Salahkah Ardian Syaf Menyelipkan Isu Agama pada Komik Marvel?

11 April 2017 13:31 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:18 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Ardian Syaf (Foto: Ardian Syaf/Facebook)
zoom-in-whitePerbesar
Ardian Syaf (Foto: Ardian Syaf/Facebook)
Beberapa waktu lalu para pecinta komik dihebohkan dengan adanya tulisan "QS 5:51" dan "212" dalam komik X-Men Gold karya komikus ternama Indonesia Ardian Syaf.
ADVERTISEMENT
Tulisan "QS 5:51" terlihat di kaus yang dikenakan salah satu karakter X-Men, Colossus, ketika karakter tersebut sedang bermain baseball. Kode itu dianggap ditujukan ke Surat Al-Maidah yang merupakan surat ke-5 dalam Al-Quran, dan ayat 51.
"QS 5:51" di komik X-Men Gold #1. (Foto: X-Men Gold #1 oleh Ardian Syaf, Jay Leisten, dan Frank Martin)
zoom-in-whitePerbesar
"QS 5:51" di komik X-Men Gold #1. (Foto: X-Men Gold #1 oleh Ardian Syaf, Jay Leisten, dan Frank Martin)
Sementara angka "212" terlihat di sebuah gedung, ketika pimpinan X-Men yang baru, Kitty Pryde (yang merupakan seorang pahlawan Yahudi dalam cerita), memperkenalkan diri di depan publik yang berkerumun di depannya. Angka ini dianggap dibuat berdasarkan aksi damai 212 lalu.
Angka 212 di komik X-Men Gold #1. (Foto: X-Men Gold #1 oleh Ardian Syaf, Jay Leisten, dan Frank Martin)
zoom-in-whitePerbesar
Angka 212 di komik X-Men Gold #1. (Foto: X-Men Gold #1 oleh Ardian Syaf, Jay Leisten, dan Frank Martin)
Nama Ardian Syaf sendiri sudah cukup terkenal di dunia komik sejak memulai kariernya pada 2007 silam sebagai seniman lepas. Selain Marvel, ia juga pernah bekerja untuk DC Comics. Namun apa yang dibuatnya dalam komik tersebut sedikit banyak akan mempengaruhi karirnya ke depan.
ADVERTISEMENT
Dilansir Comicbook.com, Marvel mengatakan akan memberikan sanksi kepada komikus asal Tulungagung tersebut.
“Karya seni yang disebut dalam X-Men Gold #1 dimasukkan tanpa penjelasan detail terkait maksudnya. Referensi ini tidak menggambarkan pandangan dari penulis, editor, atau siapapun di Marvel, dan berlawanan dengan konten komik Marvel serta X-Men. Gambar itu akan kami cabut dari percetakan, versi digital, dan akan memberi hukuman bagi pembuatnya," ujar Marvel.
Sudut Pandang Komikus Indonesia
Kasus yang menimpa Ardian ini tentunya menimbulkan pertanyaan, "Apakah seorang komikus sebenarnya boleh menyelipkan pesan tersembunyi yang sering disebut pesan subliminal tersebut?" Jika tidak, mengapa publisher selevel Marvel bisa melewatkan hal tersebut hingga beredar di masyarakat?
Admira Wijaya (Foto: Admira Wijaya/Facebook)
zoom-in-whitePerbesar
Admira Wijaya (Foto: Admira Wijaya/Facebook)
Kumparan (kumparan.com) pun menghubungi komikus asal Malang yang terkenal sebagai ilustrator film Batman vs Superman: Dawn Justice, Admira Wijaya. Menurutnya seorang komikus menyelipkan pesan-pesan subliminal dalam komiknya namun dengan batasan-batasan tertentu.
ADVERTISEMENT
"Sebenarnya sah sah saja,seperti Jim Lee (Komikus Marvel dan DC Comics) yang sering menyelipkan mukanya sendiri jadi kameo dan lain-lain. Yang tidak boleh itu didasari unsur hasutan, potilik dan sara karena dampaknya ke publisher itu sendiri pasti di suruh minta maaf dan sebagainya kalo ketahuan." Kata Admira.
Terkait konsep dan penulisan naskah, hal tersebut menjadi tanggung jawab penulis dan penerbit, sementara komikus atau artist hanya telibat pada eksekusi ilustrasi dari konsep dan naskah tersebut. Namun pada akhirnya editor lah yang menjadi penyaring terakhir dan bertanggung jawab atas karya yang akan dicetak dan dipublikasikan tersebut.
"Prosesnya script yang dikirim ke artist (penciler) di pelajari satu dua hari, kemudian kita minta approval dulu sama editor dan disini editor berperan. Misalnya gambar nggak sesuai script, ornamen salah, ini lambang apa? kok di script ngga ada? dan lain-lain." lanjut alumni Institut Kesenian Jakarta (IKJ) ini.
ADVERTISEMENT
Ardian Syaf (Foto: cakimam suwandi/youtube)
zoom-in-whitePerbesar
Ardian Syaf (Foto: cakimam suwandi/youtube)
Disinggung soal kasus Ardian Syaf, ia menganggap bukan kapasitasnya untuk menilai apakah Ardian memang layak dihukum oleh Marvel. Namun ia mengatakan seharusnya Ardian bisa lebih bijaksana karena apa yang disisipkan ke dalam komik merupakan isu panas di yang menyangkut ideologi keagamaan.
Sementara itu dihubungi secara terpisah pendiri Wanara Studio dan pembuat serial komik strip “Grey dan Jingga” yang sempat fenomenal di dunia maya pada tahun 2012, Sweta Kartika merasa perlu adanya penjelasan terlebih dahulu mengenai perbedaan antara komikus (creator) dan ilustrator (artist).
Komikus mengkaryakan komik berdasarkan penulisan cerita dan karakter yang ia buat sendiri, sedangkan ilustrator mengilustrasikan naskah komik dari seorang penulis. Merujuk pada hal tersebut maka tugas komikus dan ilustrator menjadi berbeda.
ADVERTISEMENT
Sweta Kartika (Foto: Sweta Kartika/Facebook)
zoom-in-whitePerbesar
Sweta Kartika (Foto: Sweta Kartika/Facebook)
"Jika komikus yang mengkaryakan judul komiknya sendiri, ia berhak penuh menuangkan konten apapun, terlepas dari kontroversial atau tidaknya konten tersebut, atau kepada siapa ia memasarkannya. Tapi komikus yang hanya sebatas ilustrator/artisan yang ditugasi menggarap naskah dan judul hasil karya orang lain, maka diperbolehkan atau tidaknya menyisipkan pesan subliminal itu tergantung kesepakatan mereka berdua." kata Sweta Kartika.
Sweta mengatakan bahwa sebenarnya tidak ada batasan untuk berkarya dalam sebuh komik namun hal tersebut hanya berlaku untuk komik indie yang mulai dari proses pengkaryaan, pengeditan dan penerbitan dilakukan sendiri. Semua bentuk konten diperbolehkan namun masalah akibat kontroversi yang akan ditimbulkan sepenuhnya menjadi tanggung jawab komikus indie.
ADVERTISEMENT
Merespons soal kasus yang menimpa Ardian Syaf, pria asal Kebumen tersebut mengatakan bahwa layak tidak nya Ardian mendapatkan sanksi tergantung kepada kesepakatan yang telah dibuat Ardian Syaf dengan pihak Marvel.
"Saya mencoba melihat secara profesional terkait kasus Mas Ardian Syaf. Pesan-pesan angka subliminal yang dibubuhkan oleh Mas Ardian Syaf pada komik X-Men yang ia ilustrasikan akan dinilai salah jika melanggar term and condition yang sudah diberikan oleh pihak penerbit. Akan berbeda cerita jika Mas Ardian Syaf selaku ilustrator sudah mengantongi ijin dari penerbit untuk menambahkan konten di luar naskah di dalam komiknya." lanjut komikus yang juga terkenal dengan upayanya mempopulerkan budaya Indonesia lewat karya-karyanya tersebut.
Meminta Maaf
Sebelumnya dalam unggahan Facebook, Ardian Syaf sempat menjelaskan kepada seorang temannya lewat fitur pesan, jika gambar itu memang dibuat berdasarkan isu Pilgub DKI Jakarta.
ADVERTISEMENT
"Angka 212 menunjukkan aksi damai 2-12-2016, tuntutan agar Gubernur DKI Jakarta (Ahok) ditahan karena melecehkan kitab suci kami. QS 5:51 adalah ayat yang ia lecehkan. Ini adalah kenangan yang sangat spesial untuk saya," kata Ardian dalam deretan pesan ke temannya itu.
Hari Selasa (11/4) ini lewat unggahan di Facebook pribadinya, Ardian Syaf menjelaskan arti dari angka 212 dan QS 5:51 sekaligus meminta maaf. Ia pun menerima segala bentuk konsekuensi akibat kasus yang menimpanya tersebut.