Cegah Antisosial atau Phubbing

Konten dari Pengguna
4 Januari 2018 9:14 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Akbar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Kecanduan smartphone (ilustrasi). (Foto: Shutter Stock)
zoom-in-whitePerbesar
Kecanduan smartphone (ilustrasi). (Foto: Shutter Stock)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Stay Focused, Stop Phubbing!
Seiring dengan kemajuan teknologi dan perkembangan zaman yang semakin cepat, membuat cara berkomunikasi antar individu pun mengalami perubahan. Dari cara berkomunikasi harus bertatap muka dan secara lisan, maka pada era modern ini, jika kita ingin berkomunikasi dengan individu lain kita tidak harus bertatap muka dahulu dan secara lisan, kita bisa menggunakan smartphone kita masing-masing sebagai alat penyampaian pesan kepada teman kita atau lawan bicara kita.
ADVERTISEMENT
Dengan smartphone yang bentuknya praktis dan fungsinya dapat membuat hidup kita menjadi lebih mudah. Smartphone ini dapat melakukan banyak hal seperti menelpon orang lain, main game, video call dengan orang lain, bermain sosial media, belanja online, atau membaca novel secara digital. Kehadiran smartphone seakan menjadi kebutuhan pokok bagi kita sebagai masyarakat modern.
Dalam era ini kita bisa menemukan fenomena seseorang memainkan smartphone tanpa memerdulikan lingkungan sekitar. Fenomena-fenomena tersebut bisa kita temui di beberapa tempat, yaitu tempat makan, sebelum pesanan mereka datang biasanya mereka sering sibuk dengan smartphone-nya, lalu setelah makanan datang mereka malah sibuk sendiri memoto makan tersebut untuk di-upload ke dalam media sosialnya masing-masing sehingga makanannya sudah dingin dan tidak enak lagi untuk dimakan.
ADVERTISEMENT
Lalu, di kampus saat sedang ngumpul bersama-sama pasti saja ada seseorang yang sibuk sendiri dengan smartphone-nya, entah dia bermain game, membaca novel atau hanya bermain sosial media. Di kendaraan umum seperti Busway, Transjakarta dan Kereta Commuter Line, kita bisa melihat para remaja yang sibuk sendiri sampai dia tidak peduli dengan orang yang ada di pinggirnya. Di jalan umum kita sering melihat orang sibuk dengan smartphone-nya sampai dia tidak lihat jalan ke depan.
Kapan sih hal ini bisa terjadi? Fenomena ini bisa terjadi pada siapa saja, misalnya saat dua orang atau lebih dalam sebuah kehidupan bersama, namun mereka saling berinteraski dengan telepon genggamnya masing-masing. Mungkin kita menjadi bagian atau bahkan pernah mengalami fenomena tersebut. Fenomena ini yaitu Phubbing berasal dari kata phone dan snubbing, diciptakan oleh Alex Haigh, mahasiswa Australia yang magang di perusahaan periklanan terkenal McCann di Australia. Ia kemudian direkrut menjadi pegawai tetap di sana. Film berjudul A Word is Born merekam keseluruhan proses penciptaan istilah baru ini dan menjadi iklan untuk Macquarie Dictionary Australia. Hubungan phubbing dengan depresi menurut Roberts dan David adalah sebagai berikut:
ADVERTISEMENT
Phubbing + Attachment anxiety ---> konflik ---> ketidakpuasan terhadap hubungan ---> ketidakpuasan hidup ---> depresi.
Berapa dekade yang lalu, para psikolog memperdebatkan soal pengaruh menonton TV yang membuat interaksi dengan orang lain berkurang karena individu terpaku pada layar TV. Jika dibandingkan dengan phubbing saat ini, menonton TV menjadi lebih ‘ringan’ karena ternyata phubbing menyita lebih banyak waktu daripada menonton TV. Lama kelamaan kemampuan kita untuk berkomunikasi tatap muka akan menghilang.
Anak yang sibuk bermain gadget (Foto: Thinstock)
zoom-in-whitePerbesar
Anak yang sibuk bermain gadget (Foto: Thinstock)
Gadget? Memiliki Nilai Positif atau Negatif?
Bulan Mei 2012, McCann Melbourne bersama Macquarie Dictionary, mengundang para lexicographers (editor/ penyusun kamus), penulis buku dan puisi untuk memperkenalkan kata phubbing di media dengan kampanye Stop Phubbing. Mengapa orang begitu lekat dan tergila-gila dengan gadget? Dulu sebelum demam smartphones muncul, acara keluarga atau berkencan dengan pacar diisi dengan mengobrol atau bercanda satu sama lain. Sekarang ini, aliran message dan updates dari media sosial terus masuk tanpa henti ke gadget dan semua teman yang tersebar di mana-mana hanya terpisah sebatas ketikan atau klik di layar gadget.
ADVERTISEMENT
Phubbing adalah sebuah istilah untuk tindakan acuh seseorang di dalam sebuah lingkungan, karena lebih fokus pada gadget dari pada membangun sebuah percakapan. Istilah ini mulai booming seiring dengan smartphone yang mudah di dapatkan akhir-akhir ini. Dalam sebuah artikel menarik yang dimuat di Chinadaily.com, phubing dapat mengancam putusnya hubungan dalam keluarga, persahabatan bahkan mampu mengancam terputusnya relasi. Perilaku phubbing yang mengabaikan dan tidak mempedulikan orang lain yang tengah bersama dengan Anda akan mengancam ketidakpercayaan orang terhadap anda.
Dampak Phubbing
Ada beberapa dampak yang didapatkan dari Phubbing ini. Beberapa di antaranya yaitu akan menjadi antisosial karena kita hanya fokus bermain smartphone kita tanpa bersosial di dunia nyata. Cuek atau tidak peduli terhadap lingkungan sekitar karena fokus terhadap smartphone-nya.
ADVERTISEMENT
- Menghancurkan hubungan pertemanan
Ilustrasi Kecanduan Medsos (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Kecanduan Medsos (Foto: Thinkstock)
Istilah yang sering digunakan beberapa orang adalah Phubbing (phone snubbing). Beberapa remaja SMA yang biasa berkumpul di kantin sekolah yang biasanya ngobrol dan becanda tetapi saat ini di jam istirahat digunakan untuk menunduk ke layar smartphone daripada berinteraksi. Mungkin kita merasa ini sepele tetapi, bila terus menerus, kemampuan kita berkomunikasi langsung (tatap muka) akan berkurang, bukan hanya kepada orang baru, ini juga akan berimbas ke orang dekat sekeliling kita dan ini sangat merugikan diri sendiri.
Saran: komunikasi tatap muka adalah yang paling efektif. Bilapun terpaksa, Anda harus tau bahwa smartphone bergerak di dunia maya dan Anda di dunia nyata.
- Gila Mengabadikan Kejadian
Ilustrasi Selfie (Foto: Dok. Highsnobiety)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Selfie (Foto: Dok. Highsnobiety)
Ada sisi yang menguntungkan dari “kegilaan memoto atau merekam” pengguna smartphone yang biasa kita sebut dengan selfie atau wefie. Tidak jarang, rekaman dari netizen pengguna smartphone bisa menjadi bukti beberapa kasus seperti pengeboman, pembunuhan, kecelakan dan lain sebagainya. Sayangnya, “kegilaan” mengabadikan itu terkadang berlebihan, sampai-sampai hal yang tidak perlu diabadikan pun tetap direkam atau difoto, di-share jejaring sosial. Dan yang lebih memprihatinkan, bila ada kejadian yang seharusnya si perekam mampu menolong korban tetapi dia memilih untuk merekam terus. Ini sesuatu hal yang sangat tidak manusiawi, tetapi itu memang terjadi.
ADVERTISEMENT
-Sulit melepaskan diri
Ilustrasi kecanduan game online. (Foto: Wikimedia Commons)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kecanduan game online. (Foto: Wikimedia Commons)
Kapanpun, dimanapun asal masih memiliki jaringan internet maka Anda bisa langsung masuk ke dunia maya. Anda langsung bisa dengan sekejap membaca email masuk, menjawab komentar orang di website pribadi Anda, mengupload keseharian seperti baru sampai kantor, memotret kejadian di perjalanan. Ini yang membuat orang-orang sulit terlepas dari smartphone. Sepertinya, sebagian hidupnya sudah ada di sana.
Kesimpulan dari Phubbing menjadi penyebab sekitar 40-50% dari berakhirnya hubungan romantik dan menyebabkan kerentanan dalam hubungan antar individu dalam konteks yang lebih luas. Sangat ironis karena awalnya gadget dimaksudkan untuk menjadi alat komunikasi antar individu dan untuk memudahkan dan mendukung komunikasi, namun sekarang justru menjadi bumerang, menjadi kendala dalam hubungan interpersonal.
ADVERTISEMENT
Eits, siapa bilang? Yuk #letakkangadgetmu sejenak, ajak ngobrol orang di sampingmu dan ciptakan momen menyenangkan bersama orang-orang terdekat yang ada di sekelilingmu. Be wise using your gadget, #letakkangadgetmu because happiness is arround you.