Konten dari Pengguna

Stiker, Komponen Penanda pada Identitas Anak Muda

Muhammad Adib Al-Fikri
Penulis dan pemerhati budaya-sosial. Mahasiswa Magister Kajian Budaya Universitas Padjadjaran.
2 Februari 2023 10:32 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Adib Al-Fikri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Gambar merupakan hasil dokumentasi pribadi.
zoom-in-whitePerbesar
Gambar merupakan hasil dokumentasi pribadi.
ADVERTISEMENT
Saya pernah membaca tulisan dari Chombart de Lauwe kurang lebih mengatakan: "culture as creation and culture as action". Dia melihat bahwa masyarakat akan selalu memperbarui dirinya sendiri dengan bawaan ideologi dan jaminan/simbol terhadap bentuk reproduksi masyarakat itu sendiri.
ADVERTISEMENT
Dari hal ini, yang bisa saya lihat adalah bahwa zaman kontemporer seakan menjadi kesempatan untuk semua lapisan masyarakat, kelas, membawa bentukan representasi terhadap dirinya. Dan hal yang akan saya singgung mengenai tulisan kali ini adalah stiker.
Stiker dilihat sebagai hal yang sering kita lihat dalam lingkungan. Umumnya, stiker adalah sebuah gambar atau tulisan tertentu, yang biasa ditempel pada kendaraan pribadi, umum, rumah, bus. Juga setiap bentuk dari stiker tersebut berbeda-beda. Fenomena ini berlangsung sejak lama.
Dari istilah norak hingga menjadi tren yang dianggap sebuah budaya tandingan terhadap normalisasi arus utama. Karena stiker itu sendiri diwujudkan ke dalam ekspresi budaya pop yang murni, tidak secara sengaja diciptakan, maupun ditabiatkan.
com-Ilustrasi anak muda Foto: Shutterstock
Kendati demikian, stiker telah lama berperan sebagai 'wadah rekonstruksi' penggunanya, dan tentu saja menjadi penanda identitas tertentu.
ADVERTISEMENT
Bilamana membahas identitas, saya kira kita tidak akan pernah lupa bahwa nama kita adalah penanda terhadap tubuh dan gender kita. Dan identitas adalah hal terdalam dari nama itu sendiri, identitas itu mempertanyakan tentang sumber-sumber sejarah, bahasa dan budaya lewat proses menjadi daripada jadi.
Bagaimanapun, identitas secara jelas adalah tentang “siapa kami” dan “di mana kami berasal”, dan juga tentang “ke mana kita pergi” (Storey, 2009).
Dikatakan penanda pun karena stiker memang semelekat itu kepada anak muda. Anak muda dekat ekspresi diri, yang dari stiker adalah bentuk kemudahannya.
com-Ilustrasi anak muda yang melakukan perubahan sekitar. Foto: Shutterstock
Stiker mampu memberikan beberapa kesempatan kepada individu untuk menegosiasikan kembali perspektif, nilai, lewat lingkungan yang dimediasi oleh stiker itu.
Lalu menyatakan identitas yang sekiranya dapat diwadahi oleh simbol maupun stiker yang unik, sehingga dapat melepaskan diri dari anonimitas yang menjadi ciri sebagian besar kehidupan modern. Yang terakhir adalah menyebarkan pesan, media, dan simbol dengan cara kreatif ke lingkungan.
ADVERTISEMENT
Di paruh kalimat terakhir ini, saya kira anak muda punya keinginan untuk berkomunikasi lewat simbol yang dapat dijadikan sebuah alternatif identitas diri maupun identitas sosial. Anak muda tidak selamanya terjebak dalam "Dream World" itu, selama anak muda terus mencari alternatif diri, sesungguhnya ini yang membuat anak muda menjadi wadah terhadap perubahan ruang yang ia tinggali.