Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.98.1
Konten dari Pengguna
Paradigma Pendidikan yang Perlu diluruskan
23 Februari 2025 10:58 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Muhammad Arif tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT

Banyak orang menganggap bahwa pendidikan hanya sebagai sarana untuk mendapatkan pekerjaan,bukan sebagai jalan untuk mendapatkan ilmu dan membangun karakter. Akibatnya esensi sejatinya pendidikan sering kali diabaikan.
ADVERTISEMENT
Dalam suatu waktu di group WA Ikatan Alumni hangat diperbincangkan mengenai serapan pekerjaan untuk prodi humaniora yang merasa kurang mendapatkan serapan pekerjaan apalagi di era industri 4.0 ini, mereka berharap setelah menyelesaikan studinya di Stara satu dapat dengan mudah mendapatkan pekerjaan diluar sana namun harapan itu pupus setelah melihat kenyataan dan realita di lapangan tidaklah semuda yang dibayangkan Maka dijeskanlah panjang lebar oleh alumni yang lain bahwa paradigma berfikir kita tentang pendidikan yang perlu untuk diluruskan sebagaimana tertuang dalam UU no.12 tahun 2012 pasal 4 yaitu :Mengembangkan potensi mahasiswa agar menjadi manusia yang beriman, bertakwa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
ADVERTISEMENT
Tujuan pendidikan diatas saya kira sangat jelas, Jika orientasi pendidikan hanya sebatas mendapatkan pekerjaan, maka ilmu yang diperoleh menjadi sempit dan kehilangan makna. Pendidikan harus dilihat sebagai proses sepanjang hayat yang tidak hanya berorientasi pada aspek ekonomi, tetapi juga pada pengembangan diri dan kontribusi sosial. Pendidikan yang benar akan melahirkan individu yang mampu beradaptasi dengan perubahan zaman dan memberikan solusi bagi berbagai permasalahan masyarakat.
Inilah yang diupayakan oleh perguruan tinggi dengan menuangkannya dalam Visi-Misi serta tujuan perguruan tinggi masing-masing. Di UIN Alauddin misalnya untuk membentuk manusia yang beriman, bertakwa serta berakhlak mulia dengan menyediakan lahan dan bangunan yang besar serta lembaga-lembaga pembentukan karakter serta kewajiban lain melampaui standar Pendidikan tinggi sebagai bekal mahasiwa untuk nantinya terjun ke masyarakat diluar dari bidang ilmu keahlian mereka. Dan saya rasa begitupun dengan perguruan tinggi lainya.
ADVERTISEMENT
Paradigma lain yang perlu diluruskan adalah anggapan bahwa kecerdasan intelektual lebih penting daripada karakter dan akhlak. banyak contoh dalam sejarah dan realitas kekinian yang menunjukkan bahwa seseorang yang cerdas tetapi tidak memiliki akhlak yang baik dapat membawa kehancuran bagi dirinya sendiri dan masyarakat.
Pendidikan yang ideal bukan hanya mengajarkan ilmu pengetahuan, tetapi juga membentuk karakter yang jujur, bertanggung jawab, disiplin, dan peduli terhadap sesama. Oleh karena itu, sekolah dan perguruan tinggi harus menanamkan nilai-nilai moral yang kuat kepada peserta didik agar mereka menjadi individu yang tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga memiliki integritas dan empati yang tinggi.
Banyak orang berpikir bahwa pendidikan hanya tentang menghafal teori dan mendapatkan gelar akademik. Padahal, ilmu yang tidak diamalkan bagaikan pohon yang tidak berbuah. Dalam Islam, ilmu harus dipraktikkan agar memberikan manfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Sebagaimana pendapat yang dikemukakan oleh Imam Al-Ghazali dalam Ihya Ulumuddin menekankan bahwa ilmu yang tidak diamalkan tidak memiliki manfaat, dan tujuan utama belajar adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah serta bermanfaat bagi sesama.
ADVERTISEMENT
Seorang yang berilmu memiliki tanggung jawab moral untuk menyebarkan kebaikan dan memberikan solusi bagi permasalahan di sekitarnya. Hal ini sejalan dengan hadis Rasulullah SAW yang menyatakan bahwa sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi sesama. Oleh karena itu, paradigma bahwa pendidikan hanya untuk prestise dan kebanggaan pribadi harus diubah menjadi paradigma pendidikan sebagai ladang amal dan kontribusi. Sejalan dengan hadis nabi diatas, Freire dalam bukunya Pedagogy of the Oppressed mengkritik sistem pendidikan tradisional yang hanya mencetak manusia sebagai "produk" tanpa memberi mereka kemampuan berpikir kritis dan berkontribusi bagi masyarakat. Ia menekankan bahwa pendidikan harus membebaskan manusia dari pola pikir pasif dan membentuk kesadaran sosial.
Terakhir menurut saya bahwa pendidikan untuk membangun peradaban bukan sekedar kepentingan individu. Sejarah telah membuktikan bahwa pendidikan yang baik dapat membangun peradaban yang maju dan sejahtera. ilmuwan muslim seperti al-Farabi, Ibnu Sina, dan al-Khawarizmi tidak hanya belajar untuk kepentingan pribadi, tetapi juga memberikan kontribusi besar bagi ilmu pengetahuan dunia. Tetaplah optimis untuk Indonesia yang lebih baik dengan mengarahkan kembali paradigma pendidikan pada tujuan utamanya, yaitu menciptakan individu yang mampu berkontribusi bagi masyarakat dan membangun peradaban yang lebih baik. Pendidikan harus menjadi sarana untuk meningkatkan kualitas hidup secara kolektif, bukan sekadar alat untuk mengejar kepentingan pribadi semata.
ADVERTISEMENT