Pelajaran Moral dari Seorang Cristiano Ronaldo

Muhammad Areev
Pegiat Media Sosial, Pengagum Gus Baha, Pecandu Sepakbola, Penulis di www.muhammad-areev.blogspot.com
Konten dari Pengguna
21 Juli 2021 16:08 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Areev tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sosok Cristiano Ronaldo dan Lionel Messi terus dibandingkan dalam dunia sepak bola hingga sekarang. Padahal, umur keduanya sudah melewati umur produktif dari seorang pesepakbola profesional. Euro kemarin Ronaldo kembali membuktikan diri sebagai Top Score di ajang tersebut sedangkan Messi sukses mengangkat piala untuk Negaranya di ajang Copa Amerika sekaligus memborong gelar individu Top Score, Top Assist dan Pemain Terbaik. Terhitung dari 10 tahun terakhir dua sosok ini terus bergantian menerima anugerah pemain sepakbola terbaik dunia (Ballon D’or).
ADVERTISEMENT
Membandingkan antara Ronaldo dengan Messi saya sependapat dengan Sir Alex Ferguson, pelatih Ronaldo ketika di Manchester United dan disebut-sebut juga sebagai orang paling berjasa dalam karier Ronaldo, Sir Alex pernah mengatakan:
“Menarik bagi saya bahwa kita banyak mendengar tentang dua pemain ini: Ronaldo dan Messi. Sekarang jangan salah, Messi adalah pemain fantastis, sepertinya ia memakai sendal ketika mengontrol bola, tapi bagi saya perbedaannya ada di sini: Messi adalah pemain Barcelona tapi Ronaldo bisa main untuk Stockport County dan mencetak hat-trick. Ia memiliki semuanya.
Ia bisa menembak dengan kedua kaki, menyundul bola, ia seberani singa, dan di sinilah sesuatu yang dilewatkan orang. Saat saya di Manchester United saya beruntung memiliki banyak orang yang menghabiskan waktu berjam-jam untuk lebih baik, Gary Neville mengubah dirinya dari pemain biasa menjadi luar biasa karena etos kerjanya, demikian pula dengan David Beckham, tapi Ronaldo biasanya menguras dirinya sendiri, dan masih melakukannya. Ia hanya ingin menjadi yang terbaik di dunia.”
ADVERTISEMENT
Agak subjektif memang apa yang dikatakan oleh sir Alex mengingat dia pernah melatih Ronaldo. Namun, tetap saja apa yang dikatakannya sebuah fakta. Ronaldo telah sukses di berbagai liga.
Namun, di sini saya tidak membahas tentang perbedaan keduanya. Saya mencoba membahas tentang Cristiano Ronaldo dan pelajaran moral pada dirinya yang patut kita tiru.
Saya mulai mengenal sosok Ronaldo ketika dia berkunjung ke Aceh untuk memberikan dukungan dana dan moral kepada masyarakat Aceh yang terkena musibah tsunami. Di Aceh dia dipertemukan dengan Martunis bocah berusia 8 tahun yang selamat dari gelombang tsunami setelah bertahan di atas pohon selama 21 hari. kebetulan Martunis saat itu sedang memakai kostum timnas Portugal dengan nama Diego Costa.
Karikatur Cristiano Ronaldo. Foto: pixabay.com
Kejadian ini menarik Ronaldo untuk mengangkat Martunis menjadi anak angkatnya. Kejadian itu membuat nama Ronaldo melambung di media Indonesia, dari situ saya mulai mengenal dengan pria Portugal ini, saat itu umur saya sama seperti Martunis sekitar 8 tahun.
ADVERTISEMENT
Di dalam lapangan Cristiano Ronaldo memang terlihat sebagai sosok yang arogan, egois. Tidak jarang dia marah kepada rekan setimnya jika melakukan kesalahan seperti tidak mengoper bola kepadanya ketika dia berdiri bebas atau timnya kalah. Selain itu, kadang dia juga kelihatan egois, terlalu memaksakan dalam mencetak gol padahal rekan lainnya siap untuk menerima umpan. Tapi itu wajar dia lakukan sebagai sosok yang sangat ambisius dia ingin terus lebih baik. Pelajaran moral pertama yang bisa kita tiru dari seorang cristiano ronaldo adalah
Ambisius
Tidak ada yang membantah jika saya menyebutkan Ronaldo sebagai sosok yang sangat ambisius. Xabi Alonso Mantan Rekan Ronaldo yang kini memperkuat Bayern muenchen pernah mengatakan:
“Cristiano adalah pria yang ambisius, memiliki karakter kuat, dan kepercayaan diri tinggi. Dia mengucapkan segala sesuatu apa adanya; tak pernah berusaha bermulut manis. Cristiano (tak terbantahkan lagi) adalah pemain yang sangat penting bagi tim. Ia memiliki hubungan baik dengan semua orang di ruang ganti. Jelas ada respek antara saya dan dirinya. Tentu saja saya tak bisa akrab dengan semua orang. Cristiano dan saya tidak banyak berbicara di luar ruang ganti (dalam keseharian). Tapi, kala berada di klub, kami cocok.Cristiano Ronaldo tidak bergaya layaknya primadona.”
ADVERTISEMENT
Dalam sesi training pun Ronaldo pemain yang paling awal tiba di tempat latihan dan juga pemain yang paling terlambat pulang. Ya, begitulah CR7 dia ingin terus lebih baik, ambisinya sangat besar. Jika anda menonton Final Euro 2016 ketika dia ditarik keluar karena cedera, kita menyaksikan air matanya meleleh.
Saya yakin air matanya meleleh bukan karena sakit akibat cedera tapi karena ambisinya untuk bermain dan menjadi juara bersama negaranya pupus. Tapi dia punya cara lain, dia terus menyemangati rekan setimnya layaknya seorang leader dan motivator di ruang ganti dan di pinggir lapangan hingga akhirnya Portugal menjadi juara.
Jiwa Sosial yang Tinggi
Ronaldo pernah melelang sepatu emasnya seharga 30 Miliar, selanjutnya dana hasil lelang sepatu tersebut diberikan kepada sekolah-sekolah di Gaza. Para pendukung Palestina kemudian lebih menghormati Ronaldo karena sang superstar Portugal itu secara terbuka mendukung perjuangan mereka dengan menolak untuk bertukar kaus dengan pemain Israel selama kualifikasi Piala Dunia 2014 di Tel Aviv.
ADVERTISEMENT
Setelah pertandingan, Ronaldo berjalan langsung ke luar lapangan dan tidak mau bertukar kaus dengan pemain lawan, sebuah ritual yang umum dilakukan para pesepak bola internasional. Dia hanya muncul sebentar dan terlihat bicara dengan satu pemain Israel dan kemudian pergi berlalu.
Selain itu dia juga pernah memberikan bantuan kepada Rakyat Aceh saat Tsunami 2004 silam, pernah memberikan bantuan dana di suatu provinsi di portugal yang terkena musibah tsunami. Masih banyak aksi sosial Ronaldo lainnya yang tidak saya tulis di sini.
Tidak Bertato
Susah mencari pemain sepakbola di Eropa yang tidak bertato, hampir semuanya memiliki gaya hidup dengan bertato. Terkecuali dengan Cristiano Ronaldo, dia punya alasan sendiri untuk tidak bertato. Alasan mengapa Ronaldo ogah merajah tubuhnya dengan tato pun cukup simpatik. Dia mengabaikan tato demi bisa terus mendonorkan darahnya kepada yang membutuhkan. Di banyak negara, tato baru bisa memengaruhi seberapa sering seseorang menyumbangkan darah, dengan masa tunggu antara enam bulan dan satu tahun bekerja sebagai pencegahan terhadap kontaminasi silang dan penyakit seperti hepatitis.
ADVERTISEMENT
“Saya tidak punya tato karena sering mendonorkan darah,” kata Ronaldo kepada Diretta News.
Anti Alkohol dan Rokok
Selain tidak bertato Ronaldo juga sangat anti dengan merokok. Terkait kebiasaan itu, Ronaldo memang memiliki pengalaman tak menyenangkan. Ayahnya, Jose Diniz Aveiro, meninggal karena efek keranjingan mengonsumsi minuman beralkohol. Karenanya Ronaldo bersumpah tak akan meneguk alkohol selama hidupnya.
“Dia menjadi semakin kuat dan cepat karena menginvestasikan waktunya dan energinya untuk berlatih. Dia juga tidak pernah merokok dan mengonsumsi minuman mengandung alkohol,” ungkap mantan rekan setim Ronaldo kala masih di Manchester United, Edwin van der Sar. Itulah sedikit banyak gambaran saya tentang sosok Cristiano Ronaldo.
Itulah beberapa pelajaran moral yang dapat kita tiru dari sosok cristiano Ronaldo. Satu hal yang harus kita ingat untuk menjadi orang terbaik dalam bidang apa pun kita harus berkorban lebih banyak. Jika ingin menjadi orang yang luar biasa kita harus bekerja keras luar biasa dari orang-orang biasa.
ADVERTISEMENT
Muhammad Areev Pecandu Sepakbola