyak pelanggan listrik yang dilengkapi dengan desain Listrik 4.0 ini, maka ketika terjadi gempa akan lebih besar peluang pelanggan-pelanggan listrik yang dapat bertahan menjadi prosumer listrik, yang tetap mampu memenuhi kebutuhan listrik, paling tidak untuk penerangan dan memompa air bersih pasca satu gempa.
ADVERTISEMENT
Sehingga terjadi jaringan listrik yang bersifat lebih tahan (resilient) terhadap gempa. Termasuk juga apabila Listrik 4.0 ini diterapkan di bangunan strategis, termasuk BTS-BTS transportasi.
Adalah satu kenyataan bahwa Indonesia berada di ring of fire, yang di antaranya juga menjadikan Indonesia memiliki tanah yang subur, potensi geothermal dan lain-lain.
Maka tugas kita adalah mensyukuri dengan cara mendesain teknologi yang cocok yang dapat mengantisipasi dampak negatif yang mungkin timbul dari kenyataan ini, misalnya gempa bumi. Salah satu yang perlu didesain dengan baik adalah desain kelistrikan yang terbukti sangat krusial diperlukan untuk tetap andal dalam kondisi normal apalagi dalam kondisi darurat atau bencana alam.
Listrik 4.0 yang sedang berkembang saat ini adalah salah satu teknologi yang memiliki karakter tahan gempa, sehingga paling tidak perlu dipertimbangkan dengan serius untuk diimplementasikan secara lebih masif di Indonesia.
ADVERTISEMENT