Konten dari Pengguna

Realitas Profesi Dokter: Tuntutan Berat di Balik Kurangnya Penghargaan

Muhammad Abstrax Danendra
Seorang Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga
7 Januari 2025 9:21 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Abstrax Danendra tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Tired male doctor working on laptop in clinic. Sumber : www.freepik.com
zoom-in-whitePerbesar
Tired male doctor working on laptop in clinic. Sumber : www.freepik.com
ADVERTISEMENT
Kalian pasti tahu bahwa profesi dokter sering kali menjadi sorotan di media sosial, terutama ketika ada cerita-cerita tentang kesuksesan beberapa orang yang memiliki profesi ini. Citra yang dimiliki profesi ini sangat positif hingga tidak sedikit orang Indonesia yang menjadikan profesi ini sebagai cita-cita impian sejak kecil, bahkan sampai orang tua juga banyak yang mendorong anak-anak mereka untuk menjadi seorang dokter. Memang, menjadi dokter sering kali dianggap sebagai pekerjaan yang sukses dan dihormati. Namun, apakah benar hidup menjadi seorang dokter selalu berjalan mulus tanpa hambatan? Tentu saja tidak. Di balik citra positif tersebut, ada realita negatif yang harus ditanggung oleh profesi ini. Artikel ini membahas tentang sebuah tantangan dibalik profesi dokter yang banyak diidamkan.
ADVERTISEMENT

Tuntutan Berat Profesi Dokter: Beban Kerja dan Ekspektasi yang Tinggi

Menjadi dokter bukan hanya sekadar menjadi konsultan kesehatan, melainkan juga bertanggung jawab terhadap kualitas layanan kesehatan dalam masyarakat. Tanggung jawab ini membawa tuntutan yang sangat berat, karena seorang dokter diwajibkan untuk selalu siap melayani siang dan malam. Beban kerja yang tinggi tercermin dari tuntutan dokter yang harus siaga 24 jam untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat. Tidak ada ruang bagi seorang dokter untuk beristirahat saat masyarakat membutuhkan pertolongan medis.
Lebih jauh lagi, seorang dokter juga dibebani oleh ekspektasi yang sangat tinggi dari masyarakat terkait kesehatan dan kesembuhan pasien. Masyarakat cenderung melihat dokter sebagai pihak yang memiliki kemampuan penuh untuk memberikan solusi dan harapan. Kegagalan dalam dunia medis dapat dianggap sebagai bencana yang mengarah pada konsekuensi besar, baik bagi pasien maupun reputasi profesional dokter tersebut. Beratnya tuntutan yang dihadapi oleh profesi ini sangat besar mengingat tekanan yang berasal dari tanggung jawab terhadap kesehatan individu dan ekspektasi masyarakat yang tinggi.
ADVERTISEMENT
Namun, selain ekspektasi tinggi yang dihadapi oleh dokter, tantangan lain yang tak kalah besar adalah kekurangan sumber daya manusia yang semakin memperburuk beban kerja mereka. Seiring dengan pesatnya perkembangan penyakit dan ancaman kesehatan baru, jumlah dokter yang ada belum mampu memenuhi kebutuhan yang terus meningkat. Waktu yang dibutuhkan untuk melatih seorang dokter menjadi profesional yang terampil sering kali tidak sebanding dengan cepatnya perubahan dan perkembangan ilmu dalam dunia kedokteran.
Dampak dari kekurangan sumber daya manusia ini sangat terasa bagi dokter yang sudah ada. Mereka yang telah menguasai ilmu kedokteran merasa dihadapkan pada tuntutan untuk terus beradaptasi dengan penyakit baru yang terus berkembang. Tantangan ini menuntut dokter yang sudah ada untuk meningkatkan kompetensi mereka, sementara kekurangan jumlah dokter mempengaruhi kualitas pelayanan yang bisa diberikan kepada masyarakat. Dengan demikian, seorang dokter tidak hanya bertanggung jawab atas kesehatan pasien, tetapi juga menghadapi tantangan besar dalam memenuhi kekurangan sumber daya manusia dalam profesi ini.
ADVERTISEMENT

Upah dan Penghargaan yang Tidak Seimbang

Berbagai tuntutan yang telah dijelaskan di atas mengarah pada satu pertanyaan mendasar yaitu “Seberapa besar penghargaan yang diberikan pada seorang dokter di Indonesia atas jasanya dalam menghadapi berbagai tuntutan tersebut?” Kita mungkin berpikir bahwa penghargaan yang diterima seorang dokter sangat besar, mengingat peran dan kontribusinya yang krusial dalam masyarakat. Namun, kenyataannya di lapangan sering kali berbeda. Meskipun media sosial sering menampilkan cerita sukses dokter tertentu, kisah tersebut hanya mencakup sebagian kecil dari keseluruhan tenaga medis di Indonesia. Mayoritas dokter yang ada justru tidak menerima penghargaan yang sebanding dengan pengorbanan dan kontribusi mereka. Salah satu contohnya adalah upah yang diterima oleh sebagian besar dokter, yang jauh dari kata memadai.
ADVERTISEMENT
Ketimpangan ini semakin terasa ketika melihat kondisi dokter di daerah terpencil. Meski mereka bekerja keras, terkadang penghargaan yang mereka terima sangat minim. Akses yang terbatas dan jaraknya yang jauh dari pusat-pusat kota seharusnya membuat jasa mereka lebih dihargai, namun pada kenyataannya tidak seperti itu. Semua pengorbanan yang mereka lakukan seharusnya berbanding lurus dengan penghargaan yang diterima, tapi hal itu belum sepenuhnya terwujud. Pada akhirnya, penghargaan terhadap tenaga medis di Indonesia masih jauh dari harapan, menjadikannya sebuah mimpi yang belum terealisasi.

Dampak Kurangnya Penghargaan terhadap Kesejahteraan Dokter

Setiap situasi pasti membawa sebuah dampak, begitu juga dengan kurangnya penghargaan terhadap dokter di balik banyaknya tuntutan dalam profesinya. Hal ini dapat berdampak kepada seorang dokter, baik secara psikologis maupun fisik. Seorang dokter dapat rentan mengalami stres akibat beban kerja yang tinggi dan tuntutan yang terus menerus. Selain itu, tanggung jawab besar sebagai penjaga kesehatan masyarakat membuat dokter sering kali merasa kelelahan fisik dan mental, yang pada akhirnya dapat menurunkan kualitas kinerja dokter dalam memberikan pelayanan kepada pasien. Kelelahan yang terus-menerus juga dapat mempengaruhi kesejahteraan dokter itu sendiri, yang berisiko pada gangguan kesehatan fisik dan psikologis, seperti gangguan tidur, depresi, atau kecemasan.
ADVERTISEMENT

Solusi untuk Meningkatkan Penghargaan dan Kesejahteraan Dokter

Setiap masalah tentunya diikuti dengan harapan dan solusi untuk segera mengatasinya. Salah satu solusi yang dapat diterapkan adalah peningkatan penghargaan terhadap dokter, seperti pemberian insentif atau dana tambahan dari pemerintah. Hal ini akan memberikan apresiasi yang lebih tinggi terhadap kontribusi dokter dalam menjaga kesehatan masyarakat. Selain itu, penting untuk memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai peran dokter sebagai manusia biasa yang berusaha semaksimal mungkin untuk memberikan pelayanan terbaik. Edukasi ini akan membantu mengurangi ekspektasi yang terlalu tinggi dan membebani dokter, serta mendorong masyarakat untuk lebih memahami keterbatasan yang ada.

Kesimpulan

Peran dokter di Indonesia menghadapi berbagai tantangan, mulai dari beban kerja yang berat hingga ekspektasi masyarakat yang terlalu tinggi. Situasi ini semakin diperburuk dengan kurangnya penghargaan yang diterima dokter, yang berdampak negatif terhadap kesejahteraan mereka. Kurangnya penghargaan ini berisiko menurunkan kinerja dokter dalam memberikan pelayanan medis yang optimal. Oleh karena itu, penting untuk mengimplementasikan solusi yang dapat memberikan penghargaan yang sebanding dengan kontribusi dokter, agar mereka dapat menghadapi tuntutan masyarakat dengan lebih baik. Hal ini sangat diperlukan untuk memastikan bahwa para dokter di Indonesia dihargai sesuai dengan pengorbanan yang telah mereka berikan.
ADVERTISEMENT