Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Pareidolia Jelaskan Fenomena Ikan dengan Guratan Mirip Lafaz Allah
17 Mei 2017 16:35 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:17 WIB
ADVERTISEMENT
Netizen baru-baru ini dihebohkan dengan penemuan ikan yang memliki gurat mirip lafaz Allah di daerah Teluk Pinang, Ciawi, Bogor.
ADVERTISEMENT
Ikan Sepat ini ditemukan oleh seorang pemilik toko ikan Firman atau biasa dipanggil Abah, pada Sabtu (14/5) lalu.
“Pertama nemu ikan ini waktu beli ikan di kolam teman, ada pesanan ikan sepat seratus ekor. Nah pas saya nyortir ikan, sekilas saya kaya liat ada lafaz Allah di salah satu ikan. Ikannya juga ada beda, ikannya agak lincah, grudag-grudug. Jadi saya masukin ke kumpulan ikan yang mau saya beli,” katanya saat ditemui kumparan (kumparan.com), Rabu (17/5).
Banyak orang yang kemudian percaya bahwa ini adalah bentuk kekuasaan Tuhan, namun kata Firman banyak juga yang kemudian menyinyirnya karena dianggap menyebarkan hoax dan memanfaatkan media untuk mencari keuntungan.
Fenomena serupa juga pernah terjadi di Bogor pada September 2015. Saat itu bertepatan dengan perayaan Idul Adha. Panitia kurban di Perumahan Bukit Waringin, Desa Cimanggis, Kabupaten Bogor menemukan hati kambing kurban dengan corak mirip lafaz Allah.
ADVERTISEMENT
Kejadian tersebut membuat banyak warga yang penasaran mengerubuti lokasi penyembelihan tersebut.
Meski demikian panitia dan pengurus masjid setempat tidak memberikan perlakuan khusus terhadap hati kambing tersebut untuk menghindari perilaku syirik.
Terlepas dari benar atau ditidaknya kedua kejadian ini sebagai bentuk kekuasaan Tuhan. Dari sisi psikologis fenomena ini sebenarnya bisa dijelasakan.
Efek pareidolia namanya. Pareidolia adalah fenomena psikologis di mana seseorang mempersepsikan objek-objek dengan pola acak sebagai sesuatu yang pernah kita alami atau saksikan sebelumnya.
Pareidolia berasal dari gabungan dua kata bahasa Yunani kuno, yakni 'para' yang berarti sesuatu yang salah dan 'eidolon' yang berarti gambaran atau bentuk.
Dalam sebuah penelitian tahun 2014, Dr. Kang Lee dari Universitas Toronto memperlihatkan pola acak abu-abu di sebuah layar ke sejumlah orang yang dipilih secara acak. Kemudian orang-orang itu ditanyai apa yang mereka lihat.
ADVERTISEMENT
Lebih dari sepertiga mereka menyebut melihat wajah, meskipun tidak ada pola yang benar-benar menunjukkan gambar wajah.
Pareidolia wajar terjadi pada setiap orang seiring dengan daya ingat atau memori yang ada di dalam kepala masing-masing. Kita akan mengasosiasikan segala sesuatu seusai dengan apa yang pernah kita lihat dan alami.
Menurut Kang Lee seperti yang dikutip dari Daily Mail, “Pareidolia itu normal-normal saja karena memang otak kita secara tidak sadar bekerja untuk mengenali wajah, baik secara nyata maupun pada benda mati."