Konten dari Pengguna

Potensi Energi Pembangkit Listrik Tenaga Arus Laut di Indonesia

Muhammad Akbar Hardian
Seseorang Mahasiswa Teknik Kelautan ITS yang berfokus pada Perancangan Struktur Bangunan Lepas Pantai, menyukai musik klasik, basket serta beberapa film
15 Desember 2020 5:24 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Akbar Hardian tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
     Gambar 1 : Ilustrasi Pembangkit Listrik Tenaga Arus Laut
zoom-in-whitePerbesar
Gambar 1 : Ilustrasi Pembangkit Listrik Tenaga Arus Laut
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 17.499 pulau dengan panjang garis pantai 81.000 km serta luas perairannya terdiri dari laut teritorial, perairan kepulauan dan perairan pedalaman seluas 2,7 juta km atau 70% dari luas wilayah NKRI. Menurut data BPS pada tahun 2011, Indonesia juga merupakan negara terbesar ke-4 di dunia dengan jumlah penduduk mencapai 237.641.326 jiwa. Dengan jumlah penduduk yang sedemikian besar, tentu Indonesia memiliki kebutuhan energi yang amat tinggi. Tingginya permintaan energi tersebut menyebabkan Indonesia rentan akan krisis energi. Menurut data BPS pada tahun 2011, secara keseluruhan sumber energi yang digunakan di Indonesia merupakan sumber energi fosil yang tidak terbarukan. Indonesia sebagai negara maritime tentunya memiliki potensi yang besar terutama di dalam lautnya. Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Asosiasi Energi Laut Indonesia (ASELI) pada tahun 2011, secara teoritis total sumber daya laut di Indonesia mencapai 727.000 MW. Arus laut merupakan salah satu industri energi laut yang paling siap untuk diterapkan dalam pengimplementasian energi terbarukan di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Arus air laut adalah pergerakan massa air secara vertikal dan horisontal sehingga menuju keseimbangannya, atau gerakan air yang sangat luas yang terjadi di seluruh lautan dunia. Arus laut dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi listrik dengan cara mengkonversi energi kinetik menjadi energi listrik menggunakan turbin air (Moreno et al., 2008). Dalam penggunaanya, Arus pasang surut dibedakan menjadi dua, yaitu flood current dan ebb current. Flood current merupakan arus pasut yang bergerak menuju daratan, yang terjadi saat surut menuju pasang. Ebb current merupakan arus pasut yang bergerak menjauhi daratan, yang terjadi saat pasang menuju surut. Dalam pemanfaatan energi arus air laut ini pada umumnya menggunakan turbin. Arus air laut yang mengalir deras akan melewati bagian turbin dan menggerakkan baling-baling yang ada di dalamnya sehingga akan menghasilkan listrik.
ADVERTISEMENT
Ada beberapa fakrot penting yang harus diketahui sebelum membangun pembangkit listrik, yaitu kondisi geografis, kedalaman perairan, dan karakteristik arus laut.
1. Kondisi Geogragis
Kondisi geografis merupakan suatu keadaan alam yang terjadi pada permukaan bumi di wilayah tertentu. Kondisi geografis digunakan untuk menentukan bangunan pembangkit seperti apa yang akan dipasang yang mendukung keadaan di laut tersebut.
2. Kedalaman Perairan
Kedalaman perairan digunakan untuk mengetahui apakah bangunan yang akan dibangun kedalamannya sesuai dan siap untuk dipasang di laut tersebut.
3. Karakteristik Arus Laut
Kecepatannya digunakan untuk menentukkan teknologi turbin yang dapat digunakan. Arus laut yang dapat dimanfaatkan energinya adalah yang memiliki minimal kecepatan rata-rata ≥ 2,5 m/s .
Dengan menggunakan energi arus laut, Indonesia dapat memanfaatkan sumber daya alam yang ada dan menghasilkan energi listrik dengan energi terbarukan yang ramah lingkungan sehingga mengurangi penggunaan energi fosil.
ADVERTISEMENT
Sumber :
Rourke, F.O., Fergal, O., Anthony, R, 2010, Marine current energy devices: Current status and possible future applications in Ireland, Renewable and Sustainable Energy Reviews, 14:1026–1036
Asosiasi Energi Laut Indonesia (ASELI). 2011. Potensi Sumber Daya Energi Laut di Indonesia. ASELI, Bandung, 14 hlm.
BPS. 2011a. Statistik Indonesia 2011. Badan Pusat Statistik, Jakarta, 620 hlm.
2011b. Neraca Energi Indonesia 2006-2010. Badan Pusat Statistik, Jakarta, 74 hlm