Konten dari Pengguna

Menghitung Rumus Kebahagiaan

Muhammad Areev
Pegiat Media Sosial, Pengagum Gus Baha, Pecandu Sepakbola, Penulis di www.muhammad-areev.blogspot.com
27 Januari 2023 9:44 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Areev tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Dalam menjalani kehidupan, setiap orang mendambakan hidup yang bahagia. Lalu apa itu kebahagiaan? Tentu setiap orang punya definisi tersendiri dan berbeda-beda tentang kebahagiaan. Para psikolog juga mendefinisikan kebahagiaan sebagai kesejahteraan subjektif seseorang.
ADVERTISEMENT
Namun secara umum, kita dapat mendefinisikan kebahagiaan sebagai perasaan puas terhadap hidup. Sementara secara biologis, kebahagiaan terkait erat dengan pelepasan dopamin, neurotransmitter yang terlibat dalam perasaan senang.
Pokoknya ceria aja dulu, paksa diri untuk selalu ceria. Cemberut bagi saya masalah, kayak gak ridho dengan ketentuan Allah -Gus Baha. Foto : Dokumen Pribadi
Seseorang dapat mengakui dirinya bahagia dengan tertawa ataupun tersenyum, namun hanya dirinyalah yang mengetahui secara pasti bagaimana perasaannya terhadap kehidupan. Tentu saja, tertawa dapat membantu melepaskan hormon dopamin, namun belum tentu orang yang tertawa sungguh sedang dalam perasaan bahagia.
Ada hal yang tidak disadari bahwa kebahagian dapat dihitung dan bahkan memiliki rumus. Menarik, rumusnya sangat sederhana. Rumusnya yaitu :
Untuk mengimplementasikan rumus tersebut saya mempunyai kasus sederhana sebagai contohnya. Misalnya:
Saya punya keinginan memiliki mobil mewah (ekspektasi) dan ternyata setelah berusaha dan kerja keras, saya hanya memiliki modal seharga sepeda motor (realita) dan untuk menghitung rumus kebahagiaan, anggaplah ekspektasi memiliki mobil mewah nilainya 100, semakin tinggi ekspektasi, semakin tinggi pula nilai ekspektasi dan anggap juga realita memiliki modal seharga sepeda motor nilainya 50. Maka :
ADVERTISEMENT
Skor kebahagiaan saya dari contoh di atas minus alias sedih, stres dan kecewa.
Contoh kasus lainnya : Saya seorang jomblo dan bercita-cita suatu saat dapat menikah dengan perempuan yang tidak muluk-muluk, minimal secantik kekeyi (ekspektasi) hahaah. Namun, seiring berjalannya waktu Allah mentakdirkan saya berjodoh dengan artis terkenal, Dian Sastro (realita). Berawal dari DM instagram hingga nyaman dan akhirnya artis cantik Dian sastro jatuh hati kepada pemuda desa yang mandi hanya ketika ada hujan ini hahaha. Anggap saja perempuan secantik kekeyi nilainya 10 dan perempuan secantik Dian sastro nilainya 100.
Maka :
Skor kebahagiaan saya dari contoh di atas plus alias sangat bahagia.
ADVERTISEMENT
Jika ekspektasi terlalu tinggi tentu saja tidak akan pernah bahagia. Agar bahagia berusahalah lebih keras agar realita dapat menyamai ekspektasi ataupun kurangi ekspektasi. Untuk cara pertama tentu kita harus bersusah payah, punya privilege, ada orang dalam dan lain sebagainya yang kadang mustahil dapat diraih. Namun, kadang banyak orang lupa, padahal siapa saja bisa mendapatkan kebahagiaan dengan memakai cara kedua seperti contoh di atas dan sangat mudah mengurangi ekspektasi. Banyak orang terlalu fokus bagaimana bahagia dengan mendapatkan ekspektasi tinggi yang ada di kepalanya yang mustahil dapat diraih.
Banyak orang yang karena sering menonton konten para miliarder pamer harta, pamer pencapaian lalu ingin memiliki kehidupan seperti mereka. Punya mobil mewah,rumah megah, jalan-jalan keliling dunia. Sehingga berujung stres, tidak dapat menikmati hidup, selalu membandingkan hidup dengan orang lain, merasa insecure dengan diri sendiri, merasa tuhan tidak adil ( ini paling bahaya) karena terus memikirkan bagaimana cara agar dapat meraih eskpektasi gila di kepalanya. Dan itu banyak dirasakan oleh para millenial.
ADVERTISEMENT
Jika ada nasihat yang ingin saya sampaikan kepada para millenial, hanya ingin menyampaikan: hide semua story instagram para artis atau siapa pun yang suka flexing (pamer). Mengapa? Yang pertama, itu akan mengubah cara berpikir seseorang terhadap ekspektasi dalam kehidupan. Yang kedua, itu bukan realita sesungguhnya, mereka hanya membagikan apa yang ingin mereka bagikan dan yang pasti itu yang menurut mereka disenangi atau banyak diimpikan banyak orang.
Lalu bagaimana agar dapat meraih kesenangan ? Ya biasa-biasa saja, pakai standar minimalis jika kata Gus Baha'. Seperti kata Gus Baha' mengutip perkataan Imam Ibnu Athailah :
"Berusaha sedikit mungkin apa yang membuat kita senang, maka akan sedikit pula apa yang membuat kita sedih"
ADVERTISEMENT
Kurangi ekspektasi dan seseorang akan hidup tenang dan bahagia. Bermimpi kan harus setinggi langit? Benar, dalam hal kebaikan tuntutan untuk terus berekspektasi setinggi apa pun. Namun cobalah untuk memikirkan kemungkinan terburuk, untuk melatih pikiran agar seandainya tidak sesuai ekspektasi sikap yang ditunjukkan biasa saja, tidak mengeluh, masih dapat tersenyum, dan yang paling penting syukur dan ridha akan ketentuan Tuhan.
Tentu saja ekspektasi untuk meraih kebahagian yang dimaksud di sini merupakan ekspektasi dalam menjalani kehidupan. Justru akan berbeda jika ekspektasinya untuk kebaikan, semisal menuntut ilmu, mencapai target perusahaan. Justru ekspektasi yang harus dipasang setinggi langit agar usaha yang dikeluarkan juga push the limit.