Konten dari Pengguna

Perpusnas RI dalam Menjawab Tantangan Global : Refleksi IFLA Trend Report 2024

MUHAMMAD IRSYAD ALFATIH
Pustakawan Perpustakaan Nasional RI Kandidat Doktor Ilmu Komunikasi, Universitas Padjadjaran [email protected]
2 Oktober 2024 7:31 WIB
·
waktu baca 11 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari MUHAMMAD IRSYAD ALFATIH tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Abstrak
Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas) memainkan peran penting dalam meningkatkan literasi dan akses informasi di tengah perkembangan teknologi yang pesat. Dalam menghadapi tantangan global dan lokal, Renstra Perpusnas 2025-2029 diharapkan mampu mengintegrasikan tren global yang diidentifikasi oleh IFLA Trend Report 2024. Tantangan yang dihadapi perpustakaan di Indonesia meliputi kesenjangan akses digital, keterbatasan sumber daya, dan perlunya peningkatan literasi digital. Melalui adopsi teknologi seperti kecerdasan buatan (AI), penguatan program literasi inklusif, dan perluasan akses informasi ke daerah terpencil, Perpusnas berpotensi memperkuat perannya sebagai pusat pembelajaran masyarakat yang inklusif. Kolaborasi dengan sektor swasta, lembaga internasional, dan komunitas lokal menjadi kunci untuk mengatasi kesenjangan literasi dan membangun perpustakaan yang modern, berkelanjutan, dan relevan di era digital.
IFLA Trend Report 2024
zoom-in-whitePerbesar
IFLA Trend Report 2024
I. Pendahuluan
ADVERTISEMENT
Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas) memiliki peran yang sangat penting dalam pembangunan literasi masyarakat, terutama melalui akses informasi dan pengetahuan. Di tengah perkembangan teknologi yang pesat, perpustakaan dihadapkan pada tantangan untuk tetap relevan dan responsif terhadap kebutuhan masyarakat. Salah satu kunci untuk menghadapi perubahan ini adalah dengan menyusun Rencana Strategis (Renstra) Perpusnas 2025-2029, yang dapat memastikan perpustakaan tidak hanya beradaptasi dengan tuntutan saat ini, tetapi juga mempersiapkan diri menghadapi masa depan.
Tantangan-tantangan ini tidak hanya bersifat nasional, tetapi juga global, sebagaimana yang diidentifikasi oleh International Federation of Library Association (IFLA) dalam IFLA Trend Report 2024. Laporan tersebut menggarisbawahi sejumlah tren global seperti perubahan dalam cara masyarakat mengakses informasi, perkembangan teknologi, serta kebutuhan untuk memperkuat keterampilan digital dan inklusivitas sosial. Dalam konteks ini, penting bagi Perpusnas untuk merumuskan strategi yang mampu mengintegrasikan temuan IFLA Trend Report 2024 ke dalam Renstra 2025-2029. Ini akan membantu perpustakaan nasional memperkuat perannya dalam meningkatkan literasi masyarakat dan memajukan pembangunan sosial yang inklusif.
ADVERTISEMENT
Melalui Renstra ini, Perpusnas diharapkan dapat berperan sebagai pilar utama literasi nasional yang inklusif dan modern. Untuk mewujudkan visi ini, strategi yang mencakup adopsi teknologi digital, peningkatan keterampilan masyarakat, serta penguatan kepercayaan dan inklusivitas sangatlah penting. Selain itu, program-program yang dirancang harus mampu menjawab tantangan kesenjangan akses informasi yang masih terjadi di berbagai wilayah Indonesia. Oleh karena itu, esai ini akan membahas kondisi perpustakaan di Indonesia secara umum dan bagaimana Perpusnas dapat merumuskan strategi yang efektif untuk menghadapi tren global dan tantangan lokal.
II. Kondisi Perpustakaan di Indonesia
Perkembangan perpustakaan di Indonesia telah mengalami kemajuan yang signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Di tingkat nasional, Perpusnas memimpin berbagai inisiatif seperti digitalisasi koleksi, penyediaan akses internet di perpustakaan, dan pelaksanaan program Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial. Di tingkat daerah, perpustakaan daerah juga terus berkembang melalui program transformasi yang bertujuan menjadikan perpustakaan sebagai pusat pembelajaran masyarakat.
ADVERTISEMENT
Namun, tantangan besar masih ada, terutama terkait kesenjangan akses digital dan literasi informasi. Meskipun jumlah pengguna internet di Indonesia terus meningkat, mencapai 221,56 juta pada tahun 2024 atau sekitar 79,5% dari populasi, akses ini belum merata di seluruh wilayah Indonesia. Daerah-daerah terpencil dan pedesaan masih mengalami keterbatasan infrastruktur teknologi, yang menyebabkan kesenjangan akses informasi dan pendidikan semakin lebar. Di wilayah-wilayah ini, perpustakaan sering kali menjadi satu-satunya sumber akses informasi yang terjangkau, namun keterbatasan sumber daya perpustakaan sering kali menghalangi fungsinya sebagai pusat pengetahuan yang efektif.
Keterbatasan sumber daya, baik dalam hal koleksi buku, anggaran, maupun tenaga profesional pustakawan, juga menjadi tantangan serius bagi perpustakaan di Indonesia. Banyak perpustakaan daerah masih menghadapi kekurangan dalam hal koleksi yang relevan dengan kebutuhan masyarakat, serta keterbatasan dalam memutakhirkan infrastruktur digital. Di sisi lain, jumlah pustakawan yang kompeten dalam bidang literasi, digital dan manajemen informasi berbasis teknologi masih terbatas. Padahal, peran pustakawan sebagai fasilitator pembelajaran digital sangat penting dalam era di mana informasi tersedia dalam format digital yang beragam.
ADVERTISEMENT
Salah satu inisiatif penting yang sudah berjalan di Indonesia adalah Program Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial (TPBIS). Program ini bertujuan untuk menjadikan perpustakaan sebagai ruang inklusif yang tidak hanya menyediakan akses informasi, tetapi juga tempat pembelajaran dan pengembangan keterampilan masyarakat. Program ini telah berhasil menarik lebih banyak pengunjung ke perpustakaan dan meningkatkan keterlibatan masyarakat melalui pelatihan keterampilan seperti wirausaha, literasi digital, dan pemberdayaan ekonomi berbasis komunitas.
Namun, meskipun TPBIS telah membawa dampak positif, masih ada tantangan dalam hal implementasi dan keberlanjutan program ini di seluruh wilayah Indonesia. Perpusnas perlu memastikan bahwa program TPBIS dapat diperluas ke lebih banyak perpustakaan daerah, terutama di wilayah terpencil. Selain itu, evaluasi berkala terhadap kebutuhan masyarakat harus dilakukan agar program ini tetap relevan dengan dinamika sosial yang terus berubah. Program inklusi sosial ini juga harus mencakup kelompok rentan seperti penyandang disabilitas dan masyarakat adat. Perpustakaan perlu menyediakan akses yang ramah bagi mereka, termasuk dalam hal infrastruktur fisik dan teknologi, serta menciptakan program-program yang relevan dengan kebutuhan khusus mereka.
ADVERTISEMENT
III. Pembahasan
IFLA Trend Report 2024: Relevansi dan Implementasi di Indonesia
IFLA Trend Report 2024 mengidentifikasi sejumlah tren global yang relevan untuk diimplementasikan di Indonesia, khususnya dalam pengembangan Renstra Perpusnas 2025-2029. Beberapa tren yang paling menonjol adalah perubahan praktik pengetahuan, transformasi masyarakat oleh teknologi, renegosiasi kepercayaan, kompleksitas keterampilan, distribusi teknologi yang tidak merata, konsumsi sumber daya dalam pendayagunaan informasi, dan menghubungkan antar komunitas. Masing-masing tren ini relevan untuk memperkuat peran perpustakaan di Indonesia dalam konteks yang semakin digital dan terhubung secara global.
1. Perubahan Praktik Pengetahuan: Mewujudkan Kesetaraan Akses Informasi dan Pengetahuan
Dunia pengetahuan saat ini mengalami transformasi besar, di mana akses informasi menjadi lebih beragam dan inklusif. Teknologi telah membuka peluang baru untuk memperluas jangkauan informasi, tetapi kesenjangan digital tetap menjadi masalah utama di banyak negara, termasuk Indonesia. Kesenjangan ini dapat membatasi akses masyarakat terhadap pengetahuan, terutama di daerah-daerah terpencil yang belum memiliki infrastruktur teknologi yang memadai.
ADVERTISEMENT
Sebagai bagian dari Renstra 2025-2029, Perpusnas harus berkomitmen untuk mengatasi kesenjangan digital ini dengan cara memperluas akses teknologi informasi ke seluruh wilayah Indonesia. Hal ini dapat dilakukan melalui penyediaan layanan perpustakaan keliling berbasis teknologi, pengembangan titik-titik akses publik di daerah terpencil, serta penyediaan pelatihan keterampilan digital bagi masyarakat setempat. Selain itu, penting juga untuk memastikan bahwa koleksi perpustakaan mencerminkan keragaman budaya, bahasa, dan perspektif yang ada di Indonesia, sehingga setiap kelompok masyarakat dapat mengakses informasi yang relevan dengan kebutuhan mereka.
2. Transformasi Masyarakat oleh Teknologi: Kecerdasan Buatan dan Transformasi Perpustakaan
Teknologi, terutama kecerdasan buatan (AI), berpotensi mengubah cara perpustakaan beroperasi dan memberikan layanan kepada masyarakat. AI dapat digunakan untuk mempersonalisasi rekomendasi bacaan bagi pengguna, mempercepat pencarian konten, dan menyederhanakan manajemen koleksi digital. Namun, tantangan utama dalam adopsi teknologi ini adalah menjaga integritas informasi yang disediakan oleh perpustakaan, terutama dalam menghadapi maraknya disinformasi.
ADVERTISEMENT
Dalam konteks Renstra 2025-2029, Perpusnas dapat memanfaatkan AI untuk meningkatkan kualitas layanan, seperti memperkuat fitur pencarian teks lengkap atau menyediakan layanan konsultasi dan pelatihan daring yang lebih efisien. Namun, penting juga untuk merumuskan kebijakan penggunaan AI yang bertanggung jawab, dengan memastikan bahwa informasi yang disediakan tetap akurat dan dapat dipercaya. Ini akan membantu Perpusnas menjaga posisinya sebagai sumber informasi yang kredibel di tengah maraknya disinformasi.
3. Renegosiasi Kepercayaan: Membangun Kembali Kepercayaan Masyarakat
Tingkat kepercayaan masyarakat terhadap institusi publik, termasuk perpustakaan, cenderung menurun dalam beberapa tahun terakhir. IFLA Trend Report 2024 menyoroti pentingnya transparansi dalam penyediaan informasi untuk membangun kembali kepercayaan masyarakat. Dalam hal ini, Perpusnas memiliki peran penting sebagai lembaga publik yang dapat menjadi sumber informasi yang tepercaya.
ADVERTISEMENT
Untuk membangun kembali kepercayaan masyarakat, Perpusnas dapat menyusun program-program literasi informasi yang menekankan pentingnya memverifikasi sumber informasi dan memahami perbedaan antara fakta dan disinformasi. Selain itu, kerja sama dengan media lokal dan lembaga pendidikan dapat membantu meningkatkan akses masyarakat terhadap informasi yang dapat diandalkan, terutama di daerah yang kekurangan akses terhadap berita lokal yang kredibel (news desert). Dengan memperkuat peran perpustakaan sebagai sumber informasi yang transparan dan dapat dipercaya, Perpusnas dapat membantu membangun masyarakat yang lebih kritis dan cerdas dalam mengonsumsi informasi.
4. Kompleksitas Keterampilan Digital: Perpustakaan sebagai Sarana Pembelajaran Sepanjang Hayat
IFLA Trend Report 2024 melihat semakin meningkatnya kompleksitas keterampilan digital, dan perpustakaan memiliki peran penting dalam mendukung pengembangan literasi digital masyarakat. Sebagai pusat pembelajaran sepanjang hayat, perpustakaan harus menyediakan program pelatihan yang membantu masyarakat memahami, menggunakan, dan menavigasi ekosistem informasi digital.
ADVERTISEMENT
Dalam Renstra 2025-2029, Perpusnas perlu memperkuat program-program pelatihan literasi digital yang mencakup penggunaan teknologi informasi, manajemen data, dan pemahaman terhadap etika dan keamanan informasi. Dengan menyediakan akses ke sumber daya digital yang mudah diakses dan program pelatihan yang inklusif, perpustakaan dapat menjadi pusat pembelajaran yang relevan di era digital.
5. Distribusi teknologi yang tidak merata: Menurunkan Kesenjangan Digital
IFLA Trend Report 2024 mengidentifikasi ketidakmerataan distribusi teknologi digital sebagai tantangan global, yang relevan bagi Indonesia, terutama di daerah pedesaan dan terpencil. Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas) memiliki peluang penting untuk mengatasi kesenjangan digital ini melalui program literasi digital inklusif. Kesenjangan digital di Indonesia mencakup akses teknologi, keterampilan digital, dan pemahaman pemanfaatan teknologi.
ADVERTISEMENT
Rencana strategis Perpusnas 2025-2029 harus fokus pada perluasan akses digital ke daerah tertinggal. Perpusnas dapat memainkan peran penting dalam inklusi digital melalui perpustakaan keliling digital, kemitraan dengan sektor swasta, dan peningkatan infrastruktur teknologi, memastikan masyarakat di daerah terpencil memiliki akses setara terhadap informasi. Perpustakaan keliling digital, dilengkapi internet dan perangkat teknologi, dapat membantu menjangkau masyarakat pedesaan. Kerjasama dengan sektor swasta dan pemerintah daerah diperlukan untuk mendukung infrastruktur teknologi, termasuk peningkatan fasilitas perpustakaan, seperti ruang komputer dan Wi-Fi gratis, serta pelatihan keterampilan digital.
Program yang menghubungkan berbagai perpustakaan di seluruh Indonesia juga perlu diperkuat. Dengan memastikan bahwa daerah-daerah terpencil memiliki akses yang memadai terhadap jaringan internet dan teknologi informasi, Perpusnas dapat menciptakan jaringan perpustakaan yang saling terhubung, memungkinkan pertukaran informasi dan pengetahuan yang lebih efektif. Selain itu, program ini juga dapat menciptakan peluang bagi masyarakat untuk berkolaborasi dan belajar dari satu sama lain, sehingga memperkuat solidaritas sosial dan komunitas.
ADVERTISEMENT
6. Konsumsi sumber daya dalam Pendayagunaan Informasi: Literasi sebagai Fondasi Pembangunan Berkelanjutan
Peningkatan konsumsi sumber daya di era digital menimbulkan dampak lingkungan, termasuk meningkatnya penggunaan energi dan limbah elektronik (e-waste). Menurut IFLA Trend Report 2024, Perpusnas perlu mengadopsi pendekatan berkelanjutan dalam pengelolaan sumber daya untuk menghadapi tantangan ini. Dengan kebijakan efisiensi energi, pengelolaan e-waste, dan program literasi yang komprehensif, Perpusnas dapat berkontribusi pada pengurangan dampak lingkungan dari sistem informasi. Literasi, terutama literasi digital, kritis, dan informasi, adalah kunci untuk membangun masyarakat yang sadar lingkungan dan berkelanjutan.
IFLA Trend Report 2024 juga menyoroti pentingnya literasi, termasuk literasi digital dan informasi, sebagai dasar untuk membangun masyarakat yang berkelanjutan. Di Indonesia, tantangan literasi masih besar, sehingga Perpusnas perlu mengembangkan program literasi yang komprehensif dan berkelanjutan. Program ini bisa meliputi pelatihan tentang penggunaan sumber daya digital secara efisien dan bertanggung jawab, serta edukasi tentang e-waste dan keberlanjutan dalam era digital. Perpusnas juga dapat menjadi pionir dalam advokasi praktik digital ramah lingkungan melalui seminar, lokakarya, dan kampanye, bekerja sama dengan organisasi lingkungan dan lembaga pendidikan untuk menciptakan dampak yang luas dan berkelanjutan.
ADVERTISEMENT
Program literasi Perpusnas harus mencakup edukasi tentang penggunaan sumber daya digital secara efisien dan bertanggung jawab, serta pengelolaan e-waste. Selain menyelenggarakan kegiatan seperti seminar dan lokakarya, Perpusnas bisa bekerja sama dengan organisasi lingkungan dan pendidikan untuk mengembangkan kurikulum yang mencakup aspek keberlanjutan teknologi. Dengan melibatkan berbagai pihak, Perpusnas dapat memperluas dampaknya dalam membangun masyarakat yang lebih teredukasi dan ramah lingkungan.
7. Menghubungkan Antar Komunitas: Perpustakaan sebagai Pusat Komunitas Inklusif
Perpustakaan kini berperan lebih dari sekadar penyedia informasi; mereka menjadi pusat komunitas yang mendukung interaksi sosial. IFLA Trend Report 2024 menekankan pentingnya perpustakaan sebagai ruang inklusif bagi masyarakat untuk berkumpul dan berbagi ide. Dalam Rencana Strategis 2025-2029, Perpustakaan Nasional (Perpusnas) diharapkan memperkuat fungsi perpustakaan sebagai ruang publik yang mendukung interaksi sosial di tengah kemajuan teknologi.
ADVERTISEMENT
Perpusnas perlu mendorong kegiatan berbasis komunitas yang inklusif, seperti diskusi publik, lokakarya, dan kegiatan budaya, dengan melibatkan semua lapisan masyarakat, termasuk kelompok rentan. Program Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial (TPBIS) telah membuktikan bahwa perpustakaan dapat menjadi sarana pemberdayaan melalui literasi dan pelatihan keterampilan. Program ini harus diperluas untuk meningkatkan literasi dan memperkuat komunitas. Selain itu, Perpusnas juga harus membangun platform digital untuk mendukung kolaborasi dan pembelajaran online, memperluas jangkauan perpustakaan di era virtual. Dengan pendekatan ini, Perpusnas dapat memperkuat posisi perpustakaan sebagai pusat komunitas yang inklusif dan berkontribusi pada kohesi sosial di Indonesia.
IV. Tantangan dan Peluang Masa Depan
Di masa depan, perpustakaan di Indonesia akan menghadapi tantangan yang lebih kompleks seiring dengan perkembangan teknologi dan perubahan sosial yang cepat. Namun, tantangan ini juga membawa peluang besar bagi Perpusnas untuk memperkuat perannya sebagai pusat literasi dan informasi yang inklusif dan inovatif. Salah satu peluang besar adalah kolaborasi internasional. Melalui kemitraan dengan perpustakaan nasional lainnya, Perpusnas dapat berbagi sumber daya pengetahuan, teknologi, dan praktik terbaik, serta terlibat dalam inisiatif global yang bertujuan memperkuat sistem perpustakaan di seluruh dunia. Selain itu, peningkatan kolaborasi dengan sektor swasta dan lembaga pendidikan juga dapat membantu Perpusnas dalam mengembangkan infrastruktur teknologi dan layanan perpustakaan yang lebih canggih dan efisien.
Gedung Layanan Perpustakaan Nasional RI
V. Penutup
ADVERTISEMENT
Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas) dihadapkan pada tantangan besar yang menuntut langkah strategis untuk masa depan, sebagaimana diuraikan dalam IFLA Trend Report 2024. Melalui Rencana Strategis (Renstra) 2025-2029, Perpusnas memiliki peluang besar untuk mengatasi isu kesenjangan akses, literasi informasi, dan keberlanjutan sumber daya. Fokus utamanya mencakup inovasi berkelanjutan, peningkatan akses digital yang inklusif, serta pemberdayaan pustakawan melalui pelatihan dan pengembangan kompetensi. Kolaborasi di tingkat nasional dan global akan memperkuat posisi perpustakaan dalam menghadapi tantangan digital, sekaligus menjaga relevansi perpustakaan sebagai pusat pendidikan dan pemberdayaan masyarakat.
Renstra ini menjadi landasan penting dalam transformasi Perpusnas menjadi lembaga yang lebih inklusif, inovatif, dan berkelanjutan. Dengan memanfaatkan teknologi dan program literasi yang komprehensif, Perpusnas dapat terus berkontribusi signifikan dalam mendukung pembangunan masyarakat yang lebih berpengetahuan, adil, dan siap menghadapi tantangan kompleks di era digital.
ADVERTISEMENT