Indonesia Mundur Piala AFF U-23 dan Sindiran Keras untuk PSSI

Muhammad Arsyad
Senior Content Writer AMD Media. Penikmat budaya pop. Penyuka kajian media dan komunikasi. Warga Pekalongan.
Konten dari Pengguna
15 Februari 2022 15:27 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Arsyad tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sepak Bola (Ilustrasi) Foto: Carl Recine/Reuters
zoom-in-whitePerbesar
Sepak Bola (Ilustrasi) Foto: Carl Recine/Reuters
ADVERTISEMENT
Betapa terkejutnya saya membaca berita kalau Timnas Indonesia U-23 batal mengikuti Piala AFF U-23 2022 di Kamboja. Pemicunya tujuh pemain plus satu ofisial terpapar Covid-19. Sementara, empat lainnya harus melewati masa inkubasi karena sekamar dengan mereka yang terpapar.
ADVERTISEMENT
Tentu ini kabar yang menyesakkan bagi saya, dan mungkin seluruh rakyat Indonesia pun merasakannya. Betapa tidak? Piala AFF U-23 ini menjadi momentum yang pas agar rakyat tak lagi bersedih atas kegagalan demi kegagalan Timnas Senior di ajang yang sama.
Kita semua sepakat, kalau Timnas Senior kita tak pernah becus merebut Piala AFF. Sejak 1996, Indonesia hanya mampu ikut menginisiasi tanpa pernah meraih satu pun trofi. Indonesia hanya jago sampai final.
Namun, Indonesia tak sia-sia mengepakkan sayapnya di Piala AFF kelompok umur. Timnas menjuarainya pada U-16, U-19 dan U-23. Maka itu, target juara di Piala AFF U-23 tak semustahil kredit rumah tanpa bunga. Meski belum pasti, minimal harapannya terbuka lebar.
Apalah hendak dikata. Nasi sudah menjadi nasi goreng. Shin Tae-yong sudah meminta Indonesia agar mundur dari Piala AFF U-23, dan usulan itu segera direspons PSSI. Meski panitia tetap menginginkan Indonesia ikut, tapi tekad PSSI sudah bulat: tidak mengikutkan Indonesia ke ajang itu. Dalihnya, demi kepentingan kesehatan pemain itu sendiri.
ADVERTISEMENT
Namun, sebagai penikmat sepak bola dalam negeri, saya masih belum bisa menerima keputusan ini. Terlepas dari konteks kesehatan pemain yang dipertaruhkan. Karena Piala AFF U-23 ini sudah menjadi agenda bahkan sebelum Piala AFF 2020 kemarin itu digelar.
Mestinya, PSSI sanggup mengantisipasi kemungkinan terburuk ini. Itu kalau PSSI memang betul-betul disebut federasi sepak bola. Soal mengantisipasinya bagaimana, tentu PSSI nggak perlu tanya ke saya, sebab kalau sampai itu terjadi, mending saya saja yang jadi ketumnya.
Alih-alih mengencangkan ikat pinggang, PSSI beserta teman setianya PT Liga Indonesia Baru (LIB) mengencangkan jadwal liga domestik. Jadwal liga yang berlangsung di Bali pun padat di tengah pandemi yang belum tuntas ditanggulangi pemerintah.
Hal itu membuat jadwal Timnas dan liga tabrak lari. Para pemain yang bermain di klub dan dipanggil Timnas juga kelimpungan. Buntutnya cedera dan terpapar Covid-19.
ADVERTISEMENT
Maka dari itu, mundurnya Timnas Indonesia U-23 dari Piala AFF U-23 harus dilihat pula sebagai sindiran keras bagi PSSI. Bukan hanya menunjukkan seolah-olah PSSI, Timnas, dan Shin Tae-yong kompak.
Sebelum pengumuman pahit itu tersebar, ketidaksiapan Timnas Indonesia U-23 sudah tampak. Terutama ketika PT LIB terus menggenjot pertandingan liga agar selesai di Bulan Maret. Jadwal Timnas dan liga pun, seperti yang saya bilang tadi: tabrak lari
Seperti apa yang ditulis Evans Edgar Simons di PanditFootball, bahwa federasi belum juga menunjukkan ketidakpuasan atas jadwal liga yang ditetapkan PT LIB. Jadi, istilah yang tepat bukan lagi jadwal yang tabrakan, tapi jadwal yang tabrak lari. Setelah menabrak tidak bertanggung jawab. Itu.
Pantas kalau Timnas U-23 mundur. Nah, dari situ Timnas Indonesia U-23 sedang menyindir PSSI.
ADVERTISEMENT
Buat apa lanjut ikut kompetisi di level internasional kalau federasinya tidak sepenuhnya mendukung? Persiapannya serba kekurangan? Maka, mundur jauh lebih ksatria.
Coba bayangkan seumpama Timnas Indonesia masih bisa mengikuti Piala AFF U-23, tentu borok-borok federasi dan PT LIB tak makin kelihatan seperti itu. Bahkan, bukan tidak mungkin kalau jadwal yang tabrak lari, dan klub yang dirugikan itu tak lagi jadi isu penting di ruang publik.
Isunya bakal tertutup ketika Timnas Indonesia U-23 meraih kesuksesan di Piala AFF U-23. Masih ingat kan bagaimana kegagalan di final Piala AFF 2020 kemarin berhasil menutup kenyataan kalau itu adalah kegagalan kesekian Timnas Indonesia di Piala AFF?
Saya yakin kalau bermain di Piala AFF U-23, Garuda Muda pasti bisa meraih prestasi yang gemilang. Tapi, yang saya tidak yakin PSSI dan PT LIB akan serius membenahi masalah-masalah yang menyertai keberangkatan Timnas Indonesia ke Kamboja.
ADVERTISEMENT
Mundurnya Timnas Indonesia dari Piala AFF U-23 juga menunjukkan ada yang tidak beres di kompetisi sepak bola Indonesia. Jika dulu Edy Rahmayadi pernah bilang bahwa "Kalau wartawannya bagus, Timnasnya juga bagus", maka yang betul harusnya "Jika kompetisinya bagus, Timnasnya ikutan bagus".
Nah, kenyataannya Timnas Indonesia masih begitu-itu. Berarti kompetisi sepak bola lokal memang sedang dalam kondisi gawat. Saya tentu tidak perlu menyebutkan semua borok dari kompetisi lokal, sebab kalau anda penikmat sepak bola dalam negeri tentu bisa menyebutkan sendiri.
Salah satunya wasit di Liga Indonesia masih perlu belajar lagi menjadi wasit yang benar. Itu baru satu dari sekian masalah yang belum kunjung tuntas.
Nah, sepanjang saya menjadi pencinta Timnas Indonesia sejak 2010, ini adalah kali pertama Timnas Indonesia mundur dari kompetisi yang cukup prestisius. Hal itu jelas membuat PSSI dan PT LIB kebanjiran kritik dari masyarakat.
ADVERTISEMENT
Saat ini, baik PSSI dan PT LIB ibarat sedang terkena tinju Mike Tyson yang mendarat keras di muka keduanya. Eh tapi sebentar, apa benar kedua lembaga itu punya muka?