Konten dari Pengguna

Digital Detox: Apakah Kita Perlu Rehat?

Muhammad Adil
Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Andalas
8 Mei 2025 14:44 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Adil tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Image from canva.com
zoom-in-whitePerbesar
Image from canva.com
ADVERTISEMENT
Masa di mana dunia berjalan serba cepat dan instan, layar gawai menjadi layaknya kawan yang tak bisa dipisahkan dari genggaman. Dari pekerjaan, hiburan, hingga interaksi sosial, semuanya berpindah ke ujung jari. Namun, semakin larut kita dalam dunia digital, semakin sulit untuk kebutuhan dan kemelekatan.
ADVERTISEMENT
Nyatanya kita tidak hanya menggunakan gawai, tapi kita benar-benar melekat padanya. Kemelekatan pada teknologi digital ini merupakan kondisi dimana seseorang secara emosional, psikologi, bahkan fisiologis bergantung pada teknologi, terutama media sosial dan smartphone. Tanda-tanda kasarnya seperti, sering merasa gelisah ketika smartphone tertinggal, terus-terusan mengecek notifikasi media sosial, atau merasa dunia hilang saat kuota internet habis.
Pertanyaan, apakah kita perlu rehat sejenak dari semua ini?
Perlu untuk kemudian menyeimbangkan kehidupan nyata dengan kehidupan maya. Cara paling ampuh mewujudkannya adalah dengan menerapkan konsep digital detox. Digital detox adalah proses menjauhkan diri dari perangkat digital untuk sementara waktu dengan tujuan menjernihkan pikiran, fokus dan mengembalikan keseimbangan hidup. Tidak melulu harus ekstrem, digital detox bisa dimulai dari rehat harian selama satu atau dua jam tanpa gawai, atau akhir pekan tanpa media sosial.
ADVERTISEMENT
Beberapa alasan mengapa digital detox masuk akal dilakukan
1. Kesehatan Mental
Sesorang yang mengonsumsi konten digital secara berlebih dapat meningkatkan rasa insecure-nya. Karena ia merasa tidak lebih baik dan tidak akan pernah lebih baik dari semua yang ia saksikan di layar smartphonenya. Dan secara terus menerus akan berpengaruh pada kesehatan mentalnya. Digital detox membantu memutus siklus tersebut.
2. Pemulihan Fokus dan Produktivitas
Multitasking digital membuat fokus kita mudah terpecah hingga sulit sekali fokus pada satu perhatian. Dengan digital detox, kita dapat kembali belajar mengendalikan fokus secara penuh pada satu aktivitas.
3. Hubungan Interpersonal yang Lebih Berkualitas
Melepaskan kemelekatan pada layar membuka ruang untuk interaksi yang lebih dalam dan emosional dengan orang-orang di sekitar kita.
ADVERTISEMENT
4. Kesadaran Diri dan Refleksi
Tanpa distraksi yang dihasilkan oleh notifikasi smartphone, kita bisa lebih mudah menyadari dan bersyukur tentang hal-hal kecil yang kerap terlewatkan karena tertutup oleh hirup-pikuk dunia digital.
Digital detox sejatinya bukan anti teknologi melainkan sebuah proses yang secara sadar dilakukan untuk menata kembali keseimbangan dunia nyata dengan dunia digital yang kita punya. Beberapa langkah yang mungkin dapat dilakukan sebagai tahap awal memulai digital detox adalah sebagai berikut:
Jadi, apakah kita perlu rehat? Jawabannya adalah yaa, kita perlu. Rehat sejenak tidak membuat kita ketinggalan. Di tengah tekanan kesehatan mental yang banyak dirasakan orang akhir-akhir ini akibat media sosial, digital detox justru merupakan langkah berani yang dapat dilakukan untuk menata kembali kehidupan kita yang mulai tidak karuan. Digital detox bukan sekedar jeda, tapi langkah besar untuk kembali menyadari apa yang sebenar-benarnya penting dalam hidup bahkah hal-hal sekecil apapun itu.
ADVERTISEMENT
Muhammad Adil
Mahasiswa Departemen Ilmu Komunikasi Universitas Andalas