Kronologi Tabrakan Pesawat Batik Air dan TransNusa

18 April 2017 14:11 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:18 WIB
comment
5
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pesawat Trans Nusa kecelakaan (Foto: Dokumen KNKT)
Tabrakan terjadi di landasan pacu (runway) Halim Perdanakusuma antara pesawat Batik Air Boeing 737 yang akan lepas landas dan pesawat ATR 42 milik TransNusa yang sedang ditarik oleh towing car (Mobil Penderek Pesawat) terjadi pada 4 April 2016 tahun lalu. Bagaimana kronologi detailnya?
ADVERTISEMENT
Dalam laporan terakhir yang dibuat Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) pada 10 April 2017 kemarin, tertulis secara rinci kronologi peristiwa tersebut. Selain itu KNKT juga mengeluarkan 13 rekomendasi yang termasuk peningkatan pelatihan, regulasi dan prosedur yang berurusan dengan penarikan pesawat.
Batik Air vs Transnusa (Foto: dok. KNKT)
Meskipun kedua pesawat mengalami kerusakan yang cukup parah, tidak ada korban akibat tabrakan tersebut.
Berikut ini kronologi kejadi sesuai laporan yang dirilis dalam laporan KNKT 10 April 2017 kemarin:
ADVERTISEMENT
Mobil penderek pesawat milik PT JAS (Foto: Dok. KNKT)
Ilustrasi posisi pesawat pada pukul 19.53 WIB (Foto: Dok. KNKT)
ADVERTISEMENT
Ilustrasi posisi pesawat pada pukul 19.56 WIB (Foto: Dok. KNKT)
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Ilustrasi posisi pesawat pada pukul 19.57 WIB (Foto: Dok. KNKT)
Ilustrasi tabrakan Batik Air dan TransNusa (Foto: Dok. KNKT)
Berdarkan kronologi tersebut KNKT menyimpulkan 3 faktor yang menyebabkan insiden tabrakan tersebut terjadi.
ADVERTISEMENT
Pertama, pengendalian dua pergerakan di dalam satu area oleh controller yang berbeda dalam frekuensi yang terpisah tanpa koordinasi yang baik berimbas pada minimnya pengetahuan atau informasi yang diterima controllers, pilot dan pengemudi mobil derek.
Kedua, miskomunikasi terkait instruksi untuk mengikuti pesawa Batik Air berkontribusi pada masuknya pesawat ATR 42 yang diderek ke landasan pacu.
Ketiga, kondisi penerangan di menara ATC dan area untuk berbelok ke runway 24 mengurangi kemampuan controllers dan pilot untuk melihat keberadaan pesawat ATR 42 yang diderek yang memiliki penerangan yang minim.