Konten dari Pengguna

Meraih Makna dari Sebuah Perjalanan

Muhammad Dera Purdiansyah
Menyelesaikan pendidikan sarjana pada tahun 2019 di Universitas Islam Bandung sebagai Sarjana Perencanaan Wilayah dan Kota. Saat ini memiliki ketertarikan pada Pengembangan Wilayah dan Pembangunan Berkelanjutan
9 Mei 2022 14:08 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Dera Purdiansyah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

Menyadari bahwa perjalanan bukan hanya aktivitas kosong

ADVERTISEMENT
Apakah kita termasuk manusia yang melakukan perjalanan karena kesenangan? Atau karena kebutuhan? Atau keduanya karena saling berhubungan? Bahkan, dalam sejarah peradaban, masyarakat melakukan perjalanan untuk bertahan hidup (nomaden), sebelum akhirnya menjadi masyarakat yang menetap. Berbeda dengan masyarakat modern. Saat ini, alasan melakukan perjalanan adalah untuk mengatasi rasa jenuh dari rutinitas yang menetap dan monoton. Menjadikan perjalanan sebagai bagian dari Healing. Ada yang melakukan perjalanan sebagai bagian dari eksplorasi diri. Ada juga yang melakukan perjalanan karena Bussiness Trip atau bahkan karena kebutuhan konten media sosial. Apa pun alasannya, tidak ada yang salah.
ADVERTISEMENT
Setiap manusia memiliki maksud yang berbeda-beda dalam memaknai perjalanan yang dilakukan. Akan tetapi bagi saya, melakukan perjalanan bukan hanya sebagai obat rasa jenuh pada rutinitas, bukan hanya sebagai ajang untuk melakukan foto di tempat yang estetik, dan bukan hanya untuk mencontreng check list pada bucket list yang telah disusun. Lebih dari itu, melakukan perjalanan setidaknya memberikan makna secara spiritual dan ajang untuk merefleksikan diri.
sumber: dokumentasi pribadi
1. Mendekatkan diri pada sesama
Melakukan perjalanan baik secara individu atau kelompok tidak akan luput dari pertemuan dengan manusia lain. Jika perjalanan dilakukan secara individu (seorang diri), tentu akan bertemu dengan manusia asing yang baru ditemui. Baik itu di tempat transportasi, tempat makan, tempat bermukim, atau bahkan di tempat tujuan. Jika perjalanan dilakukan bersama kerabat, selain daripada bertemu manusia lain, kita akan menghabiskan waktu selama perjalanan bersama kerabat kita.
ADVERTISEMENT
Ketika perjalanan dilakukan secara individu (seorang diri), kita akan bertemu berbagai manusia lain secara acak yang tidak pernah kita duga sebelumnya. Ketika kita benar-benar berjumpa, masing-masing dari kita berusaha untuk memulai pembicaraan atau minimal memberi senyuman. Peristiwa yang menarik adalah ketika diawali dengan basa-basi seputar nama, domisili, hingga tempat tujuan, ada satu hal saja suatu kesamaan dari kita, percakapan bisa berlanjut hingga bermenit-menit lamanya. Percakapan berlanjut kepada topik hobby, sekolah, pekerjaan, dan pengalaman-pengalaman menarik lainnya. Pada akhirnya kita bertukar kontak dan media sosial, lalu berharap bisa bertemu lagi di lain waktu.
Ketika perjalanan dilakukan bersama kerabat (teman/keluarga), kita akan mengenal kerabat kita lebih dalam. Akan ada hal baru yang kita ketahui dari kerabat kita. Mulai dari sifat asli, mimpi yang sedang dikejar, kesenangan, hingga kesedihan yang selama ini dipendam. Hal tersebut dapat terjadi karena lebih banyak waktu yang dihabiskan bersama, lebih banyak hal yang dilakukan bersama, dan lebih banyak percakapan yang terjadi. Pada akhirnya, kita akan saling memahami dan berharap bisa lebih saling menyayangi dan mengasihi di masa depan.
ADVERTISEMENT
Perjalanan dapat dilakukan dengan berbagai sarana, salah satunya sepeda. sumber: dokumentasi pribadi
2. Menguji diri kepada keyakinan
Apa yang diharapkan dari sebuah perjalanan? Tentunya, tujuan yang telah kita tetapkan dapat tercapai dan perjalanan yang kita lakukan dapat terlaksana dengan lancar sesuai rencana. Namun, apakah sebuah perjalanan 100% akan berjalan sesuai rencana? Jawabannya adalah "TIDAK". Banyak hal yang tidak dapat kita duga sebelumnya. Mulai dari faktor alam hingga faktor biaya tak luput dari perubahan rencana yang telah disusun. Berbeda dengan faktor lainnya, faktor alam seyogyanya tidak bisa kita kendalikan. Bahkan, yang perlu dipersiapkan adalah bagaimana sikap kita jika faktor alam tersebut benar-benar terjadi.
Faktor alam yang biasa terjadi dalam perjalanan adalah cuaca yang tiba-tiba ekstrem, adanya pohon tumbang pada rute yang akan dilalui, hingga terjadinya bencana alam yang tidak diduga. Secara tidak langsung, faktor alam dapat mempengaruhi mental kita. Takut, sedih, dan bimbang. Pada akhirnya, yang dapat kita lakukan adalah pasrah dan yakin bahwa perjalanan akan berlangsung baik-baik saja. Tidak lupa untuk selalu melantunkan doa dan harapan kepada yang Maha Kuasa. Lalu yakinkan dengan tegas bahwa kita akan segera pulang dengan selamat, bahagia, dan penuh cerita.
Klasifikasi ciptaan Tuhan mulai dari dataran rendah hingga pegunungan. sumber: dokumentasi pribadi
3. Menyadari bahwa pada akhirnya bersyukur adalah tujuan akhir
ADVERTISEMENT
Perjalanan memberikan kesempatan kepada kita untuk lebih banyak memperhatikan. Memperhatikan makhluk hidup lainnya, memperhatikan interaksi yang terjadi di antaranya, dan memperhatikan diri sendiri pada akhirnya. Memperhatikan bahwa banyak perbedaan yang tidak seharusnya kita hindari. Bahkan, perbedaan ini sudah seharusnya selalu kita syukuri. Perbedaan suhu, perbedaan morfologi, perbedaan budaya, perbedaan perilaku, perbedaan keyakinan, dan perbedaan cerita. Perbedaan yang menjadikan kita kaya akan referensi untuk lebih mengenal dunia yang sangat luas, unik, menarik, dan indah.
Hal lain yang perlu kita syukuri dari perjalanan adalah adanya "kesempatan" yang kita miliki untuk melalui seluruh proses dari cerita dan proses yang dilalui. Sebab, untuk mendapatkan kesempatan perjalanan, tentu diperlukan berbagai pengorbanan baik itu dalam hal waktu, materi, dan tenaga.
ADVERTISEMENT
Kombinasi ketiga poin di atas akan menjadi bagian yang paling menarik dari melakukan perjalanan. Yaitu, dapat mengukir cerita. Cerita yang dapat kita bagikan setelah pulang nanti sebagai bagian dari proses perkembangan diri setiap waktunya. Bisa kita bagikan untuk keluarga, untuk teman, bahkan untuk saat ini, dapat kita bagikan kepada masyarakat luas melalui berbagai platform media sosial. Cerita yang dapat menjadi inspirasi, menjadi pelajaran, dan menjadi hiburan baik itu untuk orang lain maupun untuk diri sendiri.