Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Memangnya Kenapa Kalau Introvert?
21 Januari 2023 15:31 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Muhammad Areev tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Setiap 2 Januari diperingati sebagai Hari Introvert Sedunia. Menarik untuk dicermati, bahwa ada 40 persen dari populasi dunia merupakan introvert. Lantas, mengapa harus diperingati? Karena masih banyak mereka yang memiliki kepribadian introvert, namun tidak mengetahuinya. Bahkan banyak yang menganggap introvert sebagai sesuatu yang buruk.
ADVERTISEMENT
Peringatan Hari Introvert Sedunia dimulai pada 2 Januari 2011, ketika blogger asal Australia, Sophia Dembling, menulis sebuah artikel di blog-nya berjudul Hari Introvert Sedunia Perdana. Artikel tersebut menjadi viral di kalangan warganet dan para introvert di seluruh dunia pun mulai merayakan ketenangan mereka dengan bersendiri pada tanggal 2 Januari setiap tahun.
Bagi saya, penting untuk mengetahui kepribadian seseorang, apakah seseorang dengan kepribadian introvert atau ekstrovert. Kenapa? Karena dengan begitu saya bisa menyesuaikan diri dengannya.
Apakah dia menyukai keramaian? Apakah dia nyaman nongkrong berlama-lama? Apakah dia lebih nyaman dihubungi melalui chat atau telepon? Dia nyaman dengan lima, enam, tujuh orang atau lebih enggak? Apakah dia butuh me time untuk recharge energinya?
ADVERTISEMENT
Mengetahui kepribadian sangat menentukan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan di atas. Waktu kecil banyak orang mengatakan saya pendiam. Dan, saya tidak terima itu. Karena bagi saya di lingkaran pertemanan saya ataupun dalam keluarga saya tidaklah pendiam.
Saya mengeluh, tidak terima dan selalu berusaha untuk menjadi lebih cerewet dari biasanya. Ternyata, itu semua justru membuat tidak nyaman dengan diri sendiri. Ngedrop, lelah. Begitulah para introvert mereka mudah kehabisan energi jika dalam keramaian.
Lambat laun saya menyadari bahwa saya memang tidak nyaman berlama-lama di keramaian. Juga tidak nyaman untuk terlalu banyak bicara. Itu sungguh sangat menguras energi. Sehingga aku merasa butuh me time untuk charge energi lagi.
Ini bukan soal anti sosial. Para introvert juga butuh bersosialisasi. Hanya saja mereka mudah kehabisan energi di keramaian dan butuh waktu untuk mengembalikan kembali energi mereka dengan menyendiri.
ADVERTISEMENT
Mengapa semua orang perlu mengetahui ini. Soalnya stigma negatif terhadap mereka yang introvert, seperti dicurigai karena tidak banyak bicara, dianggap diam-diam menghanyutkan, bahkan dianggap psikopat dan lain sebagainya. Padahal orang yang berniat jahat tidaklah dinilai dari kepribadiannya yang cenderung pendiam ataupun tidak.
Diam memang identik dengan para introvert. Tokoh-tokoh hebat yang cenderung sangat lihai berbicara di forum-forum tidak sedikit juga dari mereka yang ternyata introvert. Sebut saja semisal Bill Gates, Mark Zuckemberg, Barack Obama, Raditya Dika yang biasanya menjadi pembicara dan kelihatan sangat senang berbicara. Namun siapa sangka mereka seorang introvert. Mereka akan menyediakan waktu sendiri untuk mengembalikan energinya lagi.
Jadi, introvert itu bukanlah suatu hal yang buruk. Mereka juga bisa menjadi orang hebat, pembicara yang lihai, Namun, yang perlu digarisbawahi, sediakan waktu untuk mereka mengembalikan energi lagi dengan menyendiri.
ADVERTISEMENT
Kembali lagi ke orang yang berniat jahat, itu tidaklah berdasarkan kepribadian. mereka yang memiliki niat jahat dapat menyembunyikan dan memalsukan semua hal dengan berpura-pura ramah, murah senyum, dan lain sebagainya.
Memang, kita perlu curiga untuk hal-hal yang tidak seperti biasanya. Misalnya orang yang dulunya ceria sekarang mejadi pendiam atau orang yang pendiam sekarang jadi hiperaktif. Untuk hal-hal yang sudah berjalan normal seperti biasanya tidak perlu adanya stigma negatif, seperti menyebutkan diam-diam menghanyutkan apalagi psikopat.
Setelah mengetahui ada kepribadian introvert dan ekstrovert ini, saya tidak terlalu mempermasalahkan ketika ada orang yang senang di beraktivitas hanya di rumah saja ataupun ketika ada orang tidak suka ketika dihubungi melalui telepon. Begitu juga ketika ada teman yang begitu cerewet bercerita apa saja, dan lain sebagainya.
ADVERTISEMENT
Setiap orang punya kenyamanan masing-masing. Kita perlu menjaganya dan tidak perlu mengusik kenyamanan orang lain. Ada orang yang merasa nyaman dengan bersosialisasi dan cerita apa saja di keramaian. Dengan begitu mereka merasa begitu berenergi, mereka disebut ekstrovert.
Ada juga orang yang sebaliknya. Bersosialisasi dan duduk di keramaian, komunikasi dalam waktu lama membuat mereka kelelahan dan kehabisan energi, juga tidak nyaman, sehingga butuh mengembalikan energi dengan menyendiri. Mereka disebut introvert.
Ketika mengetahui bahwa saya seorang introvert, saya tidak mempermasalahkan lagi ketika disebut sebagai pendiam ataupun susah diajak keluar. Memang itulah diri saya. Selama tidak ada yang dirugikan dan kita juga nyaman dengan hal tersebut, itu bukanlah suatu masalah.
Tidak semua orang harus cerita apa saja ketika saling bertemu. Ada orang yang senang mendengarkan cerita orang lain dengan tambahan bumbu-bumbu pertanyaan di antara cerita-cerita itu dan mereka cenderung introvert.
ADVERTISEMENT
Ada juga orang yang begitu bersemangat untuk bercerita apa saja dan senang untuk selalu menjadi pusat perhatian. Begitulah Tuhan menciptakan makhluk dengan beraneka ragam kepribadian. Andai saja di dunia ini semua orang ekstrovert, rasanya dunia ini terlalu bising. Begitu juga seandainya di dunia ini semuanya introvert, rasanya dunia ini sangat sepi.
Aku yang terlalu nyaman dengan diri sendiri. Terlalu nyaman menyendiri hingga sendiri terus. Senang menyendiri bukan berarti tidak nyaman berdua. Kalau berdua dengan orang tersayang kan lebih cepat kembalinya energi, haha...