Konten dari Pengguna

Perjalanan Panjang Seorang Geisha

Muhammad Dzakir Rafli
Mahasiswa program studi Bahasa dan Sastra Jepang, Universitas Airlangga.
24 Oktober 2024 15:50 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Dzakir Rafli tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Muhammad Dzakir Rafli
Bahasa dan Sastra Jepang, Fakultas Ilmu Budaya
ADVERTISEMENT
https://www.shutterstock.com/id/image-photo/beautiful-japanese-geisha-maiko-kyoto-japan-2419448359 Sumber: shutterstock
PENDAHULUAN
Geisha sering disebut sebagai “artis Jepang”, adalah wanita yang dilatih secara ekstensif dalam berbagai bentuk seni tradisional. Mereka tidak hanya sekedar penari atau penyanyi, tetapi mereka juga ahli dalam hal kaligrafi, upacara minum teh, dan percakapan yang halus. Mereka biasanya mengenakan pakaian kimono tradisional yang indah, riasan putih penuh, dan gaya rambut tradisional. Mereka hidup dalam komunitas khusus yang disebut Hanamachi. Pelatihan mereka dimulai sejak usia muda dan melibatkan pembelajaran berbagai bentuk seni, tata krama, dan sejarah tentang Jepang. Geisha tidak hanya menghibur, tetapi juga memainkan peran penting dalam menjaga tradisi dan budaya Jepang. Sejarah Geisha bermula pada zaman Edo, seiring berjalannya waktu, peran Geisha bergeser menjadi dominasi perempuan, dan mereka menjadi simbol keindahan dan budaya Jepang. Asal-Usul Geisha pertama kali muncul di Jepang pada periode Edo tahun (1603-1868). Awalnya, mereka adalah laki-laki yang disebut (Taikomochi). Seiring berjalannya waktu, peran ini bergeser ke perempuan dan mereka mulai dikenal sebagai Geisha. Peran awal Geisha awalnya adalah menghibur para samurai dan pedagang di Hanamachi (kuartal hiburan), Mereka tidak hanya menyanyi dan menari, tetapi juga menjadi teman bicara yang cerdas dan menarik. Pada tahun 1944, profesi Geisha mulai terancam, terjadi nya penutupan seluruh bisnis hiburan di Jepang yang dikarenakan pada saat itu kondisi Jepang yang cukup genting dalam perang membuat bisnis hiburan tidak mungkin dibuka. Pada saat ditutupnya bisnis hiburan Geisha, seluruh Geisha dialih profesikan menjadi seorang pekerja pabrik yang berkaitan dengan amunisi perang. Namun, sebagian Geisha dipulangkan kembali ke keluarganya dan beralih profesi menjadi petani di desa.Kondisi ini terus terjadi hingga masa perang berakhir dan Jepang dinyatakan kalah pada tahun 1945 dan dimulailah pendudukan tentara amerika di Jepang. Pada tahun tersebut pula semua bisnis hiburan dibuka kembali.
ADVERTISEMENT
ISI
Sejak kecil, banyak Geisha yang telah menunjukkan bakat seni yang luar biasa, Mungkin mereka memiliki suara yang merdu, gerakan tubuh yang anggun, atau minat yang besar pada seni tradsional Jepang seperti kaligrafi atau upacara minum teh. Bakat-bakat ini seringkali diamati oleh orang tua atau kerabat yang kemudian mendorong mereka untuk mengejar jalan menjadi seorang Geisha. Keputusan untuk menjadi seorang Geisha adalah langkah yang besar dan seringkali melibatkan seluruh keluarga. Gadis-gadis muda yang terpilih biasanya akan dikirim ke okiya (rumah Geisha) untuk memulai pelatihan intensif. Okiya tidak hanya berfungsi sebagai tempat tinggal, tetapi juga sebagai sekolah di mana mereka akan belajar segala hal yang dibutuhkan untuk menjadi seorang Geisha. Pekatihan di Okiya sangat ketat dan menuntut. Mereka akan belajar berbagai jenis seni tradisional Jepang seperti:
ADVERTISEMENT
1. Tari, mereka mempelajari tarian-tarian klasik Jepang yang indah dan anggun.
2. Musik, Mereka dilatih memainkan berbagai instrumen musik tradisional seperti shamisen dan koto.
3. Kaligrafi, Mereka belajar menulis kaligrafi Jepang dengan indah dan anggun.
4. Upacara Minum Teh, Mereka mempelajari tata cara upacara minum teh yang sangat rumit.
5. Tata rias dan Busana, Mereka belajar cara merias wajah an mengenakan kimono dengan sempurna.
Selain itu, mereka juga akan belajar tentang etika, sopan santun, dan cara berbicara yang halus. Senua pelatihan bertujuan untuk membentuk mereka menjadi seorang Geisha yang sempurna, baik dari segi keterampilan maupun kepribadian. Setelah beberapa tahun berlatih, seorang gadis muda akan resmi menjadi seorang Maiko (Geisha Muda). Sebagai Maiko, mereka akan mulai tampil di hadapan tamu-tamu di ochaya (rumah teh). Mereka akan menyanyi, menari, dan memainlan musik untuk menghibur tamu. Perjalanan seorang maiko menjadi geisha adalah perjalanan yang panjang dan penuh tantangan. Mereka juga harus belajar cara berinteraksi dengan berbagai jenis orang dan situasi. Setelah beberapa tahun sebagai Maiko, seorang gadis muda akhirnya akan mencapai status sebagai Geisha. Sebagai seorang Geisha, mereka akan menjadi seniman yang sangat dihormati dan dicari. Mereka akan tampil di berbagai acara penting dan menjadi simbol keindahan dan budaya Jepang. Peran Geisha tidak hanya sekedar penghibur, tetapi juga pelestari budaya Jepang. Mereka menjaga tradisi-tradisi kuno dan memperkenalkannya kepada generasi muda. Melalu seni dan keterampilan mereka, Geisha memberikan kontribusi yang sangat berharga bagi dunia budaya Jepang.
ADVERTISEMENT
Selama bertahun-tahun, citra geisha seringkali terdistori oleh media dan fiksi, sehingga muncul banyak kesalahpahaman. Beberapa miskonsepsi umum mengenai Geisha:
1. Geisha adalah pekerja seks: ini merupakan salah satu miskonsepsi terbesar mengenai Geisha.. Geisha adalah seniman dan penghibur yang terlatih dalam berbagai bentuk seni tradisional Jepang, seperti tarian, musik, upacaara teh, dan percakapan. Mereka menghibur tamu dengan memainkan keterampilan seni mereka, bukan terlibat dalam aktivitas seksual.
2. Geisha adalah budak: Anggapan bahwa Geisha adalah seorang budak atau dipaksa menjadi Geisha juga tidak benar. Meskipun pelatihan menjadi Geisha sangat ketat, namun mereka memilih jalan hidup ini dan memiliki kebebasan untuk memutuskan masa depan mereka.
3. Semua Geisha sama: sama seperti profesi lainnya, ada berbagai jenis geisha dengan tingkat keterampilan dan pengalaman yang berbeda-beda. Ada geisha yang sangat terkenal dan memiliki banyak penggemar, namun ada juga geisha yang lebih memilih kehidupan yang tenang dan sederhana.
ADVERTISEMENT
4. Hidup Geisha selalu glamor: Meskipun kehidupan geisha terlihat glamor, namuun di balik itu semua terdapat disiplin yang tinggi dan tuntutamn yang berat. Mereka harus menjaga penampilan, kesehetan, dan keterampilan mereka agar tetap prima.
KESIMPULAN
Geisha, sosok yang seringkali dibalut misteri dan keindahan, Geisha adalah cerminan kaya dari sejarah dan budaya Jepang. Geisha adalah individu-individu yang berbakat, terlatih dan dihormati. Mereka bukan hanya sekedar penghibur, tetapi juga seniman, diplomat, dan pelestari tradisi. Untuk menjadi seorang Geisha, diperlukan dedikasi dan pelatihan yang sangat intensif. Mulai dari usia muda, calon geisha atau maiko akan menjalani kehidupan di okiya (rumah geisha), mempelajari berbagai bentuk seni tradisional seperti tarian, musik, kaligrafi, dan upacara minum teh. Pelatihan ini tidak hanya mengasah keterampilan seni, tetapi juga membentuk karakter dan sikap yang diperlukan untuk menjadi seorang geisha yang sukses. Selama bertahun-tahun, citra geisha seringkali terdistorsi oleh media dan fiksi. Miskonsepsi yang paling umum adalah anggapan bahwa geisha adalah pekerja seks. Padahal, Geisha adalah seniman yang menghibur tamu dengan menampilkan keterampilan seni mereka. Mereka juga bukan budak, melainkan individu yang memilih jalan hidup ini.
ADVERTISEMENT
DAFTAR PUSTAKA
Yanti, P. M. D., & Nurita, W. (2023, July). PANDANGAN MASYARAKAT JEPANG TERHADAP GEISHA. In Prosiding Seminar Sastra Budaya dan Bahasa (SEBAYA) (Vol. 3, pp. 181-191).
Putri, I. Y. (2020). Citra Geisha dalam Masyarakat Jepang Tahun 1941-1956. Historia: Jurnal Pendidik dan Peneliti Sejarah, 4(1), 47-54.