Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Peran Keluarga dalam Pendidikan Literasi Anak
24 Maret 2018 15:43 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:10 WIB
Tulisan dari Muhammad Darisman tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Keluarga merupakan unit sosial terkecil yang ada dalam tatanan masyarakat. Proses sosialisasi pertama kali dilakukan dalam keluarga, dimulai dengan proses belajar adaptasi dan mengikuti setiap hal yang diajarkan oleh orang-orang di dalam lingkungan keluarga. Keluarga merupakan tempat pertama kali anak mendapatkan didikan, baik secara langsung, maupun tidak langsung.
Melalui keluarga, anak mengenal dunia sekitar, pola pergaulan kehidupan sehari-hari, serta menjadi proses awal terbentuknya kepribadian anak. Sistem pendidikan keluarga bisa dilakukan melalui pola asuh, yaitu suatu pola untuk menjaga, merawat, serta membesarkan anak.
Berdasarkan pemaparan tersebut, dapat dikatakan yang paling berperan dalam memberikan pengetahuan dasar, serta membentuk kepribadian anak sebenarnya adalah keluarga-- bukan lembaga pendidikan formal seperti sekolah dasar. Namun dalam penerapannya, sistem pendidikan keluarga ini belum berjalan sebagaimana mestinya di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Untuk urusan pendidikan, sebagian besar orang tua beranggapan bahwa sekolahlah yang memiliki tanggung jawab sepenuhnya. Orang tua hanya perlu mendaftarkan anak-anaknya ke sekolah serta memenuhi kebutuhan finansial yang diperlukan anak selama sekolah, tanpa tau sejauh mana anak menyerap pendidikan.
Pendidikan di sekolah yang rata-rata tiap kelas terdiri dari 20-30an siswa, pendekatan yang dilakukan seorang guru kurang-lebih hanya pendidikan secara umum. Untuk menuju pendidikan secara khusus ke arah kepribadian, tentu seorang guru harus bekerja ekstra dan membutuhkan waktu lebih lagi untuk mengenali puluhan anak.
Jika kita bandingkan, tentu akan jauh lebih efesien saat orang tua berperan aktif dalam pendidikan dasar anak. Dari sekolah, anak-anak mendapatkan pengajaran oleh seorang guru, kemudian dilanjutkan dengan bimbingan oleh orang tua di rumah. Persoalannya sekarang, sistem pendidikan keluarga belum terlaksana seperti yang diharapkan.
ADVERTISEMENT
Kendala terbesarnya adalah orang tua tidak memiliki cukup waktu luang karena rutinitas pekerjaan. Selain itu, sebagian orang tua juga tidak memiliki latar belakang pendidikan yang baik, sehingga menyerahkan sepenuhnya urusan pendidikan anak sebagai tanggung jawab sekolah.
Oleh karena itu, diperlukan langkah yang solutif dalam mengatasi persoalan bagaimana keluarga dapat ikut ambil bagian dalam pendidikan anak. Pendidikan literasi di rumah bisa menjadi solusi tepat untuk diterapkan sebagai sistem pendidikan keluarga.
Bisa kita amati satu tahun belakangan, banyak bermunculan gerakan literasi, diantaranya Gerakan Literasi Bangsa (GLB), Gerakan Literasi Sekolah (GLS), Gerakan Indonesia Membaca (GIM), Taman Bacaan Masyarakat (TBM), serta Pustaka Bergerak yang diinisiasi oleh ratusan pegiat literasi di seluruh Indonesia. Secara garis besar, gerakan-gerakan literasi ini muncul dengan tujuan mengatasi persoalan rendahnya minat baca masyarakat, demi membentuk karakter generasi yang memiliki wawasan luas.
Dalam penerapannya, gerakan literasi ini juga cukup sederhana, yaitu dengan cara memudahkan akses masyarakat atau khususnya anak-anak untuk membaca. Selain membaca, juga bisa ditambahkan kegiatan kreatif lainnya seperti menulis, mendongeng, serta menyanyi.
ADVERTISEMENT
Sejauh ini, gerakan literasi mendapat respons positif dari masyarakat, khususnya anak-anak. Oleh karena itu, akan sangat baik rasanya apabila pendidikan literasi ini juga diterapkan di rumah yang pada dasarnya merupakan ruang yang lebih efektif daripada sekolah maupun lingkungan. Sebab, anak-anak lebih banyak menghabiskan waktunya di rumah, dan lagi keluarga bisa jadi lingkungan paling nyaman bagi anak.
Bentuk pendidikannya pun bisa mencontoh gerakan-gerakan literasi yang sudah ada. Setiap rumah mulai membangun perpustakaan sendiri, minimal dengan membeli satu buku tiap bulan yang rasanya tidak terlalu sulit untuk taraf ekonomi keluarga.
Dengan ketersediaan buku-buku bacaan di rumah, seperti buku cerita untuk anak-anak, tentu akan menumbuhkan minat anak untuk membaca. Melalui pendidikan literasi ini, orang tua dapat berperan membimbing anak untuk membaca, dengan meluangkan sedikit waktu di luar rutinitas pekerjaan, minimal setengah jam menjelang tidur untuk mendampingi anak-anak membaca.
ADVERTISEMENT
Kegiatan ini bisa juga dilakukan dengan cara lain, seperti membacakan cerita kepada anak sebelum tidur, memberi hadiah buku untuk anak dalam momen-momen tertentu, atau sebagai penghargaan atas prestasi yang diraih anak, serta dengan berbagai pendekatan lain yang bisa disesuaikan oleh orang tua.
Dengan berjalannya pendidikan literasi di rumah, berbagai kendala dalam dunia pendidikan anak, baik yang dirasakan oleh pihak sekolah (guru-guru), keluarga (orang tua), maupun dari anak-anak itu sendiri, secara perlahan dapat teratasi. Pendidikan literasi yang diterapkan di rumah, dapat lebih memudahkan kerja guru di sekolah dari segi pendekatan secara khusus yang tidak harus dilakukan lagi terhadap murid-murid.
Anak-anak mendapat fasilitas tambahan, berupa kemudahan mengakses buku-buku yang berguna menunjang pendidikan dasarnya. Orang tua yang memiliki kendala waktu maupun latar belakang pendidikan rendah tetap bisa mendukung serta membimbing anak-anak. Serta yang lebih penting, pendidikan literasi menjadi upaya penguatan peran keluarga dalam perkembangan pendidikan anak.
ADVERTISEMENT