Mason Greenwood Memang Seharusnya Disingkirkan dari Manchester United

Muhammad Arsyad
Senior Content Writer AMD Media. Penikmat budaya pop. Penyuka kajian media dan komunikasi. Warga Pekalongan.
Konten dari Pengguna
8 September 2023 18:35 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Arsyad tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto: GARETH COPLAY/Getty Images
zoom-in-whitePerbesar
Foto: GARETH COPLAY/Getty Images
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Mason Greenwood lepas dari tuduhan kekerasan dan pemerkosaan terhadap kekasihnya. Kekurangan bukti dan saksi kunci yang tidak bersedia hadir sehingga kasusnya pun dihentikan. Demikian laporan media Inggris, The Guardian.
ADVERTISEMENT
Setelah kasusnya dihentikan, Manchester United sebetulnya bisa memakai Greenwood lagi. Tetapi perkaranya tidak segampang itu. Sebelum benar-benar dihentikan, kasus Greenwood ini melahirkan dua kubu yang berseberangan, terutama di Manchester United.
Staf, pemain, bahkan suporter terbelah. Penolakan terutama datang dari tim perempuan. Aktivis perempuan juga menolak kehadiran Greenwood untuk kembali memperkuat Manchester United.
Sementara yang mendukung juga tidak sedikit. Erik Ten Hag dikabarkan masih ingin memakai Greenwood. Para penggemar sepak bola di media sosial, khususnya fans Manchester United tak sedikit yang juga mendukung Greenwood.

Keputusan Manchester United

Pemain Manchester United Greenwood beraksi dengan pemain West Ham United Aaron Cresswell di Old Trafford, Manchester, Inggris, Sabtu (22/12/2022). Foto: Phil Noble/REUTERS
Demi keberlangsungan klub, pihak manajemen harus mempertimbangkan keputusan yang akan dibuat. Greenwood pun akhirnya tidak dipakai oleh MU di musim ini. Si pemain dipinjamkan ke Getafe. Dengan kata lain, Greenwood bisa kembali ke Manchester United suatu saat.
ADVERTISEMENT
Klausulnya menyebut kalau Greenwood bisa dipulangkan ke Manchester United jika tidak memuaskan, seperti diwartakan Sportbible. Jika itu beneran terjadi, saya rasa Manchester United tidak tegas dalam keputusannya soal Greenwood. Mereka juga tidak punya sikap terhadap kasus yang menimpa Greenwood.
Lho, Greenwood kan nggak bersalah, gimana sih!?
Nih, SJW banyak bacot! Nggak ngerti bola diem aja deh, lu! Greenwood mainnya bagus, lu bisa apa? Kayak main bola jago aja lu!
Ya, ya, saya tahu Anda akan bilang begitu. Saya tahu fans Manchester United di luaran sana pasti ngatain saya. Silakan lanjutkan marah-marahnya. Kalau sudah, baru anda bisa melanjutkan membaca. Oke? Salaman.

Reaksi Fans MU

Aksi penyerang Manchester United, Mason Greenwood, membobol gawang Watford di Premier League 2019/20. Foto: Reuters/Lee Smith
Greenwood yang tersandung kasus penganiayaan dan pemerkosaan menjadi pukulan bagi penggemar Manchester United. Sang pemain digadang-gadang adalah penyerang masa depan Setan Merah. Seakan-akan ialah yang akan melanjutkan kegemilangan Eric Cantona dan Wayne Rooney.
ADVERTISEMENT
Harapan itu muncul karena MU tidak punya penyerang andal. Rasmus Hojlund yang baru didatangkan dari Atalanta belum terbukti. Greenwood? Setidaknya sudah memberi bukti. Karena itu saat Greenwood dibebaskan dari tuduhan, fans MU bersuka cita.
Bebas dari tuduhan artinya tidak ada masalah lagi yang menghantui Greenwood. Ia bisa menepi sebentar dari Liga Inggris. Setelah semuanya "lupa" baru Greenwood kembali ke Manchester United. Banyak warganet, yang kebanyakan dari mereka adalah penggemar MU, merasa Greenwood perlu diberikan kesempatan kedua.
Setiap orang kan pernah salah. Dan ia berhak mendapat kesempatan kedua. Demikian tweet-tweet yang saya temukan. Dan tentu saya sepakat dengan itu, kecuali untuk perkara yang menyangkut Mason Greenwood.

Greenwood Belum "Salah"

Mason Greenwood mengingatkan Ole Gunnar Solskjaer pada Cristiano Ronaldo. Foto: Reuters/Jon Super
Saudara-saudara, Greenwood itu salah saja belum. Sebab "salah" dalam kasus ini menjadi hak pengadilan untuk memutuskan. Sementara kasusnya Greenwood tidak sampai ke pengadilan. Artinya, kalau kita merujuk pada putusan pengadilan, maka anggapan bahwa Greenwood salah kurang tepat.
ADVERTISEMENT
Berangkat dari situ, idiom "Orang salah berhak mendapatkan kesempatan kedua" tentu tidaklah tepat. Lalu, apakah itu artinya Greenwood bersalah? Kita bisa berdebat panjang soal tersebut dalam paparan moral. Makanya saya tidak mau menilai dari situ. Standar moral setiap umat manusia berbeda-beda, lebih-lebih standar moral fans Manchester United.
Namun, mari kita telusuri apa yang muncul di permukaan. Saat kasus Greenwood ini pecah, tidak perlu bohong, hampir dari kita melihat foto dan mendengarkan audio yang menunjukkan bahwa ia melakukan tindakan "itu". Foto dan audio tersebut, apakah kita akan mengabaikannya ketika kasusnya kemudian ditutup?
Bukan berarti karena kasusnya tidak sampai ke pengadilan, Greenwood tidak bersalah. Bukan berarti karena sudah bersama pacarnya lagi, apa yang dilakukan Greenwood adalah tindakan benar. Di lini masa media sosial, terutama X (dulu Twitter), banyak yang menganggap Greenwood masih punya talenta yang sangat diperlukan Manchester United. Ia masih layak diberikan kesempatan bermain untuk MU.
ADVERTISEMENT

Kenyataan Kasus Kekerasan Seksual di Inggris

Pemain Manchester United Mason Greenwood berebut bola dengan pemain Granada Angel Montoro pada pertandingan leg kedua perempat final Liga Europa di Old Trafford, Manchester, Inggris. Foto: David Klein/REUTERS
Jadi, tidak apa-apa Manchester United dihuni oleh pelaku kekerasan? Ah, sakit bener nih tim kalau gitu pola pikirnya. Para penggemarnya juga sakit sih kalau sampai membela Greenwood seperti membela agamanya sendiri. Begini ya, dalam kasus semacam ini, pihak korban seringkali diabaikan. Terlebih lagi kalau korbannya adalah perempuan.
Ketika masuk ke tahap penyelidikan, kesaksian mereka sering diabaikan. Penyelidikan pasti akan lebih banyak memberi ruang ke pelaku, alih-alih memperbanyak porsi untuk korban.
Selain itu, korban juga akan kesulitan ketika menceritakan pengalamannya. Kondisi traumatis menghantui korban. Nggak mudah lho untuk bercerita pengalaman buruk. Makanya perlu adanya pendampingan dan upaya hukum yang memihak ke korban.
Lucunya, para penggemar MU amatiran masih banyak yang justru melabeli si perempuan atau korbannya sebagai "yang tak tahu diuntung".
ADVERTISEMENT
Gaes dan para fans MU yang sok keras, di Inggris itu kasus pemerkosaan sangat jarang sampai ke pengadilan. Bahkan menurut sebuah laporan dari University of London, pada 2022, lebih dari 99% laporan pemerkosaan ke polisi di Inggris dan Wales tidak berakhir dengan hukuman.
Investigasi kasus pemerkosaan yang acap kali rumit menjadi salah satu penyebabnya. Dibutuhkan pengetahuan tentang perilaku pelecehan seksual. Tanpa itu, yang muncul saat jalannya investigasi hanyalah mitos pemerkosaan. Dan itu akan berpengaruh selama penyelidikan.
Jika mitos pemerkosaan masuk ke penyelidikan, tuduhan tentang pemerkosaan akan dianggap hal biasa. Apalagi jika terjadi dalam suatu hubungan asmara. Korban bisa saja dianggap mengada-ada karena menunda melaporkan kasusnya ke polisi.
Padahal perlu kesiapan mental bagi korban untuk melakukannya. Tidak mudah bagi korban mengikuti jalannya penyelidikan kasus pemerkosaannya. Investigasi yang dilakukan kepolisian pasti akan mengganggu privasi korban. Riwayat kesehatan, ponsel pribadi, akun media sosial, dan segalanya yang berkaitan dengan korban akan diperiksa dan diungkap ke pengadilan.
ADVERTISEMENT

Manchester United Tak Punya Sikap

Pemain Manchester United Mason Greenwood berselebrasi usai mencetak gol ke gawang Wolverhampton Wanderers di Stadion Molineux, Wolverhampton, Inggris, Minggu (29/8). Foto: Action Images via Reuters
Lalu, apa yang salah?
Lagi-lagi saya perlu menjelaskan ke fans MU yang mikirnya cetek dan terlalu permisif. Gini ya, untuk menceritakan kembali apa yang dialaminya demi penyelidikan, itu saja dapat menimbulkan trauma pada korban. Jarang ada korban yang sudah move on dari pemerkosaan ketika kasusnya sedang berjalan.
Hal itu belum termasuk budaya misoginis para polisi. Nah, soal kasus Greenwood, saya kurang tahu siapa saksi kunci yang mengundurkan diri untuk bersaksi. Juga dokumen seperti apa yang kurang sehingga membuatnya tidak lengkap pun tidak diungkap rinci, baik oleh Manchester United maupun media.
Namun, melihat penolakan yang muncul, terutama dari para pendukung perempuan, saya menduga ada yang tidak beres dari berhentinya kasus Mason Greenwood. Manchester United juga dalam hal ini terkesan "main aman". Mereka hanya mengupayakan untuk melindungi diri mereka sendiri, alih-alih memihak pada korban.
ADVERTISEMENT
Manchester United, saya rasa, gagal meniru sikap Manchester City atas kasus yang menimpa Benjamin Mendy. Meski kasus Greenwood dan Mendy berbeda. Kasusnya Greenwood belum sampai ke pengadilan dan berhenti. Sementara kasus Mendy, ia sudah diputuskan tidak bersalah oleh pengadilan, menurut laporan The Guardian.
Saya usul, Manchester United sebaiknya sungguh-sungguh menyingkirkan Greenwood sebagaimana Manchester City melepas sepenuhnya Benjamin Mendy. Atau kalau perlu menutup akses sang pemain ke dunia sepak bola. Setidaknya sampai pengadilan benar-benar memutuskan Greenwood tidak bersalah.
Manchester United semestinya mulai memerhatikan hal-hal semacam itu. Kasus Antony yang belakangan ini muncul, menurut saya adalah buntut dari ketidaktegasan Manchester United terhadap Mason Greenwood.