Konten dari Pengguna

Kesombongan Fir'aun (Raja Ramses III): Historisitas Islam

MUHAMMAD AMIRULHAQ
Nama Lengkap: Muhammad Amirulhaq Agama: Islam Nurmalika Insani Mahasiswa STIABI 2020
27 April 2021 18:39 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari MUHAMMAD AMIRULHAQ tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sejarah mencatat, peristiwa tenggelamnya seorang Raja beserta bala tentaranya yang menunggangi kuda banyak diabadikan baik dalam bentuk tulisan maupun dunia perfilman. Tidak lain dan tidak bukan raja itu dikenal sebagai Fir’aun, lebih tepatnya Raja Ramses III. Peristiwa ini terjadi pada tahun 1156 SM. Yang berada di Semenanjung Afrika, lebih tepatnya di negara Mesir, yaitu Laut Merah.
ADVERTISEMENT
Raja ini terkenal karena sikapnya, yang Menurut Roger dalam bukunya yaitu World History: Patterns of Interaction sebab raja Mesir dikenal sebagai ‘Fir’aun’ adalah untuk sebutan gelar yang diberikan kepada seluruh penguasa Mesir kuno saat itu. Banyak orang yang menganggap bahwasanya Fir’aun yang tenggelam di laut merah itu merupakan Raja Ramses II, akan tetapi Ramses II yaitu ayah dari Fir’aun yang tenggelam di laut merah itu sendiri yang mempunyai sifat baik hati. Beda hal-nya dengan anaknya sendiri yaitu Fir’aun yang tenggelam di laut merah yang mempunyai sifat sombong, keji dan biadab. Jadi Fir’aun yang ditenggelamkan di laut merah merupakan anak dari Raja Ramses II yaitu Raja Ramses III.
File:Ramesses III faience tile - Libyan chief.jpg|Rames
zoom-in-whitePerbesar
File:Ramesses III faience tile - Libyan chief.jpg|Rames
Fir’aun ini berkuasa pada singgasana kerajaannya selama 31 tahun lamanya sejak tahun 1187 sampai 1156 sebelum masehi (SM). Fir’aun memiliki seorang istri yang bernama Asiyah. Sifat istrinya juga bertolak belakang dengan sifat Fir’aun sendiri, karena Asiyah memiliki sifat lemah lembut, baik hati dan penyayang. Di dalam buku Asiyah: Sang Mawar Gurun Fir’aun yang dikarang oleh Sibel Eraslan. Sebelum Fir’aun menikahi Asiyah, Fir’aun juga memiliki seorang istri, akan tetapi Fir’aun ditinggal mati oleh istri yang pertama dan Fir’aun pun merasakan dilema, galau dan merana. Lalu Fir’aun pun tertarik oleh Asiyah karena kecantikan dan keelokan tubuhnya.
ADVERTISEMENT
Di kerajaan Fir’aun sendiri terdapat banyak penyihir dan peramal. Suatu ketika ada seorang peramal yang memberi tahu Fir’aun, bahwa akan ada seorang anak laki-laki dari Bani Israil yang kelak ketika ia dewasa, akan menalukkan sekaligus mengakhiri riwayat hidupnya sebagai seorang raja. Akan tetapi, dengan sifat sombong yang tiada dua nya, Fir’aun tidak takut akan ramalan seperti itu.
Setelah beberapa tahun kemudian Fir’aun pun merasa cemas akan ramalan yang diberikan padanya dan ia merasa ramalan itu seperti nyata akan menimpa dirinya. Fir’aun pun membuat peraturan, Barang siapa yang melahirkan seorang anak laki-laki maka harus dibunuh hidup hidup.
Setelah fir’aun menjalin hubungan yang lama sebagai suami isteri dengan Asiyah, mereka tidak dikaruniai anak satu pun. Ketika Asiyah sedang berada di kayangan, Asiyah pun melihat sebuah peti menghampirinya, ketika Asiyah membuka peti tersebut, ia sangat terkejut karena di dalamnya terdapat seorang bayi yang sangat manis.
Finding of Moses (Exodus 2, 5-6), wood engraving.
Asiyah pun memperlihatkan apa yang ia temukan di kayangan kepada Fir’aun dan memintanya untuk menjadikan seorang bayi itu sebagai anak angkatnya. Awalnya Fir’aun menolak, akan tetapi Asiyah memohon pada Fir’aun untuk dijadikan anak angkat. Hati Fir’aun pun luluh oleh istrinya dan juga karena Fir’aun belum dikaruniai seorang anak.
ADVERTISEMENT
Beberapa tahun kemudian bayi yang ditemukan itu tumbuh menjadi remaja yang bernama Musa AS. Musa memiliki kelebihan yang dikaruniai oleh Allah SWT, Tuhan semesta alam yaitu mempunyai kekuatan super sehingga orang akan meninggal jika terkena pukulan Musa, hal itu menjadi alasan mengapa Fir’aun sangat gelisah kepada pemuda yang akan mengakhiri riwayat hidupnya. Fir’aun pun memutuskan untuk memenjarakan Musa.
Fir’aun merupakan Raja yang seenak dirinya dalam memerintah tanpa memperhatikan bagaimana kondisi rakyatnya. Contohnya Bani Israil yang di kerja paksakan tanpa diberi upah. Hal itu membuat Musa geram melihat kaumnya diperlakukan senonoh oleh Raja yang tidak adil. Musa diutus ke dunia sebagai utusan Allah untuk berdakwah pada Fir’aun, Allah pun memerintah Musa untuk menghadapi Fir’aun.
ADVERTISEMENT
Setelah sekian lama dipenjara, Musa pun memberanikan diri untuk membuat kesepakatan kepada Fir’aun. Musa berkata “Wahai Fir’aun apakah kau akan tetap memenjarakan aku setelah aku memperlihatkan tanda kerasulanku?”. Fir’aun menjawab “silahkan kau perlihatkan Musa”. Musa pun melemparkan tongkat-nya dan berubahlah seketika menjadi ular yang sangat besar lalu memakan semua tipu daya muslihat para penyihir di kerajaan itu yang sama-sama melemparkan tongkatnya yang berubah jadi ular. akan tetapi Fir’aun masih tidak mengakui kerasulan Musa.
Kesombongan yang paling tinggi ketika Fir’aun mengaku dirinya sebagai satu-satunya tuhan yang tidak bisa dikalahkan oleh siapa pun. Allah pun marah ketika Fir’aun mengakui dirinya sebagai tuhan. Allah pun menurunkan azab pada Fir’aun. Sebagaimana di cantumkan dalam Al-Qur’an Surat Al-A’raf ayat 133 yang artinya, ‘Maka kami kirimkan kepada mereka angin topan, belalang, kutu, katak dan darah (air minum berubah menjadi darah) sebagai bukti-bukti yang jelas, tapi mereka tetap menyombongkan diri dan mereka adalah kaum yang berdosa’.
ADVERTISEMENT
Allah memerintahkan Musa dan pengikutnya untuk meninggalkan Mesir. Di dalam Al-Qur’an diabadikan dalam surat Asy-Syu’ara ayat 52 yang artinya, “pergilah pada malam hari dengan membawa hamba-hamba ku (Bani Israil), sebab pasti kamu akan dikejar”.
Keesokan harinya Fir’aun menyadari bahwa Musa meninggalkan Mesir dan segera mengejarnya beserta bala tentaranya. Sampailah rombongan Musa di pantai laut merah. Musa kebingungan harus bagaimana, Musa meminta petunjuk pada Allah. Allah memerintahkan Musa untuk menyeberangi laut merah.
Egypt, Middle East, Moses - Religious Figure, Red Sea, Exodus
Sebagaimana dicantumkan pada Al-Qur’an Surat Asy-Syu'ara ayat 63 yang artinya, “Pukulah lautan itu dengan tongkatmu”. Terbelahlah laut merah tersebut. Musa dan kaumnya menyeberangi Laut Merah tersebut dan sampai di tepi laut . Akan tetapi di belakangnya ada pasukan Fir’aun yang mengejarnya, tapi sebelum Fir’aun sampai di tepi Laut, lautan menyatu kembali dan Firaun Pun mati ditelan lautan.
ADVERTISEMENT
Kita sebagai umat Islam harus dapat mengambil hikmah dan pelajaran dari cerita ini. Jangan memiliki sifat seperti Fir’aun. Dan harus ingat karena setiap perbuatan pasti ada balasannya.