Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten dari Pengguna
Tabuik Pariaman: Tradisi Tahunan yang Sarat Sejarah dan Nilai Keagamaan
29 April 2025 12:19 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Muhammad Alghifari Taufiq tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Oleh Muhammad Alghifari Taufiq
Mahasiswa Ilmu Komunikasi, FIKOM Universitas Pamulang
ADVERTISEMENT
Tabuik merupakan tradisi tahunan masyarakat Kota Pariaman, Sumatera Barat, yang dilaksanakan antara tanggal 1 hingga 10 Muharram dalam kalender Islam. Tradisi ini bertujuan memperingati gugurnya cucu Nabi Muhammad, Husain bin Ali, dalam Perang Karbala pada 10 Muharram, yang dikenal sebagai Hari Asyura. Tabuik telah menjadi bagian penting dari budaya masyarakat Sumatera Barat sejak ratusan tahun lalu.
Asal-Usul Tradisi Tabuik
Tradisi Tabuik diyakini diperkenalkan ke Pariaman oleh perantau Muslim dari India Selatan yang beraliran Syiah pada abad ke-19 hingga awal abad ke-20. Kata "Tabuik" berasal dari bahasa Arab tabut yang berarti "peti kayu". Dalam perkembangan lokal, pengaruh bahasa Minangkabau mengubah penyebutannya menjadi "tabuik".
Dalam tradisi ini, tabuik mengacu pada representasi makhluk legenda Buraq—sebuah sosok bersayap dengan kepala manusia—yang membawa peti jenazah Husain bin Ali menuju surga setelah kesyahidannya di Karbala. Setiap tahunnya, masyarakat Pariaman membuat replika Buraq dengan peti jenazah di punggungnya, yang kemudian diarak dalam puncak perayaan.
ADVERTISEMENT
Simbolisme Tabuik tidak hanya mengenang peristiwa duka di Karbala, tetapi juga menegaskan keagungan Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam memuliakan hamba-Nya yang syahid di jalan kebenaran.
Tahapan dalam Tradisi Tabuik
Tabuik merupakan ritual kolosal yang melibatkan banyak warga. Terdapat tujuh tahapan utama dalam pelaksanaan tradisi ini, yakni:
ADVERTISEMENT
Puncak perayaan berlangsung pada hari ke-10 Muharram. Tabuik akan diarak meriah menuju pantai, lalu dihanyutkan ke laut menjelang waktu Magrib, sebagai simbol pelepasan duka dan kembalinya ruh Husain kepada Sang Pencipta.
Makna dan Pesan Moral Tradisi Tabuik
Esensi utama dari tradisi Tabuik adalah memperingati pengorbanan dan perjuangan Husain bin Ali melawan kezaliman dalam Perang Karbala pada tahun 61 Hijriah. Tabuik bukan hanya tentang mengenang kesedihan, tetapi juga menumbuhkan semangat perlawanan terhadap ketidakadilan dan menghidupkan nilai-nilai keberanian, kesetiaan, serta keadilan.
Tradisi ini menjadi wujud nyata bagaimana sebuah komunitas menjaga memori kolektif mereka terhadap nilai-nilai luhur melalui kesenian dan ritual budaya.
Tertarik mau ikut? Catat tanggalnya jangan sampai ketinggalan!
ADVERTISEMENT