Konten dari Pengguna

Tan Malaka: Ideologi yang Menggugah Semangat Perjuangan Generasi Muda

Muhammad Adiaat
Mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Program Studi Hukum Pidana Islam, Fakultas Syariah dan Hukum, Angkatan 2022.
27 Januari 2025 12:58 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Adiaat tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
https://www.freepik.com (
zoom-in-whitePerbesar
https://www.freepik.com (
ADVERTISEMENT
Tan Malaka, sosok pahlawan nasional Indonesia, dikenal sebagai pejuang yang gigih dan tanpa pamrih dalam memperjuangkan kemerdekaan bangsa. Lahir pada 2 Juni 1897 di Sumatera Barat, Tan Malaka memiliki latar belakang pendidikan yang mendalam dan pemikiran yang tajam. Ia bukan hanya seorang pejuang, tetapi juga seorang pendidik dan penulis yang berperan penting dalam membangkitkan semangat nasionalisme di kalangan rakyat Indonesia. Dalam setiap langkah perjuangannya, Tan Malaka menunjukkan komitmen yang luar biasa terhadap cita-cita kemerdekaan.
ADVERTISEMENT
Salah satu sumbangsih signifikan Tan Malaka adalah pendirian organisasi politik. Pada tahun 1927, ia mendirikan Partai Republik Indonesia (PARI) dan kemudian Partai Murba pada tahun 1948. Melalui kedua partai ini, Tan Malaka berupaya mengorganisir massa untuk melawan penjajahan Belanda dan memperjuangkan hak-hak rakyat. Ia meyakini bahwa pendidikan adalah kunci untuk membebaskan bangsa dari belenggu kolonialisme, sehingga ia aktif mendirikan sekolah-sekolah dan mengajar anak-anak di Sumatera Barat.
Tan Malaka juga dikenal sebagai pemikir progresif. Dalam berbagai karyanya, ia mengemukakan ide-ide revolusioner tentang kemerdekaan dan keadilan sosial. Salah satu karya terkenalnya, "Madilog" (Materialisme Dialektis dan Logika), menjadi panduan bagi banyak aktivis pergerakan. Pemikirannya tidak hanya memengaruhi generasi muda pada masanya, tetapi juga tetap relevan dalam konteks perjuangan sosial saat ini.
ADVERTISEMENT
Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945, Tan Malaka terus berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan tersebut. Ia mendorong pembentukan Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) dan menyusun Manifesto Politik yang menjadi landasan perjuangan rakyat Indonesia. Dalam situasi pascaproklamasi yang penuh tantangan, Tan Malaka memimpin Persatuan Perjuangan, sebuah koalisi yang bertujuan menyatukan kekuatan rakyat melawan Belanda.
Perjuangan Tan Malaka tidak lepas dari risiko besar. Ia ditangkap beberapa kali karena aktivitas politiknya yang dianggap mengancam stabilitas pemerintah saat itu. Namun, semangatnya tak pernah padam. Pada tahun 1948, ia mendirikan Gerilya Pembela Proklamasi (GPP) untuk melawan Belanda secara bersenjata di Jawa Barat, menunjukkan bahwa ia tidak hanya berbicara tentang perjuangan, tetapi juga terlibat langsung dalam aksi nyata.
ADVERTISEMENT
Kehidupan Tan Malaka berakhir tragis pada 21 Februari 1949 ketika ia ditangkap dan dieksekusi tanpa pengadilan oleh pihak yang tidak diketahui. Meskipun demikian, warisan pemikirannya tetap hidup dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia. Ia diakui sebagai salah satu pelopor sayap kiri dan menjadi inspirasi bagi banyak aktivis setelahnya.
Tan Malaka diangkat sebagai Pahlawan Nasional pada tahun 1963 melalui Keputusan Presiden RI No. 53. Namun, namanya sering kali terlupakan karena stigma politik yang melekat padanya selama era Orde Baru. Kini, semakin banyak orang yang mulai menghargai kontribusinya yang sangat besar dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Dengan semangat juangnya yang tak kenal lelah dan pemikirannya yang visioner, Tan Malaka tetap menjadi simbol perjuangan tanpa pamrih bagi generasi penerus bangsa.
ADVERTISEMENT