Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Jangan Bandingkan Diri dengan Apa yang Kita Lihat di Media Sosial
11 Februari 2022 11:11 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Muhammad Baskoro Ardi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Kita tidak bisa jauh dari smartphone di mana kita bisa mengakses media sosial. Di media sosial kita melihat banyak hal, mulai dari informasi umum seperti kejadian di seluruh dunia hingga informasi tentang kehidupan pribadi seseorang. Media sosial seperti sudah menjadi candu untuk para penggunanya.
ADVERTISEMENT
Perkembangan dunia teknologi, khususnya media informasi banyak memberikan dampak di dalam kehidupan kita. Dulu kita terbiasa menggambarkan imajinasi visual dari paparan informasi yang ada di radio, kemudian TV memberikan gambaran yang lebih jelas tentang informasi yang mereka berikan melalui suara dan visual. Tidak berhenti di situ, televisi juga mengalami peningkatan kualitas gambar dan fitur seiring dengan berkembangnya teknologi informasi. Dan yang paling mutakhir, internet dengan semua kontennya yang sekarang sudah menjadi bagian dari kehidupan kita, khususnya media sosial.
ADVERTISEMENT
Selain itu, media sosial juga memberikan kita standar akan suatu hal seperti cantik, ganteng, lucu, baik, hingga bahagia. Namun pernahkah kita menyadari dan berpikir tentang standardisasi yang dimulai sejak zaman televisi menjadi media informasi utama kita dahulu, bagaimana standar yang diberikan media memberikan pengaruh terhadap kehidupan kita? Siapa yang paling diuntungkan?
Dulu TV menunjukkan kita bahwa cantik atau ganteng itu seperti yang mereka gambarkan dalam serial, film, sinetron, ataupun acara TV lainnya. Padahal sebelumnya kita percaya bahwa cantik atau ganteng itu relatif. Kemudian muncul media sosial dengan terpaannya yang lebih besar daripada televisi. Media sosial membuat kita tidak bisa menghindar dari kenyataan yang dibawanya. Selain itu, media sosial juga menggambarkan hal yang relatif menjadi absolut. Contohnya bahagia, media sosial menunjukkan kita bahwa bahagia ialah seperti apa yang orang lain bagikan kepada kita di media sosial; punya banyak uang, jalan – jalan, nongkrong di tempat aesthetic setiap weekend, bikin konten bersama pacar, punya mobil bagus, dan banyak lagi.
ADVERTISEMENT
Media sosial menjadikan kita terbiasa untuk membandingkan kebahagiaan orang lain dengan kebahagiaan kita sendiri. Padahal kebahagiaan seharusnya relatif. Selain media sosial, BPS juga dapat mengukur tingkat kebahagiaan seseorang dengan data yang dikeluarkannya. BPS mengatakan bahwa orang yang tinggal di kota lebih bahagia dibandingkan orang yang tinggal di pedesaan. Pada kenyataannya, orang kota juga pergi liburan ke desa untuk healing.
Tidak sedikit dari pengguna media sosial yang menjadi tidak bahagia karena membandingkan kebahagiaannya dengan kebahagiaan orang lain di media sosial. Tidak sedikit dari pengguna media sosial yang sebelumnya merasa cukup dengan rutinitasnya sehari – hari menjadi tidak bahagia setelah melihat rutinitas orang lain yang terlihat lebih bahagia di media sosial. Tidak sedikit dari pengguna media sosial yang sebelumnya merasa cukup dengan gaji UMR yang dimiliki menjadi tidak bahagia setelah melihat para content creators di media sosial menunjukkan kekayaan mereka yang sampai miliaran rupiah. Tidak banyak dari pengguna media sosial yang sebelumnya merasa cukup dengan fitur dari smartphone yang dimilikinya merasa kurang setelah melihat content creators mempromosikan smartphone dengan fitur yang lebih lengkap dan canggih. Dan masih banyak lagi standar yang dibawa oleh para creators di media sosial kepada pengikutnya.
ADVERTISEMENT
Terpaan media sosial pada akhirnya memaksa kita untuk menggunakannya dan mengikuti tren yang ada di dalamnya. Kita akan terlihat tidak bisa berbaur dengan yang jika tidak menggunakan media sosial. Bahkan kita akan terlihat old school jika tidak mengikuti tren yang ada di media sosial. Terlebih lagi, kita yang memiliki gaji UMR akan terlihat sangat miskin jika membandingkan diri dengan para artis di televisi atau content creators di media sosial, seperti raffi ahmad, ria ricis, atta halilintar dan banyak lagi.
Padahal kenyataannya, para content creators itu juga mendapatkan keuntungan dari kita yang mengikuti mereka. Setiap tombol suka yang kita pencet, komentar yang kita berikan di konten yang mereka bagikan, dan subscribe yang kita lakukan sangat berpengaruh bagi mereka. Semakin banyak pengikut dan penontonnya semakin tinggi engagement yang mereka miliki. Kemudian semakin banyak juga iklan yang bisa dimasukkan oleh platform social media pada konten tersebut. Dan akhirnya, para konten creator tersebut mendapatkan hasil dari apa yang mereka buat.
ADVERTISEMENT
Namun pada kenyataannya, kita, para penonton inilah yang memiliki peran penting dalam membantu para konten creator tersebut menjadi kaya. Para artis, content creators atau yang biasa disebut publik figur di media televisi menyadari pentingnya para fans dan penonton bagi mereka. Sehingga setiap kita menonton video di youtube atau sosial media lainnya, kita diminta untuk menyukai, mengomentari dan membagikan. Lalu untuk apa kita merasa miskin hanya karena membandingkan penghasilan kita dengan mereka? Bukankah kita yang membantu mereka menjadi kaya?
Menyadari peran penting media sosial, banyak publik figur beralih dari televisi ke media sosial, khususnya YouTube. Sudah tidak aneh lagi saat membuka platform media sosial, kita banyak melihat konten atau publik figur yang ada di TV. Bahkan sebaliknya, konten dari media sosial juga banyak diadopsi oleh TV karena dianggap menarik oleh penonton dan bisa meningkatkan rating acara. Selain itu, media informasi seperti berita hingga TV channel juga memiliki akun media sosial saat ini. Hal ini karena jumlah pengguna media sosial yang tinggi dan bisa menjadi sumber keuntungan bagi mereka.
ADVERTISEMENT
Sebagai penutup, kita tidak perlu membandingkan kehidupan kita dengan publik figur yang kita lihat di media. Kita, para penonton inilah yang menjadikan mereka jauh lebih kaya daripada kekayaan kita. Atau sebenarnya kita sudah merasa kaya sehingga kita meluangkan waktu untuk meningkatkan engagement mereka di media sosial? Oleh karena itu, kita harus lebih cermat dalam menggunakan media sosial. Kita harus lebih mampu memahami konten yang kita butuhkan di sosial media agar tidak membuang waktu yang seharusnya kita manfaatkan dengan baik di kehidupan nyata. Semoga kita selalu dilindungi dari hal – hal yang tidak baik.