Konten dari Pengguna

Dilematis Resign: Antara Idealisme atau Realistis

M Abdul Rahman
Konsultan Pajak / Dosen Universitas Ipwija /Mahasiswa Doktor Keuangan Universitas Brawijaya /
21 Februari 2023 21:37 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari M Abdul Rahman tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi resign dari perusahaan. Foto: Getty Images
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi resign dari perusahaan. Foto: Getty Images
ADVERTISEMENT
Memutuskan untuk resign adalah sebuah keputusan yang tidak mudah bagi setiap orang, tentu dengan alasan yang beragam. Umumnya seseorang memutuskan untuk resign untuk mencari hal baru, eksplorasi ilmu, upgrade kemampuan, bosan dan jenuh dengan kondisi lingkungan pekerjaan yang sekarang, atau bahkan memutuskan untuk mandiri dengan membuat bisnis sendiri.
ADVERTISEMENT
Alasan-alasan tersebut pada dasarnya adalah alasan yang umum dan bisa diterima. Namun terkadang seseorang lupa pada masa available pun harus tetap direncanakan. Ketika seseorang memutuskan untuk resign, ada biaya hidup yang tetap harus dipenuhi. Ada atau tidaknya penghasilan, biaya hidup harus tetap berjalan, layaknya angsuran bank.
Namun, ketika seseorang harus memutuskan untuk resign, maka ada hal atau konsekuensi yang harus diterima, oleh sebab itu backup plan harus tetap ada. Seperti yang sudah saya jelaskan sebelumnya, resign atau tidak resign bukan menjadi masalah.
Yang menjadi masalah adalah ketika kita sudah memutuskan untuk resign, bagaimana kondisi finansial kita? Apakah mampu bertahan dengan dana darurat yang sudah disiapkan pada masa bekerja? Berapa lama kita bisa bertahan dengan dana yang tersedia?
ADVERTISEMENT
Kemudian juga, bagaimana rencana atau keputusan ke depannya? Bagaimana menghidupi tanggungan kita saat masa available? Mari kita bahas.

Komunikasi dengan Kerabat atau Keluarga

Seperti yang sudah saya jelaskan sebelumnya, memutuskan untuk resign adalah perkara yang tidak mudah. Tidak hanya sesederhana membuat surat pengunduran diri dan kita sampaikan kepada atasan, tidak seperti itu.
Resign adalah sebuah keputusan yang besar untuk menentukan masa depan seseorang, terlebih lagi bagi yang sudah memiliki tanggungan orang tua, keluarga dekat, istri, atau bahkan anak.
Keputusan resign harus disepakati bersama, terlebih lagi bagi seseorang yang sudah menikah dan memiliki anak. Ada konsekuensi yang harus dihadapi yaitu masalah finansial setelah resign. Biaya hidup tidak akan berhenti sebagaimana apabila seseorang tersebut memutuskan resign. Sehingga dana untuk kebutuhan hidup akan terus berjalan.
ADVERTISEMENT
Kesepakatan bersama, tentu akan mendapatkan jalan keluar yang disepakati bersama. Sehingga keputusan resign tersebut tidak menjadi keputusan sepihak yang tentu akan merugikan keluarga.
Dengan adanya komunikasi yang baik kepada kerabat maupun keluarga, secara psikologis tentu akan sangat membantu dalam tahapan seseorang untuk mengambil keputusan setelah resign. Hal tersebut dapat juga mendorong kondisi kebatinan dan ketenangan dalam mengambil keputusan di masa yang akan datang.

Dana Darurat yang Mapan

Umumnya dana darurat harus dipersiapkan oleh setiap orang setidak-tidaknya adalah 20 persen dari nilai total pendapatan yang telah diterima atau take home pay seseorang. Fungsi dari dana darurat itu sendiri adalah dana yang dipersiapkan untuk hal-hal yang sifatnya mendadak, darurat, dan tidak diduga-duga, bisa disebut juga dana tidak terduga.
ADVERTISEMENT
Ya, dana tersebut dialokasikan agar tidak mengganggu standby cash atau tabungan yang sudah dialokasikan, sehingga pola cash flow seseorang tidak terganggu. Dana tersebut juga bisa bermanfaat ketika pada masa menganggur setelah seseorang memutuskan resign atau di-PHK oleh pihak perusahaan.
Sehingga, ketika masa available, seseorang tidak kaget dengan kondisi di mana cash flow tidak menentu. Umumnya setiap bulan akan menerima penghasilan dari gaji, tetapi karena setelah menganggur atau tidak bekerja, ada dana yang bisa digunakan untuk sementara waktu membiayai kehidupan sehari-hari tanpa mengganggu simpanan tabungan.
Namun, yang perlu menjadi catatan adalah, dana darurat tidak bisa diandalkan sepanjang waktu. Dana tersebut, sebagaimana layaknya sifat konsumtif manusia, akan semakin besar biaya hidup yang dibutuhkan akan semakin cepat habis pula.
ADVERTISEMENT
Dana darurat hanya bisa membantu, dengan tenggat waktu yang terbatas dan tidak bisa selamanya, namanya juga darurat tentu sifatnya tidak akan lama. Sehingga, seseorang perlu memutar otak dengan cara merencanakan ulang untuk rencana ke depannya harus mengambil langkah bagaimana.
Sehingga dengan keberadaan dana darurat yang mapan, pada dasarnya kebutuhan yang sifatnya mendesak dapat mudah ter-backup dengan baik, sehingga tidak mengganggu dana yang sifatnya tabungan atau investasi dan standby cash atau uang yang bisa dipergunakan sewaktu-waktu.

Mengambil Keputusan

Memutuskan resign pun jangan terlalu lama, pada hakikatnya, memasuki masa resign adalah masa di mana seseorang bisa berpikir jernih untuk memutuskan ke depan. Kalau hanya untuk memutuskan pindah ke tempat yang baru, karena jenuh dengan lingkungan yang lama, tentu bukan menjadi keputusan yang sehat.
ADVERTISEMENT
Pola tersebut akan terus terjadi apabila masa depan tidak dipikirkan secara matang, karena memutuskan untuk resign hanya untuk memuaskan nafsu sesaat yang mencari kenyamanan dalam mencari pekerjaan.
Sebaiknya, dalam mengambil keputusan, sudah seharusnya memiliki manfaat yang besar bagi kehidupan seseorang, tentu dibarengi dengan keluar dari comfort zone kita. Sehingga keputusan untuk resign adalah keputusan yang betul dan benar.
Seseorang bisa memulai upgrade diri misal fokus untuk melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi dibarengi dengan mengambil kerja part time, atau memulai dan memberanikan diri membangun sebuah bisnis baru dari uang yang dikumpulkan selama masa bekerja, itu adalah keputusan yang betul.
Jadi saran saya, apabila perencanaanmu masih belum mapan dan mengambang, untuk apa memutuskan untuk resign?
ADVERTISEMENT