Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.0
Konten dari Pengguna
SawMie: Mie Ayam Hijau Khas Kaotan Berubah Berkat Mahasiswa UNAIR
2 Februari 2025 20:43 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Muhammad Alesha Fadhana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Desa Kaotan, Banyuwangi — Sejak pandemi Covid-19 melanda, keluarga kecil pemilik usaha mie ayam sawi hijau di Desa Kaotan hanya bisa mengandalkan dua sumber penghasilan: toko sembako kecil di rumah dan dagangan mie ayam yang mereka edarkan berkeliling desa setiap malam.
ADVERTISEMENT
"Sampai sekarang belum pernah ada yang dampingi usaha kami," keluh sang istri dengan nada penuh harap. Ia ingin produk mie ayam sawi hijaunya bisa dikenal lebih luas, namun berbagai kendala menghadang, termasuk pengelolaan administrasi yang belum tertata dengan baik. "Kalau soal surat-surat usaha, itu sudah ada, namu kami juga bingung harus menyimpannya bagaimana," lanjutnya.
Cerita sederhana namun penuh harap ini sampai ke telinga mahasiswa BBK 5 Universitas Airlangga (UNAIR) yang menjalankan program pendampingan UMKM di Desa Kaotan, Banyuwangi. Mereka tidak hanya melihat potensi besar dalam usaha mie ayam sawi hijau ini, tetapi juga ingin membantu keluarga tersebut mengubah tantangan menjadi peluang.
Setelah berdiskusi panjang dengan pemilik usaha, tim mahasiswa mengusulkan perubahan yang cukup berani, yaitu mengubah mie ayam sawi hijau tradisional menjadi produk instan yang dikeringkan dan divakum.
ADVERTISEMENT
"Dengan cara ini, mie ayam nggak cuma dijual malam-malam keliling desa, tapi bisa dijual lebih luas dan tahan lama," ungkap salah satu mahasiswa dengan penuh antusias.
Tidak hanya berhenti pada inovasi produk, tim mahasiswa juga melakukan rebranding. Mie ayam sawi hijau yang sebelumnya tidak memiliki nama khusus kini diubah menjadi SawMie, nama yang lebih segar dan mudah diingat.
"Nama itu punya arti supaya lebih dikenal dan mudah dipromosikan," jelas Tiara Amalisa Pradina, salah satu PIC dari mahasiswa sambil menunjukkan desain kemasan baru SawMie.
Mereka juga membantu keluarga tersebut masuk ke dunia digital dengan membuat akun media sosial, mendaftarkan lokasi penjualan di Google Maps, serta menjalin kerja sama dengan toko kelontong dan grosir sekitar.
ADVERTISEMENT
Tak hanya soal produk dan pemasaran, mahasiswa BBK 5 UNAIR juga memberikan edukasi terkait pengelolaan administrasi usaha.
"Kami ajari cara mengarsipkan dokumen usaha biar lebih rapi kalau nanti butuh izin atau kerjasama bisnis," ujar Niamara Candrika Nugraka, PIC UMKM Cerdas Arsip. Selain itu, mereka juga memberikan map arsip dan modul pengarsipan untuk membantu keluarga ini menata dokumen penting yang selama ini terabaikan.
Ketua Pelaksana kegiatan BBK 5 UNAIR, Rado Artha Wijaya Purba, mengungkapkan rasa bangganya melihat semangat keluarga ini yang tidak pernah padam meski kondisi sempat sulit.
"Kami ingin membantu SawMie berkembang lebih besar dan dikenal luas. Ini bukan sekadar soal mie ayam, tapi bagaimana usaha kecil seperti ini bisa membawa nama Desa Kaotan Banyuwangi lebih dikenal," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Dia juga menambahkan bahwa program ini adalah bukti bahwa mahasiswa bisa menjadi agen perubahan yang nyata di tengah masyarakat.
Kini, keluarga pemilik SawMie merasa lebih percaya diri menghadapi masa depan.
"Seneng banget, Mas. Sekarang nggak cuma bisa jualan keliling, tapi mulai banyak yang tanya SawMie buat oleh-oleh," ujar sang istri dengan senyum yang merekah.
Pendampingan ini tak hanya membawa perubahan bagi usaha mereka, tetapi juga mengangkat nama Desa Kaotan, Kabupaten Banyuwangi, sebagai desa yang potensial dan kreatif dalam mengembangkan bisnis lokal.
Dengan inovasi produk, pendampingan administrasi, dan digitalisasi, mahasiswa BBK 5 UNAIR turut berkontribusi pada pencapaian SDGs 8 (Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi), SDGs 9 (Industri, Inovasi, dan Infrastruktur), serta SDGs 16 (Institusi yang Kuat dan Inklusif).
ADVERTISEMENT
Kisah SawMie adalah bukti bahwa inovasi dan gotong royong mampu mengubah usaha kecil menjadi peluang besar, membawa harapan baru bagi keluarga dan kebanggaan bagi Desa Kaotan.