Kurangnya Literasi di Indonesia

Muhammad Akmal
Mahasiswa Universitas Pembangunan Jaya
Konten dari Pengguna
17 Desember 2022 4:00 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Akmal tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Muhammad Akmal
Ilmu Komunikasi A UPJ Angkatan 2022
“Literasi rendah bukan hanya disebabkan rasa malas.”
ADVERTISEMENT
– Yrama Widya
https://media.istockphoto.com/id/1279460648/id/foto/konsep-buku-ajaib-terbuka-halaman-terbuka-dengan-air-tanah-dan-anak-kecil-konsep-fantasi-alam.jpg?s=612x612&w=is&k=20&c=G6y9xHTCC_xerbMVM-Zl8Y3fpi3_6XIcb3K9f8i0ZN0=
Apakah kamu pernah merasa malas membaca?
Termasuk saya sendiri yang masih di usia muda dan sebagai mahasiswa, rasanya seperti masih kurang dan malas untuk membaca. Berdasarkan survei yang dilakukan Program for International Student Assessment (PISA) yang di rilis Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) pada 2019, Indonesia menempati peringkat ke 62 dari 70 negara, atau merupakan 10 negara terbawah yang memiliki tingkat literasi rendah. Lalu bagaimana cara mengatasi masalah tersebut yang berdampak buruk bagi kehidupan kita di masa depan, terutama di Indonesia negara kita sendiri. Dan berpengaruh juga kedalam aspek Pendidikan kita.
Ada beberapa penyebab pendidikan di Indonesia masih rendah dibanding dengan negara-negara lainnya.
ADVERTISEMENT
Salah satunya yaitu pengaruh kurangnya literasi atau minat baca pada siswa maupun mahasiswa serta kemampuan dalam berpikir kritis (critical thinking) yang masih rendah. Hal tersebut juga tidak terlepas dari budaya baca yang masih asing dalam masyarakat Indonesia. Rendahnya minat baca juga berdampak besar pada faktor penjualan buku baik offline ataupun online. Saat ini juga banyak sekali masyarakat Indonesia yang mempunyai pemahaman yang kurang disebabkan kurangnya minat membaca, karena pengetahuan itu sendiri sangatlah penting untuk kebutuhan diri kita sendiri. Contohnya adalah diri saya sendiri yang terkadang masih kurang paham dalam mengikuti perkembangan berita karena masih suka membaca hanya lewat judul saja dan tidak membaca secara detail sampai selesai berita tersebut. Contoh lainnya juga saya masih jarang bahkan tidak pernah ke perpustakaan di kampus. Adapun masalah kasus yang sering marak terjadi di Indonesia yaitu hoax ini juga akibat kurangnya pemahaman dalam membaca dan langsung disebar luaskan sehingga menjadi perbincangan masyarakat luas.
ADVERTISEMENT
Dilansir dari kemendagri.go.id (23/3/2021) pada rapat koordinasi nasional bidang perpustakaan tahun 2021, Kepala Perpusnas, M. Syarif Bando mengatakan bahwa persoalan Indonesia adalah rendahnya tingkat literasi. Lebih lanjut Beliau menambahkan hal tersebut terjadi karena Indonesia telah diklaim dan dihakimi sebagai negara yang rendah budaya bacanya, sehingga menyebabkan rendah pula indeks literasinya. Hanya 1 dari 1000 orang Indnesia yang gemar membaca. Rendahnya minat baca dan kemampuan literasi ini berdampak pada produsi buku bacaan di Indonesia setiap tahunnya. Total jumlah bacaan Indonesia dibandingkan dengan jumlah penduduk Indonesia memiliki rasio nasional 0.09. Ini bermakna, 1 buku baru ditunggu oleh 90 orang Indonesia setiap tahunnya.
Fakta tersebut benar adanya karena dapat kita lihat dikehidupan nyata masyarakat Indonesia. Pemerintah juga sudah menyuruh dan meminta kita semua untuk menerapkan budaya membaca pada saat kapanpun dan dimanapun kita berada. Dilansir dari id.wikipedia.org pada 11 desember 2022 Indonesia sendiri juga sudah terdapat Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas). Pada tanggal 14 September 2017, Presiden Joko Widodo meresmikan Gedung Fasilitas Layanan Perpusnas baru yang merupakan perpustakaan nasional tertinggi di dunia (126,3 meter) dengan 27 lantai. Ini juga termasuk bukti nyata pemerintah Indonesia dalam upaya untuk mengurangi rendahnya minat baca, tetapi saya sendiri juga belum pernah berkunjung kesana dan menurut saya juga masih banyak masyarakat yang belum tau keberadaan akan adanya tempat tersebut karena tempat tersebut masih sepi dan tidak ramai pengunjung seperti Mall pada umumnya.
ADVERTISEMENT
Salah satu tujuan membaca
adalah untuk mencerdaskan dan memajukan bangsa agar tercipta budaya “melek mata”. Mengapa kita masih kurang dalam hal ini? salah satu alasan yang paling terlihat adalah rasa malas untuk sekedar hanya membaca. Berikut lebih jelas dan detail penyebab rendahnya tingkat literasi di Indonesia terdapat 2 faktor sendiri yaitu bahan bacaan yang kurang menarik dan mendalam dan yang kedua adalah praktiknya jadi meski ada bacaan nya tetapi harus didukung dengan praktik literasi yang baik dan benar. Bahkan zaman sekarang masalah ini sudah menjadi hal yang wajar dan lumrah, namun tetap saja menjadi kebiasaan yang buruk dan berpengaruh ke masa depan nanti nya.
Salah satu tujuan saya membuat artikel ilmiah popular ini yang berjudul “Kurangnya Literasi di Indonesia” adalah untuk mengetahui bahwa kita harus segera sadar dan berubah agar bisa menjadi orang yang pandai dalam budaya “melek mata”. Jadi jangan lagi bermalas-malasan untuk membaca dan pentingnya untuk memahami suatu informasi. Dilansir dari balerumah.com Di Indonesia, lama waktu membaca rata-rata hanya 30-59 menit perhari. Artinya, kurang dari sejam. Sedangkan dalam tiap tahun, rata-rata hanya 5-9 buku yang tamat dibaca. Tentu saja, hal tersebut jauh di bawah standar Unesco, yang meminta supaya lama waktu membaca tiap orang berkisar antara 4-6 jam dalam sehari. Itu merupakan salah satu bukti bahwa tingkat literasi di Indonsia masih terbilang sangat rendah. Kuantitas membaca yang masih tertinggal.
ADVERTISEMENT
Saya sendiri sebagai seorang mahasiswa masih merasa kurang dalam literasi contohnya saja dalam keseharian saya ketika pembelajaran di kampus karena saya merasa sulit sekali untuk membaca buku pelajaran dan catatan yang diberi oleh dosen, saya justru lebih rajin dalam mencatat saja sehingga berpengaruh terhadap kemampuan saya dalam berpikir dan mengerjakan tugas. Maka dari itu semua balik lagi ke diri kita sendiri masing-masing karena sangatlah penting dan berpangaruh terhadap masa depan semua orang di dunia ini.
Berikut sedikit cara atau tips sederhana untuk meningkatkan kemampuan literasi kita.
Dilansir dari kompasiana.com (7/6/2022) yang pertama adalah sempatkan untuk membaca di setiap waktu luang, cara ini bis akita lakukan dengan cara membawa buku kemanapun kita pergi. Lalu yang kedua biasakan untuk membeli buku jika ada uang jajan lebih sebaiknya digunakan untuk membeli buku karena tidak ada salahnya dan lebih berguna. Yang ketiga adalah membuat target bacaan, yaitu memilih buku apa yang akan kita baca sesuai kesukaan dan keinginan. Selanjutnya yang keempat adalah membuat daftar buku rekomendasi kita bisa meminta saran dari orang terdekat buku apa yang bagus untuk dibaca. Yang terakhir adalah biasakan membaca buku diwaktu kosong kita dan sebelum tidur karena bisa memanfaatkan waktu agar tidak terbuang sia-sia waktu kosong yang kita punya.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan artikel yang saya buat dapat diambil kesimpulan nya adalah bahwa negara kita Indonesia masih menduduki peringkat terendah dalam masalah literasi, sangatlah buruk karena ini belum bisa diubah padahal pemerintah sudah mengupayakan berbagai cara untuk meningkatkan minat baca dan budaya literasi di Indonesia mulai dengan membangun Perpusnas dan memerintah agar masyarakatnya menerapkan budaya membaca karena hal ini sangatlah penting untuk masa depan dan negara kita. Dimulai dari diri kita sendiri dan hal kecil atau sederhana untuk bisa merubah kebiasaan buruk. Bisa kita terapkan juga beberapa cara dalam keseharian dan lingkungan sekitar untuk meningkatkan kemampuan literasi kita. Serta membaca ini juga berpengaruh ke faktor pendidikan seseorang dan sangatlah penting untuk masa depan. Jadi mau sampe kapan kita masih belum “melek mata” di zaman sekarang yang sudah sangat canggih jangan mau kalah dan ketinggalan dengan perkembangan zaman. Malu dengan keadaan kehidupan yang sekarang jika kita masih saja belum bisa merubah hal dan kebiasaan buruk kita.
ADVERTISEMENT