Ada CCTV Yang Selalu Mengintai Kita

Muhammad Areev
Pegiat Media Sosial, Pengagum Gus Baha, Pecandu Sepakbola, Penulis di www.muhammad-areev.blogspot.com
Konten dari Pengguna
29 Agustus 2021 15:23 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Areev tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sebagai orang islam kita beriman akan adanya malaikat pencatat amal baik dan buruk. Malaikat yang dimaksud dikenal dengan nama rakib dan 'atid. Malaikat rakib bertugas mencatat amal kebaikan dan malaikat 'atid bertugas mencatat amal keburukan. Dalam keyakinan islam, di akhirat nanti malaikat ini akan menjadi momok bagi siapa saja yang banyak catatan amal keburukan dibandingkan catatan amal kebaikan dan menjadi pembawa kabar gembira bagi siapa saja yang catatan amal kebaikannya lebih banyak ketimbang catatan keburukan.
ADVERTISEMENT
Semenjak baligh hingga kita meninggal dua malaikat ini terus memantau setiap tingkah laku kita layaknya cctv. Kelak diakhirat dua malaikat ini akan melakukan playback cctv tingkah laku kita selama di dunia untuk memvonis kita layak di surga atau neraka.
Jika dua malaikat itu memantau tingkah laku kita di dunia dan akan di playback di Akhirat nanti, ada juga cctv yang memantau tingkah laku kita di dunia dan akan diputarkan kapan saja di dunia. Cctv yang di playback di akhirat diutus sendiri oleh Allah untuk pembuktian apa yang kita kerjakan di dunia saat di ahirat kelak. Sementara itu, cctv yang dapat di playback di dunia ini justru kita ciptakan sendiri, bahkan bagaimana karakter kita terekam dengan jelas di cctv ini. cctv yang saya maksud itu adalam media sosial.
ADVERTISEMENT
Di zaman modern saat ini siapa yang tidak mempunyai media sosial ? Hampir semua orang yang memiliki akses ke dunia maya memiliki facebook, twitter dan instagram. Nah, di media sosial tersebut kita dapat menulis apapun sesuai keinginan dan dapat diakses oleh siapa saja. Kita bisa saja meninggal dunia sekarang, namun apa yang kita tulis dan upload tetap kekal di media sosial. Hal ini dapat kita lihat jengan jelas saat pesta demokrasi.
Apa yang ditulis dan diupload di media sosial akan diputar kembali bak playback cctv, diputar oleh siapapun yang akan menjadi lawan politiknya. Tidak sedikit yang menyesal dengan apa yang ditulis dan diupload di social media beberapa tahun yang lalu, kemudian justru menjadi boomerang untuk dirinya saat pesta demokrasi.
CCTV. Foto : Unsplash.com
Greg Gopman mungkin menjadi salah satu orang yang merasakan kejamnya cctv yang bernama sosial media itu. Sehari baru diterima sebagai karyawan manajer bisnis virtual reality (VR) di twitter keesokan harinya langsung dipecat. Alasannya cukup konyol, Greg Gopman dianggap merendahkan para gelandangan. Dia pernah update status di Facebook yang merendahkan para gelandangan pada tahun 2013 silam. “Tak ada hal yang positif jika mereka (para gelandangan) ditempatkan berdekatan dengan kami” tulis greg di akun facebook yang membawa petaka baginya.
ADVERTISEMENT
Selain Greg Gopman, 10 calon mahasiswa Harvard University juga merasakan bagaimana sosial media bagitu menyakitkan. 10 calon mahasiswa tersebut sejatinya telah diterima dan menjadi angkatan yang lulus tahun 2021. Namun, Harvard meralat keputusannya setelah 10 calon mahasiswa itu ketahuan menampilkan lelucon yang melampaui batas di sebuah grub facebook. Sejumlah meme dan gambar di grup itu menampilkan konten seperti pelecehan seksual, kekerasan terhadap anak, serta kebencian rasial dan etnis.
Siapapun kita, berhati-hatilah dalam bermedia sosial. Apa yang kita lakukan di media sosial akan terekam dengan baik disana. Bahkan, kita bisa saja menghapusnya, namun di server tempat semua data ditampung masih tersimpan dengan rapi. Sangat memungkinkan kedepannya suatu perusahaan maupun di pemerintahan yang akan merekrut karyawan akan memutar dan membaca karakter kita melalui media sosial.
ADVERTISEMENT
Bagaimana kalau kita akan diseleksi disuatu perusahaan besar ataupun dipemerintahan nantinya dan mereka melihat rekam jejak kita di media sosial yang dulunya adalah seorang penyebar konten anarkisme, radikalisme. Tentu saja kita punya rekam jejak dan catatan yang buruk bagi mereka dan ini bisa jadi boomerang.
Padahal boleh jadi apa yang kita pahami dahulu dengan sekarang berubah seiring berkembangnya cara berpikir. Oleh karena itu, berhati-hatilah dalam bermedia sosial, jangan sampai sosial media membawa petaka bagi kita penggunanya.