Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Tertawan Standar Kecantikan: Anorexia Nervosa dan Obsesi Bentuk Tubuh Ideal
26 November 2024 17:24 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Muhammad Afrizal tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Dewasa ini, tekanan sosial dan standar kecantikan yang semakin tidak realistis menjadi tantangan besar bagi banyak individu, terutama pada remaja. Menurut laporan Butterfly Foundation (2023), sekitar 45% remaja di Australia merasa tidak puas dengan penampilan mereka. Besarnya angka ini menunjukkan adanya pengaruh yang cukup kuat oleh standar kecantikan yang ditayangkan media. Ketidakpuasan ini seringkali memicu gangguan seperti Anorexia Nervosa yang menunjukkan kompleksitas antara tekanan sosial, psikologi, dan biologi otak.
ADVERTISEMENT
Anorexia Nervosa dalam Pandangan Neurosains
Penelitian di bidang neurosains, seperti penelitian oleh Kaye, Fudge, dan Paulus (2009), menemukan bahwa Anorexia Nervosa tak hanya persoalan sosial maupun psikologis, namun juga melibatkan disfungsi otak terutama pada bagian insula (bagian otak yang mengenali rasa lapar) dan striatum (pengatur motivasi). Penelitian menunjukkan bahwa insula dan striatum tidak berfungsi optimal pada penderita Anorexia Nervosa, akibatnya mereka sulit menyadari rasa lapar dan terus membatasi makan.
Kaitan Tekanan Sosial dengan Disfungsi Otak
Faktor budaya dan juga pengaruh dari media ternyata menghasilkan dampak signifikan dalam memperburuk kepercayaan diri seseorang terhadap bentuk tubuhnya. Penelitian oleh Grabe, Ward, dan Hyde (2008), menemukan bahwa paparan citra tubuh yang ideal dapat meningkatkan ketidakpuasan tubuh hingga 20% dan menstimulasi stres kronis yang berpengaruh pada fungsi otak, termasuk sistem Hypothalamus-Pituitary-Adrenal (HPA). Sistem HPA pada otak yang terjadi secara berlebihan dapat meningkatkan produksi kortisol yang merupakan hormon stres dan dapat memperburuk disfungsi di area insula dan striatum.
ADVERTISEMENT
Pendekatan Neurosains untuk Memahami Anorexia Nervosa
Pendekatan berbasis neurosains mengungkapkan bahwa gangguan pada insula (bagian yang berperan penting memproses sinyal lapar dan kenyang) serta striatum (bagian terkait sistem penghargaan dan motivasi) merupakan pemicu utama Anorexia Nervosa. Pada penderita Anorexia Nervosa, aktivitas insula yang rendah mengakibatkan menurunnya kemampuan untuk mengenali rasa lapar. Sementara penurunan aktivitas striatum juga menyebabkan menurunnya produksi dopamin, sehingga makanan yang dikonsumsi tak lagi memberikan kenikmatan yang semestinya.
Pencegahan dan Penanganan Anorexia Nervosa
Untuk mengatasi permasalahan ini, diperlukan pendekatan yang berfokus pada aspek psikososial. Sebuah penelitian oleh Sekar dan Cahyanti (2021), menunjukkan bahwa diskusi kelompok dapat meningkatkan rasa percaya diri pada remaja. Diskusi ini dapat mendorong remaja untuk saling mendukung dan juga berbagi pengalaman. Selain itu, penguatan literasi juga diperlukan agar para remaja dapat memilah informasi yang telah tersebar, sehingga mereka tidak terpengaruh oleh citra tubuh yang tidak realistis.
ADVERTISEMENT
Penanganan untuk gangguan makan juga membutuhkan pendekatan berbasis terapi klinis. Penelitian oleh Ratnawati & Sofiah (2012), mengungkap peran terapi berbasis citra tubuh guna mengidentifikasi faktor psikologis yang memicu Anorexia Nervosa pada remaja. Teknik ini diharapkan dapat membuat remaja menerima bentuk tubuh mereka. Selain itu, Cognitive Behavioral Therapy (CBT) juga terbukti efektif mengubah pola pikir yang menjurus ke Anorexia Nervosa. Dukungan dari keluarga maupun orang terdekat juga berperan penting dalam membantu proses pemulihan.
Perkembangan teknologi juga dapat dipertimbangkan guna mendukung penanganan Anorexia Nervosa, seperti penggunaan aplikasi untuk memantau pola makan dan memberikan peringatan dini terhadap gejala Anorexia Nervosa. Selain itu, penggunaan Virtual Reality (VR) juga dapat dilakukan untuk melatih para pasien menghadapi ketakutan untuk makan, sehingga hal tersebut dapat memperbaiki respon emosional seseorang terhadap pemicu kecemasan. Dengan memanfaatkan teknologi secara tepat dan maksimal, diharapkan dapat menjadi lebih efisien dan terpersonalisasi sesuai kebutuhan masing - masing pasien.
ADVERTISEMENT
Kesimpulan
Anorexia Nervosa terjadi tidak hanya diakibatkan oleh tekanan sosial, tetapi juga faktor biologi dan juga lingkungan. Studi neurosains menunjukkan bahwa ketidakseimbangan di insula dan striatum merupakan penyebab utama dalam kondisi ini. Langkah-langkah seperti edukasi masyarakat, perubahan dalam kebijakan media, serta dukungan sosial yang lebih kuat dapat membantu membangun budaya yang lebih menerima dan mendukung keberagaman, termasuk bentuk dan ukuran tubuh. Kombinasi intervensi yang tepat antara ahli kesehatan serta dukungan orang terdekat juga diperlukan untuk mengurangi prevalensi gangguan makan dan membantu individu mencapai pemulihan yang optimal.