Konten dari Pengguna

Jangan Jadi Guru

Muhammad Abdul Aziz
Pengamat Politik Negeri Wanokuni
18 Juli 2023 21:30 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Abdul Aziz tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi guru mengajar. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi guru mengajar. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Menjadi seorang guru sering kali digambarkan sebagai panggilan mulia. Profesi ini dipandang sebagai pilar pendidikan, yang bertanggung jawab atas pembentukan generasi masa depan.
Namun, di balik romantisme dan penghargaan yang melekat pada gelar guru, ada realitas yang penuh tantangan yang sering kali tersembunyi dari mata publik. Saya akan menggali aspek-aspek yang jarang dibahas tentang menjadi seorang guru dan mengajak kita untuk melihat gambaran yang lebih komprehensif.
Pertama-tama, menjadi seorang guru bukanlah pekerjaan yang mudah. Selain tuntutan akademis yang tinggi, guru juga harus menghadapi tantangan sosial dan emosional di kelas. Mereka dihadapkan pada beragam situasi, mulai dari kedisiplinan siswa, kurikulum yang padat, hingga dihadapkan pada beragam perbedaan individu.
Ada yang wibu, ada yang kpopers akut, ada yang gamers toxic, ada yang introvert, ada yang extrovert bahkan tak jarang guru harus dihadapkan dengan kehaluan tingkat tinggi dari anak didiknya. Selain itu setiap siswa memiliki kebutuhan belajar yang berbeda, tingkat pemahaman yang beragam, serta tantangan sosial dan emosional yang berbeda pula. Seorang guru harus mampu menciptakan lingkungan yang inklusif, mendengarkan setiap siswa, dan menyesuaikan metode pengajaran agar dapat menjangkau setiap individu.
ADVERTISEMENT
Seorang guru harus memiliki keterampilan multitasking yang luar biasa, mampu beradaptasi dengan cepat, dan menjaga keseimbangan antara memberikan pengajaran yang efektif dan memberikan perhatian pribadi kepada setiap siswa. Guru juga sering kali dihadapkan pada beban kerja yang berlebihan.
Mereka harus menyeimbangkan tugas pengajaran, persiapan materi, penilaian, pertemuan dengan orang tua, dan tanggung jawab administratif lainnya. Beban kerja yang berat ini sering kali mengakibatkan stres dan kelelahan yang signifikan bagi para guru, dan kadang-kadang mereka tidak mendapatkan pengakuan atau kompensasi yang sebanding dengan upaya yang mereka berikan.
Selain tantangan internal, guru juga berhadapan dengan masalah sosial dan struktural dalam dunia pendidikan. Kurangnya dukungan dan sumber daya, perbedaan akses pendidikan, dan sistem evaluasi yang sering kali tidak memadai dapat menjadi hambatan bagi para guru dalam memberikan pengajaran yang berkualitas. Ditambah lagi, mereka sering kali menjadi sasaran kritik publik yang tidak adil dan dihadapkan pada kebijakan pendidikan yang terus berubah.
ADVERTISEMENT
Tapi, mengapa ada begitu banyak guru yang tetap bertahan? Di balik semua tantangan itu, terdapat semangat dan kegigihan yang tak tergoyahkan. Mereka percaya pada potensi setiap siswa, dan mereka ingin memberikan yang terbaik bagi masa depan mereka.
Setiap kali melihat sorot mata anak-anak yang bercahaya ketika mereka memahami pelajaran, setiap kali merasakan kebanggaan melihat siswa tumbuh menjadi pribadi yang mandiri, setiap kali merasakan dampak positif yang mereka ciptakan, itulah yang membuat semua tantangan itu terasa sepadan. Sejatinya melihat anak didik bertumbuh dan berproses adalah obat lelah seorang pendidik.
Photo by Taylor Flowe on Unsplash
Meskipun tantangan-tantangan ini ada, menjadi seorang guru juga memberikan peluang yang tak ternilai. Memiliki kesempatan untuk membentuk pikiran dan masa depan generasi muda adalah suatu kehormatan yang besar. Guru dapat memberikan inspirasi, membuka wawasan, dan menjadi sumber motivasi bagi siswa-siswanya. Melihat perkembangan siswa dari waktu ke waktu dan menjadi bagian dari transformasi mereka adalah hadiah yang tak ternilai bagi seorang guru.
ADVERTISEMENT
Jadi, bukan berarti kita harus menyerah pada wacana menjadi guru. Artikel ini bukanlah untuk menghancurkan semangat para calon guru atau meremehkan kontribusi mereka. Sebaliknya, tujuan dari artikel ini adalah untuk menghormati dan menghargai kerja keras dan dedikasi para guru, serta mengajak kita semua untuk memiliki pemahaman yang lebih lengkap tentang realitas profesi ini. Hanya saja jangan menjadi guru yang sekadar menggugurkan kewajiban dan tidak pernah melakukan refleksi diri.
Tugas guru tidak hanya mendidik dan mengajar, tugas utama guru adalah menemani anak didik untuk terus berproses demi masa depan mereka. Sepuluh tahun ke depan seorang murid tidak akan ingat materi apa yang seorang guru ajarkan kepadanya, tetapi mereka pasti akan mengingat bagaimana seorang guru mendidik dirinya.
ADVERTISEMENT
Menjadi guru seperti apa itu terserah kalian, tetapi murid tidak bisa memilih guru seperti apa yang akan mengajar mereka.