Ulama yang Memilih Jomblo Seumur Hidup

Muhammad Areev
Pegiat Media Sosial, Pengagum Gus Baha, Pecandu Sepakbola, Penulis di www.muhammad-areev.blogspot.com
Konten dari Pengguna
12 Agustus 2021 16:54 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Areev tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Saat ini jomblo menjadi konotasi negatif untuk disematkan kepada mereka yang belum memiliki pasangan. Seperti yang saya amati, Jomblo selalu menjadi candaan menarik dan lucu untuk teman-teman yang masih lajang ataupun belum menemukan dambaan hatinya. Setidaknya itu yang saya alami.
ADVERTISEMENT
Bagi para jomblo hari raya idul fitri dan bulan syawal menjadi waktu yang horor. Betapa tidak, memasuki hari raya idul fitri, pertanyaan tentang "kapan nikah?" menjadi pertanyaan horor dan lelah karena harus menjawab jawaban berulang. Bila perlu, menyediakan suatu rekaman untuk diputarkan kembali jika pertanyaan yang sama saat silaturahmi hari raya kembali terdengar, nantinya tinggal menyodorkan jawaban yang sama yang telah di rekam, hahaha.
Berdoa. Foto : unsplash.com
Begitu juga memasuki bulan syawal, banyaknya pasangan yang mengakhiri masa lajangnya di bulan ini menimbulkan kesedihan tersendiri bagi para jomblo ketika teman ngopi dan kumpul dulunya kini satu persatu mengakhiri masa lajangnya. Teman yang malam hari biasanya dapat berkumpul dan bercerita bersama, kini semakin susah untuk diajak bersama setelah mengakhiri masa lajang.
ADVERTISEMENT
Jomblo memang bukanlah pilihan, terkadang hawa nafsulah yang membuat orang terus menjomblo. Mengutip perkataan Gus Baha' " Jodoh itu orang yang mau mengajak nikah dan mau diajak nikah". Terkadang, terlalu lama menjomblo selain belum menemukannya dambaan hati, boleh jadi nafsu yang terlalu mendambakan pasangan yang sempurna menjadi halangan.
Meskipun demikian jomblo bukanlah hinaan sebagaimana bukannya suatu anjuran. Menikah pada dasarnya merupakan sunah, namun bisa berubah sesuai kondisi si muslim tersebut: bisa jadi wajib, sunah, makruh, bahkan bisa haram. Jadi jangan sampai kita asal mempromosikan nikah kepada orang lain. Seperti mempromosikan nikah kepada anak yang baru tamat SMP, di mana belum adanya belanja nafkah untuk calon pasangannya dan belum adanya kematangan secara mental psikologis untuk dapat hidup berumah tangga.
ADVERTISEMENT
Tanpa bermaksud mempromosikan hidup jomblo, ternyata ada beberapa ulama yang masyhur di telinga kita yang memilih hidup melajang alias menjomblo seumur hidupnya. Bukan tanpa sebab, mereka memilih jomblo karena sibuk dengan pencarian ilmu dan membagikannya hingga sampai kepada kita saat ini. Dan banyak ilmu agama yang sampai kepada kita hari ini tidak sedikit diwarisi oleh mereka.
Imam Nawawi Al-Dimasyq, seorang ulama besar dalam mazhab syafi'i. Tidak sedikit kitab-kitab yang diajarkan di pesantren merupakan karangan beliau, sebut saja beberapa kitab fiqih seperti: Al-Majmu` Syarhul Muhadzdzab,Minhaj ath-Thalibin. Kemudian dalam ilmu hadist juga ada kitab Al-Arba'in An-Nawawiyah. Hidupnya diabadikan secara penuh untuk belajar dan mengajarkan ilmu. Sehari beliau hanya makan sekali dan minum sekali ketika sahur.
ADVERTISEMENT
Beliau meninggal di usia 45 tahun dalam keadaan lajang, usia yang masih sangat produktif. Umurnya diabadikan untuk menuntut ilmu dan menyebarkannya.
Imam Ibnu Jarir at-Thabari, beliau dikenal sebagai mufasir yang ulung sekaligus juga pakar multi disiplin. Karyanya yang paling terkenal adalah tafsir ath-Thabari. Dia melakukan pengembaraan ke sejumlah kota untuk memenuhi dahaga ilmunya, mulai dari Baghdad, Mesir, Beirut, dan Damaskus.
Dalam jejak kisah pengukir sejarah, ditulis bahwa sang imam sudah hafal Al-Qur'an pada usia tujuh tahun. Beliau menulis hadis ketika berusia sembilan tahun.
Al Khatib Al Baghdadi mengatakan, selama 40 tahun, sang imam selalu menulis empat puluh lembar sehari. Sosok pemikir dan sejarawan itu telah melahirkan puluhan kitab klasik, seperti Jami'ul Bayan fi Ta'wil Alquran atau Tafsir Ath-Thabari, Tarikh Ath Thabari, Ikhtilaful Fuqaha, Sharih As-Sunnah, hingga Musnad Ibnu Abbas. Beliau wafat pada usia 85 tahun dalam keadaan lajang.
ADVERTISEMENT
Ibnu Taimiyyah al-Harani ad-Dimasyqi. Tokoh yang wafat pada 728 Hijriyah ini cukup populer dalam dunia Islam. Namun ternyata beliau membujang hingga tutup usia di umurnya 67 tahun. Karya yang dicetuskan semasa hayatnya diperkirakan mencapai 500 karya tulis. Beliau yang ijtihadnya dalam berbagai masalah syariah banyak diikuti oleh hampir mayoritas Ulama se-jagad raya ini.
Beliau meninggal di penjara Qal`ah Dimasyq disaksikan oleh salah seorang muridnya Ibnul Qayyim, ketika dia sedang membaca Al-Qur'an surah Al-Qamar. Beliau berada di penjara ini selama dua tahun tiga bulan dan beberapa hari, mengalami sakit dua puluh hari lebih. Pada masa tuanya, beliau menulis banyak kitab dalam mengisi waktunya. Beliau dipenjara karena berseberangan dengan pemerintah di zamannya.
ADVERTISEMENT
3 ulama di atas merupakan mereka yang tidak asing di telinga kita yang memilih hidup menjomblo . Jika 3 ulama di atas adalah lelaki, ulama sosok perempuan ada juga Rabi’ah al-‘Adawiyah. Rabi’ah terkenal sebagai seorang penyair sufi yang memiliki rasa cinta yang tak mengenal batas kepada Tuhannya.
Salah satu kutipan puisinya yang amat menggugah dan terus-menerus menjadi rujukan dalam dunia sufi hingga kini adalah puisi tentang cinta. Rabi’ah al-‘Adawiyah menulis:
Demikian beberapa ulama yang memilih jomblo sepanjang hidupnya. Selain itu, tentu ada banyak ulama-ulama lain yang memilih jomblo. Sekadar pengetahuan dan pembelaan agar lebih menghargai jomblo. Jika ulama dulu memilih jomblo karena sibuk dengan pencarian ilmu dan membagikannya, jomblo sekarang justru sibuk menjomblo karena tampang Parto carinya Dian Sastro, hahaha.
ADVERTISEMENT