Konten dari Pengguna

Danger! Berita Hoax

4 Januari 2018 19:28 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:12 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Akbar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Media Sosial memang merupakan media yang paling berpengaruh saat ini, banyak sekali sampai seakan hampir semua informasi bisa kita dapatkan melalui media sosial, dan sudah semestinya Media Sosial dimanfaatkan sebagai wadah untuk bersosialisasi dan berinteraksi yang berisi dengan informasi serta konten-konten yang positif. Sayangnya, beberapa pengguna media sosial memanfaatkan wadah tersebut untuk menyebarkan konten yang berbau negatif. Jika pengguna media sosial yang negatif ini dibiarkan, Hal tersebut dapat membahayakan pengguna media sosial yang lain yang lebih dikuasai di gunakan oleh generasi muda. Menyadari hal tersebut, telah banyak kelompok yang telah mengajak masyarakat agar dapat lebih cerdas dalam menggunakan media sosial.
ADVERTISEMENT
Pemerintah Indonesia pada saat ini juga sedang berupaya untuk dapat mengurangi penyebaran konten negatif dan diantaranya berfokus pada masalah hoax atau berita- berita palsu. Pemerintah Indonesia dengan tegas menyampaikan bahwasannya berita hoax dapat menimbulkan sebuah perpecahaan diantara kalangan masyarakat. Dalam langkahnya Pemerintah Indonesia mengatasi masalah tersebut dengan cara menyusun undang-undang yang di dalamnya mengatur sanksi bagi pengguna internet yang turut menyebarkan konten negatif.
Berikut beberapa jenis hoax:
1. Hoax proper
Hoax dalam definisi adalah berita bohong yang dibuat secara sengaja. Pembuatnya tahu bahwa berita itu bohong dan bermaksud untuk menipu orang dengan beritanya.
2. Judul heboh tapi berbeda dengan isi berita
Kebiasaan buruk banyak netizen adalah hanya membaca headline berita tanpa membaca isinya. Banyak beredar artikel yang isinya benar tapi diberi judul yang heboh dan provokatif yang sebenarnya tidak sama dengan isi artikelnya.
ADVERTISEMENT
3. Berita benar dalam konteks menyesatkan
Kadang-kadang berita benar yang sudah lama diterbitkan bisa beredar lagi di sosial media. Ini membuat kesan bahwa berita itu baru terjadi dan bisa menyesatkan orang yang tidak mengecek kembali tanggalnya.
Peran Media dan Masyarakat
Semakin berkembangnya hoax di masyarakat juga mendorong beberapa pihak dalam mulai melawan penyebaran hoax. Sejak tahun 2016 lalu, Facebook mulai memperkenalkan fitur yang memungkinkan sebuah link artikel yang dibagi melalui Facebook akan diberi tanda Dispute (ditentang) bagi artikel-artikel yang ditengarai menyebarkan informasi yang dapat diragukan kebenarannya, Aplikasi pesan instan populer seperti Line juga mulai memerangi hoax dengan aktif menyebarkan informasi melalui Line New / Line Today manakala suatu hoax mulai ramai di tengah masyarakat.
ADVERTISEMENT
Selain platform sosial media tersebut, masyarakat juga mulai menggagas program Turn Back Hoax, dimana suatu informasi hoax akan diidentifikasi dan dipublikasi mengenai kebenarannya melalui berbagai media, diantaranya grup Facebook dan melalui website Turn Back Hoax sendiri.
Hoax Pada Media Online
( https://news.detik.com/berita-jawa-timur/d-3746125/tanggul-lumpur-lapindo-dikabarkan-jebol-kapolresta-sidoarjo-itu-hoax Foto : Suparno )
Seiring berkembangnya zaman media online mulai menjadi platform utama untuk mengakses informasi. Tidak hanya dari generasi 90-an ke bawah atau yang dikenal dengan istilah generasi millenial. Tetapi juga dengan generasi-generasi di atasnya yang mau tidak mau harus mengikuti perubahan. Sampai Desember 2016 telah ditemukan 800.000 situs penyebar hoax menurut Menteri Kominfo, dilansir dari CNN. Jumlah ini tentunya harus dikurangi. Mengingat media online harusnya memuat berita yang berimbang dan bukannya berita bohong dan fitnah.
ADVERTISEMENT
Salah satu informasi hoax yang sempat membuat resah di Indonesia antara lain kabar tentang masuknya 10 juta tenaga kerja asal China ke Indonesia, atau Disneyland akan dibangun di Boyolali. Dibandingkan berita yang berdasar fakta, informasi bohong dengan judul-judul yang bombastis memang dengan cepat menjadi viral. Harian The New York Times menyebutnya sebagai "virus digital". Keterbatasan rentang perhatian manusia ditambah dengan informasi yang sangat deras di media sosial dianggap menjadi penyebab hoax gampang menyebar. Penelitian menyebutkan, seseorang cenderung melihat "bias informasi" dan hanya menaruh perhatian, serta menyebarkan informasi yang sesuai dengan kepercayaannya. Bahkan meski informasi tersebut palsu. Penjelasan lain mengenai fenomena hoax ini menyatakan bahwa banyak orang kurang peduli pada kredibilitas sumber berita. Apakah sebuah informasi berasal dari situs "abal-abal" atau yang memiliki kaidah jurnalistik.
ADVERTISEMENT
Di lain pihak, saat mencari informasi online kita sering mendapatkannya dari teman. Karena kita cenderung percaya pada teman, saringan kognitif di otak kita menjadi lemah. Kita percaya begitu saja pada apa yang ia bagikan. Apalagi kalau teman tersebut selama ini kita kenal jujur maka kita merasa tak perlu memeriksa apakah informasi itu fakta atau palsu.
Mengidentifikasi mana berita hoax dan mana berita asli. Berikut penjelasannya
1) Hati-hati dengan judul provokatif
Berita hoax seringkali menggunakan judul sensasional yang provokatif, misalnya dengan langsung menudingkan jari ke pihak tertentu. Isinya pun bisa diambil dari berita media resmi, hanya saja diubah-ubah agar menimbulkan persepsi sesuai yang dikehendaki sang pembuat hoax. Oleh karenanya, apabila menjumpai berita dengan judul provokatif, sebaiknya Anda mencari referensi berupa berita serupa dari situs online resmi, kemudian bandingkan isinya, apakah sama atau berbeda. Dengan demikian, setidaknya Anda sebagai pembaca bisa memperoleh kesimpulan yang lebih berimbang.
ADVERTISEMENT
2) Cermati alamat situs
Untuk informasi yang diperoleh dari website atau mencantumkan link, cermatilah alamat URL situs yang dimaksud. Apabila berasal dari situs yang belum terverifikasi sebagai institusi pers resmi misalnya menggunakan domain blog, maka informasinya bisa dibilang meragukan. Menurut catatan Dewan Pers, di Indonesia terdapat sekitar 43.000 situs di Indonesia yang mengklaim sebagai portal berita. Dari jumlah tersebut, yang sudah terverifikasi sebagai situs berita resmi tak sampai 300 situs. Artinya terdapat setidaknya puluhan ribu situs yang berpotensi menyebarkan berita palsu di internet yang mesti diwaspadai.
3) Periksa fakta
Perhatikan dari mana berita berasal dan siapa sumbernya? Apakah dari institusi resmi seperti KPK atau Polri? Sebaiknya jangan cepat percaya apabila informasi berasal dari komunitas ormas, tokoh politik, atau pengamat. Perhatikan keberimbangan sumber berita. Jika hanya ada satu sumber, pembaca tidak bisa mendapatkan gambaran yang utuh. Hal lain yang perlu diamati adalah perbedaan antara berita yang dibuat berdasarkan fakta dan opini. Fakta adalah peristiwa yang terjadi dengan kesaksian dan bukti, sementara opini adalah pendapat dan kesan dari penulis berita sehingga memiliki kecenderungan untuk bersifat subyektif.
ADVERTISEMENT
4) Cek keaslian foto
Di era teknologi digital saat ini, bukan hanya konten berupa teks yang bisa dimanipulasi, melainkan juga konten lain berupa foto atau video. Ada kalanya pembuat berita palsu juga mengedit foto untuk memprovokasi pembaca.
Cara untuk mengecek keaslian foto bisa dengan memanfaatkan mesin pencari Google, yakni dengan melakukan drag-and-drop ke kolom pencarian Google Images. Hasil pencarian akan menyajikan gambar-gambar serupa yang terdapat di internet sehingga bisa dibandingkan.
5) Ikut serta grup diskusi anti-hoax
Di Facebook terdapat sejumlah fanpage dan grup diskusi anti hoax, misalnya Forum Anti Fitnah, Hasut, dan Hoax (FAFHH), Fanpage & Group Indonesian Hoax Buster, Fanpage Indonesian Hoaxes, dan Grup Sekoci.
Di grup-grup diskusi ini, netizen bisa ikut bertanya apakah suatu informasi merupakan hoax atau bukan, sekaligus melihat klarifikasi yang sudah diberikan oleh orang lain. Semua anggota bisa ikut berkontribusi sehingga grup berfungsi layaknya crowdsourcing yang memanfaatkan tenaga banyak orang.
ADVERTISEMENT
Dari hal tersebut kemudian bisa disimpulkan apakah berita tersebut asli atau sekedar hoax yang hanya bertujuan untuk menimbulkan keresahan di masyarakat. Karena terkadang guna meyakinkan berita hoax mereka memanfaatkan sebuah gambar yang tidak sesuai dengan isi berita. Tentunya langkah terakhir jika berita tersebut hoax kita tidak perlu membagikan di media sosial.
Diharapkan kita bisa menjadi pembaca yang cerdas dan bijak. Selain itu alangkah lebih baik untuk mengimbangi maraknya berita hoax yang beredar secara tidak terkendali, kita menggalakkan budaya membaca di sekitar lingkungan kita. Sudah selayaknya kemajuan teknologi informasi juga harus di imbagi dengan kemajuan budaya literasi. Gunakan sosial media sesuai fungsi asalnya, open your mind, stop share to hoax, unity be saved!
ADVERTISEMENT
STOP HOAX
BIAR OTAK
GAK SOAK