Konten dari Pengguna

Potensi Geografis dan Komunitas bagi Wisata di Kota Bandung

Muhammad Dera Purdiansyah
Menyelesaikan pendidikan sarjana pada tahun 2019 di Universitas Islam Bandung sebagai Sarjana Perencanaan Wilayah dan Kota. Saat ini memiliki ketertarikan pada Pengembangan Wilayah dan Pembangunan Berkelanjutan
26 Juni 2022 8:19 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Dera Purdiansyah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto udara pusat pemerintahan Provinsi Jawa Barat di Gedung Sate, Bandung, Jawa Barat. Foto: ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi
zoom-in-whitePerbesar
Foto udara pusat pemerintahan Provinsi Jawa Barat di Gedung Sate, Bandung, Jawa Barat. Foto: ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Kalimat itu tertera di dinding sebuah gapura yang terletak di Jl. Asia Afrika. Kini tulisan tersebut menjadi ikon Kota Bandung dan menjadi salah satu tempat foto terfavorit wisatawan. Dalam kalimat yang ditulis oleh Pidi Baiq, sebelum menuturkan keterlibatan perasaan, ada pernyataan bahwa masalah geografis perlu diperhitungkan sebagai salah satu hal yang luar biasa dimiliki oleh Bandung.
Secara geografis jika dilihat dari keindahan alam, Kota Bandung dikelilingi oleh pegunungan yang memiliki berbagai fungsi seperti hutan, pertanian, perkebunan, dan perikanan yang tersebar di Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, dan Kabupaten Sumedang. Keberadaan fungsi tersebut juga menjadi kekayaan lain bagi pariwisata di Cekungan Bandung.
Hal tersebut telah diatur dalam Peraturan Daerah No. 22 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Barat bahwa pegunungan yang mengelilingi Kota Bandung memiliki fungsi lain yaitu Pariwisata alam baik itu pariwisata alam hutan, pertanian, perkebunan, dan perikanan yang kemudian diatur lebih lanjut di RTRW setiap Kabupaten Kota.
ADVERTISEMENT
Meskipun Kota Bandung tidak memiliki potensi keindahan alam sebagai daya tarik utama pariwisata ekologi, namun, letak geografis Kota Bandung sangat strategis sebagai penunjang kebutuhan wisata di daerah sekitar Kota Bandung, seperti kebutuhan penginapan (Hotel), kebutuhan berbelanja (mal), dan kebutuhan kuliner (pasar kuliner).
sumber: dokumentasi pribadi
Secara geografis jika dilihat dari sejarah dan perkembangan budaya, Kota Bandung memiliki begitu banyak cerita sejarah yang sangat menarik. Hal ini juga didukung dengan peninggalan-peninggalan yang masih tetap ada dan dilindungi hingga saat ini dalam wujud cagar budaya.
Ada juga ruang-ruang yang diciptakan untuk menunjang kegiatan wisata/rekreasi seperti Museum, Ruang Terbuka Hijau dalam bentuk Taman Tematik, Teras Sungai, Tempat Pemakaman, dan Taman Hutan raya. Selain itu, ada juga ruang-ruang hunian yang memiliki keunikan tersendiri sehingga memiliki daya tarik bagi wisatawan seperti kampung-kampung kreatif.
Taman Hutan Raya Djuanda, sumber: dokumentasi pribadi
Potensi geografis Kota Bandung perlu ditunjang oleh komunitas sebagai agen penggerak yang akan menjalankan kegiatan wisata secara berkelanjutan. Pariwisata akan dikatakan berkelanjutan, apabila terjadi integrasi yang seimbang antara:
ADVERTISEMENT
1. Lingkungan, yang ditunjukkan dengan geografis kota. Berfungsi sebagai Pusat Kegiatan Nasional yang artinya sebagian besar kegiatan wisata akan ditunjang dan di-support oleh Kota Bandung baik itu secara infrastruktur, kebutuhan logistik, hingga kebutuhan pelayanan dasar.
2. Ekonomi, yang ditunjukkan dengan produk-produk yang dihasilkan/diproduksi. Pariwisata di Kota Bandung akan membutuhkan produk wisata dalam bentuk benda atau kegiatan.
- Produk dalam bentuk benda, dapat berupa alat seni seperti wayang, batik, angklung, lukisan, makanan, minuman, bangunan, kendaraan, pakaian, perkara, dll.
- Produk dalam bentuk kegiatan, dapat berupa pertunjukan tari, pertunjukan teater, pertunjukan melukis, hingga melihat kehidupan masyarakat dalam keseharian beserta sejarahnya dalam bentuk tour wisata sejarah kota.
3. Sosial, yang ditunjukkan dengan kerja sama dan kolaborasi antar seluruh pihak yang terlibat dalam pariwisata. Tentu didukung dengan etika/budaya gemah ripah repeh rapih. Dengan semangat tersebut, permasalahan sosial yang kerap terjadi (ketimpangan) akan dapat dicegah dan bahkan dapat diatasi dengan mudah. Hal ini tentu diperlukan semangat dalam memberikan edukasi bagi masyarakat dan wisatawan mengenai makna pariwisata berkelanjutan ditinjau dari etika berwisata.
ADVERTISEMENT
Bahwa, masyarakat sebagai tuan rumah perlu sadar untuk tidak meninggalkan mata pencaharian asli dan menjadikan kegiatan wisata sebagai kegiatan sampingan yang memiliki tingkat kerentanan tinggi dalam hal ketahanan ekonomi. Lalu wisatawan sebagai tamu perlu sadar untuk memiliki batasan-batasan dalam meng-explore kegiatan wisata yang berkaitan dengan dampak bagi masyarakat setempat.
Kawasan Braga, sumber: dokumentasi pribadi
Peran komunitas sebagai agen penggerak adalah menjamin bahwa di setiap kegiatan wisata bisa berlangsung secara autentik, berkelanjutan, dan mandiri. Komunitas akan terlibat bersama Pemerintah mulai dari perencanaan, implementasi, hingga monitoring dan evaluasi dalam kegiatan wisata di setiap geografis yang dimiliki Kota Bandung.
Komunitas sebagai tangan panjang pemerintah dalam upaya mewujudkan sistem pariwisata secara desentralisasi. Komunitas yang diharapkan adalah masyarakat asli daerah yang menjadi objek wisata. Namun, apabila belum memiliki kapabilitas untuk itu, dapat berkolaborasi dengan komunitas yang memang memiliki konsentrasi penuh dalam kegiatan wisata sesuai bidangnya.
ADVERTISEMENT
Potensi Pengembangan Destinasi Wisata di Kota Bandung telah memiliki dukungan yang besar dari dua aspek, yaitu secara geografis dan secara komunitas. Modal secara peninggalan dapat dilihat dari potensi geografis dan budaya yang dimiliki Kota Bandung. Lalu, tantangan dalam pengembangan destinasi wisata di Kota Bandung adalah memperkuat komunitas sehingga komunitas dapat menghasilkan produk wisata yang memiliki nilai sebagai daya tarik ekonomi maupun edukasi.