Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.1
Konten dari Pengguna
Mikroalga: Energi Terbarukan dari Lautan Indonesia yang Masih Terlupakan
23 April 2025 10:11 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Muhammad Ainurrofiq tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT

Di tengah gempuran krisis energi dan perubahan iklim, dunia sedang berlomba-lomba mencari sumber energi alternatif yang lebih bersih dan berkelanjutan. Di Indonesia, perhatian sering terfokus pada energi surya, angin, atau air. Namun, ada satu potensi besar yang masih jarang disorot: mikroalga.
ADVERTISEMENT
Ya, mikroalga—organisme kecil yang hidup di air ini—ternyata punya kemampuan luar biasa sebagai sumber biofuel, bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan. Bahkan, dibandingkan bahan baku bioenergi lainnya seperti sawit atau jagung, mikroalga punya keunggulan yang tak bisa dianggap remeh.
Mikroalga: Kecil-Kecil Bikin Energi
Mikroalga adalah tanaman mikroskopis yang mampu tumbuh sangat cepat dan menghasilkan kandungan minyak (lipid) dalam jumlah tinggi. Minyak inilah yang bisa diolah menjadi biodiesel, bahan bakar nabati yang bisa menggantikan solar dari fosil.
Berbeda dengan sawit, mikroalga tidak butuh lahan luas. Ia bisa tumbuh di kolam kecil, bahkan di air limbah. Dengan kata lain, mikroalga tidak bersaing dengan kebutuhan pangan dan tidak memperburuk deforestasi.
Potensi Laut Indonesia yang Belum Maksimal
ADVERTISEMENT
Indonesia memiliki ribuan kilometer garis pantai, suhu tropis yang stabil, dan sinar matahari melimpah sepanjang tahun—semua ini adalah kondisi ideal untuk budidaya mikroalga. Tapi sayangnya, potensi ini masih belum tergarap optimal.
Beberapa kampus dan lembaga riset seperti LIPI, ITB, dan UI telah melakukan penelitian awal. Mereka menemukan bahwa jenis mikroalga lokal seperti Chlorella dan Nannochloropsis punya kandungan minyak tinggi dan bisa dikembangkan menjadi bahan bakar terbarukan.
Namun, dari segi industri, belum banyak yang melirik serius. Padahal, menurut data IEA (International Energy Agency), produksi biofuel berbasis mikroalga bisa menyumbang solusi nyata dalam transisi energi bersih—apalagi jika didukung secara regulasi.
Apa Sih Tantangannya?
Meski menjanjikan, pengembangan mikroalga punya beberapa tantangan klasik:
Biaya produksi yang masih tinggi, terutama untuk ekstraksi minyak dari alga.
ADVERTISEMENT
Kurangnya investasi dan dukungan kebijakan pemerintah.
Belum adanya insentif fiskal atau regulasi khusus untuk biofuel dari mikroalga.
Di sisi lain, teknologi terus berkembang. Negara-negara seperti Jepang, Amerika Serikat, dan Tiongkok sudah mulai mengembangkan mikroalga sebagai bagian dari strategi energi nasional mereka.
Energi Laut untuk Masa Depan
Jika dikelola dengan serius, mikroalga bisa jadi bahan bakar masa depan Indonesia. Bayangkan jika pembangkit listrik atau kendaraan di masa depan tidak lagi bergantung pada BBM, tapi dari “kebun mikroalga” di pesisir-pesisir Indonesia.
Potensi ini layak digarap. Dan lebih dari itu, ia bisa membuka lapangan kerja baru, menggerakkan ekonomi pesisir, hingga mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap energi fosil.
⛽Mikroalga mungkin kecil, tapi dampaknya bisa sebesar masa depan energi Indonesia. Sudah saatnya kita melirik laut, bukan hanya untuk pariwisata dan perikanan, tapi juga untuk energi yang bersih dan berkelanjutan.
ADVERTISEMENT