Betapa Pentingnya Piala AFF U-23, Pelatih Asing Liga 1 Harus Paham Ini!

Muhammad Arsyad
Senior Content Writer AMD Media. Penikmat budaya pop. Penyuka kajian media dan komunikasi. Warga Pekalongan.
Konten dari Pengguna
18 Agustus 2023 11:11 WIB
·
waktu baca 7 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Arsyad tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto: The ASEAN Football Federation
zoom-in-whitePerbesar
Foto: The ASEAN Football Federation
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Di tengah kegembiraan suasana HUT ke-78 Republik Indonesia, terjadi tarik-ulur soal pemanggilan pemain Timnas Indonesia yang akan melakoni Piala AFF U-23.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari kumparanBOLA, ada beberapa klub yang enggan melepas pemainnya ke Piala AFF. Dua di antaranya yang sangat getol adalah Persija Jakarta dan PSM Makassar.
Thomas Doll, pelatih Persija tidak mengizinkan pemainnya, Rizky Ridho memperkuat Timnas Indonesia untuk Piala AFF U-23. Selain Doll, Bernardo Tavares pelatih PSM juga enggan membiarkan pemainnya, Dzaky Ashraf ke ajang serupa.
Pelatih baru Persib Bandung, Bojan Hondak juga sempat dikabarkan tidak mau melepas Beckham Putra untuk ajang itu. Penolakan ini menjadi polemik usai Ketua Badan Tim Nasional (BTN), Sumardji marah-marah karena klub tidak melepas pemainnya.
Silang pendapat pun terjadi. Netizen yang kebetulan penggemar Timnas Indonesia pun terbelah. Ada yang sepakat dengan para pelatih klub yang tidak melepas pemainnya, ada pula yang ngotot agar para pemain bisa bergabung untuk menambah kekuatan di Timnas Indonesia U-23.
ADVERTISEMENT
Di tengah bola panas tersebut, pelatih Timnas Indonesia, Shin Tae-yong yang kabarnya juga akan menukangi Timnas U-23 di ajang Piala AFF U-23 turut berkomentar. Coach Shin, begitu sapaan akrabnya, mengatakan bahwa sebaiknya Piala AFF U-23 ditiadakan karena akan mengganggu bergulirnya liga.

Tanggapan Erick Thohir

Erick Tohir saat menghadiri acara di Medan Foto: Dok. Istimewa
Sampai sini sebetulnya sudah terang. Toh, dalam regulasi, klub punya hak untuk menolak untuk mengirim pemainnya ke tim nasional andai itu bukan agenda FIFA. Piala AFF U-23 sendiri bukanlah kalender FIFA. Ia tidak seperti kualifikasi Piala Asia maupun Piala Dunia.
Namun, hal-hal yang disampaikan itu belumlah cukup. Netizen sepertinya menanti bagaimana tanggapan Ketua Umum PSSI, Erick Thohir. Syahdan, beberapa hari jelang bergulirnya kompetisi itu, Erick Thohir buka suara.
ADVERTISEMENT
Mengutip dari kumparanBOLA, singkatnya Erick mengatakan bahwa pemain yang ingin membela Timnas Indonesia di Piala AFF U-23 tidak perlu dilarang. Pernyataan semacam itu sejatinya sudah cukup. Tapi masalah tidak berhenti sampai di situ.
Erick Thohir rupanya juga tidak berkenan apabila pelatih di Indonesia meremehkan Timnas Indonesia. Permasalahan kemudian merembet ke hal klasik seperti aturan pekerja asing.
Erick Thohir justru meminta EXCO PSSI untuk me-review aturan di liga, terutama tentang pelatih asing. Lho, buntutnya sampai ke sana? Bukan cuma itu, Erick juga tidak mau para pelatih, terutama yang asing tidak menghormati adat istiadat di Indonesia, seperti membentak asisten pelatih maupun pemain.
Setelah terbit pernyataan dari Ketum PSSI, pergolakan pun kembali muncul. Tak sedikit netizen yang menyebut bahwa Erick Thohir tidak patuh pada regulasi. Selain itu, Erick juga dianggap melakukan misleding informasi. Padahal tidak ada pelatih yang meremehkan Timnas Indonesia.
ADVERTISEMENT
Para pelatih memang punya hak untuk tidak melepas pemain. Biar bagaimana pemain itu kepunyaan klub. Erick Thohir semestinya memahami hal itu. Titik. Namun, ya begitulah perangai seorang pejabat. Kalau boleh berbaik sangka, saya mengerti kok betapa sulitnya Erick Thohir mengeluarkan pernyataan.
Pihaknya sudah barang tentu merebus lebih dulu pernyataan itu sebelum disuguhkan ke khalayak. Saya tidak mau ikut menghardik beliau. Beliau pasti capek mengurus dua lembaga yang sama-sama sering bermasalah (BUMN dan PSSI).
Jadi, daripada melakukan hal yang sama sekali minim budi pekerti, saya akan mencoba menyelami jalan pikiran Erick Thohir. Mengapa kok beliau sangat ngotot soal ini. Mungkin saja benar Piala AFF U-23 sangatlah penting.

Kesempatan Emas Timnas Indonesia U-23

Timnas U-23 Indonesia jelang bertanding di Piala AFF U-23 2023. Foto: PSSI
Piala AFF U-23 adalah kompetisi yang jarang-jarang digelar. Ia tidak seperti Piala AFF senior yang diadakan dua tahun sekali atau Piala Dunia yang empat tahun sekali. Piala AFF U-23 baru lahir tahun 2005. Ya sekitar 18 tahun yang lalu.
ADVERTISEMENT
Awalnya turnamen ini untuk persiapan SEA Games dan kualifikasi Piala Asia U-23. Namun, setelah digelar tahun 2005, Piala AFF U-23 rehat tidak sejenak. Pada tahun 2011 rencananya mau digelar, tapi tidak jadi. Baru dihelat lagi tahun 2019. Dan pada waktu itu Timnas Indonesia U-23 yang keluar sebagai juaranya.
Tahun 2022 sebenarnya Piala AFF U-23 diadakan. Namun, Timnas Indonesia tidak berpartisipasi. Pada waktu itu Indonesia sedang diterpa Covid-19 dan badai cedera para pemainnya. Nah, kini Timnas Indonesia U-23 punya kesempatan lagi karena Piala AFF U-23 kembali diadakan. Kali ini tuan rumahnya Thailand.
Tentu ini adalah kesempatan emas buat Timnas Indonesia U-23 untuk menjuarai turnamen yang jarang digelar itu. Lho, bukannya karena tak menentu, turnamen ini menjadi tidak penting? Bukan begitu cara mikirnya, Ursula.
ADVERTISEMENT
Justru karena tidak sering digelar itulah Piala AFF U-23 merupakan turnamen yang mahapenting. Begini saya jelaskan supaya anda tidak salah tangkap. Timnas Indonesia masih punya kesempatan untuk juara di turnamen lain.
Misalnya, di Piala AFF level senior. Meski belum juara, Timnas Indonesia masih punya kesempatan karena turnamen ini rutin diadakan dalam dua tahun sekali. Pun di Piala Asia. Mungkin Timnas Indonesia tidak meraih hasil positif di Piala Asia 2023 yang akan diadakan pada 2024 nanti. Tapi Indonesia masih punya kesempatan empat tahun lagi.
Di level Piala Dunia juga demikian. Timnas Indonesia memang gagal lolos di Piala Dunia 2022, tapi masih ada kesempatan di Piala Dunia 2026. Kalau gagal lolos lagi, masih ada Piala Dunia 2030. Gagal lagi bisa mencoba kembali di Piala Dunia 2034. Gitu terus sampai umat manusia bisa tinggal di Merkurius.
ADVERTISEMENT
Lha kalau Piala AFF U-23? Jika tahun ini digelar, belum tentu beberapa tahun ke depan akan ada lagi. Lihat saja sudah 18 tahun ini Piala AFF U-23 baru benar-benar digelar tiga kali. Kalau dihitung dengan edisi 2023 baru empat kali.
Padahal sejak 2005 saja kita sudah menyaksikan lima edisi Piala Dunia dan empat edisi Piala Eropa alias EURO. Saya rasa Erick Thohir tidak ingin melewatkan turnamen yang sangat langka ini.
Piala AFF U-23 pada kenyataannya memang penting. Siapa tahu tahun ini adalah edisi terakhir. Maka dari itu, para pelatih asing di Liga 1 harus paham ini.
Para pelatih itu sebaiknya tidak khawatir stabilitas tim di liga goyang karena melepas pemain pilarnya ke timnas. Toh, jika gagal musim ini bisa dicoba lagi musim depan.
ADVERTISEMENT
Lagi pula penggemar sebuah klub sepak bola terkenal sabar kok menunggu timnya berprestasi. Saya saja tidak pernah kecewa Manchester United gagal meraih Liga Inggris lagi. Paling cuma mengumpat saja.

Hadiah Kemerdekaan yang Sangat Manis

Suporter Timnas Indonesia memberikan dukungan saat melawan Timnas Thailand pada pertandingan Grup A Piala AFF 2022 di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Jakarta, Kamis (29/12/2022). Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
Piala AFF U-23 edisi tahun 2023 akan digelar pada tanggal 17-26 Agustus 2023. Itu bertepatan dengan Hari Kemerdekaan Indonesia. Bulan Agustus memang menjadi bulan yang istimewa bagi rakyat Indonesia. Dan Piala AFF U-23 sangat jarang sekali digelar pada Bulan Agustus.
Terakhir, ketika Timnas Indonesia juara tahun 2019 itu pun di Bulan Februari. Jadi, ini kesempatan yang bagus sekali buat Timnas Indonesia U-23 memberikan kado istimewa untuk HUT Republik Indonesia. Apalagi ujung turnamen ini masih di Bulan Agustus.
ADVERTISEMENT
Coba bayangkan jika Timnas Indonesia U-23 meraih juara di Piala AFF U-23! Pastinya seluruh rakyat Indonesia akan terharu. Air mata tumpah ketika lagu "Indonesia Raya" berkumandang di Thailand persis di bulan Kemerdekaan Indonesia.
Di kancah bulu tangkis hal begitu sudah sering. Seperti misalnya tatkala Greysia Polii dan Apriyani Rahayu menyabet emas pertama untuk nomor ganda putri di Olimpiade 2020 di Bulan Agustus. Nah, di sepak bola juga harus bisa begitu. Apalagi Ketum PSSI yang sekarang adalah orang yang sangat merah putih.
Kalau sudah begitu apalah arti regulasi. Andai saja Timnas Indonesia U-23 juara di Piala AFF U-23, regulasi yang didengungkan Thomas Doll dan Bernardo Tavares pada akhirnya dipandang hanya akan memperumit jalan Timnas Indonesia U-23 untuk juara.
ADVERTISEMENT
Demi Indonesia aturan harus diterabas. Demi lambang garuda di dada, semua regulasi bisalah dikantongi sebentar. Buat kebijakan dan urusan politik saja aturan boleh dihantam, masa demi bangsa dan negara tidak bisa?
Banyak netizen yang bilang, kalau sepak bola Indonesia mau maju mestinya menaati aturan yang berlaku. Mengikuti apa saran pelatih yang sudah kenyang pengalaman.
Padahal kompetisi sepak bola di Indonesia yang sehat, maju, keren tidak ada artinya kalau tim nasionalnya sepi trofi. Apalagi sampai tidak bisa memberikan hasil terbaik di bulan kemerdekaan. Para pelatih asing di Liga 1 mestinya mengerti betul—di sini, di sepak bola Indonesia—menolak segala sesuatu untuk Timnas Indonesia hukumnya haram jadah.