Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.101.0
Konten dari Pengguna
Pengajian Rutin Ibu-Ibu: Benih Harmoni di Tengah Potensi Kontradiksi Kelas
15 April 2025 12:11 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Muhammad Dzakwan Deffa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Di sudut perkampungan yang asri, di mana rumah-rumah sederhana berhimpitan dan aroma masakan tradisional menyeruak di sore hari, rutinitas pengajian agama ibu-ibu menjadi pemandangan yang lazim. Setiap pekan, mereka berkumpul di salah satu rumah secara bergilir, membawa serta sajian sederhana dan semangat untuk mendalami ajaran agama. Sekilas, kegiatan ini memancarkan harmoni dan kebersamaan, sebuah oase spiritual di tengah hiruk pikuk kehidupan sehari-hari.
ADVERTISEMENT
Namun, jika kita menelisik lebih dalam melalui lensa teori konflik Marxian, kita dapat menemukan lapisan-lapisan tersembunyi yang menyimpan potensi kontradiksi. Marxisme, yang menekankan pada perjuangan kelas sebagai motor utama sejarah, melihat masyarakat sebagai arena pertentangan antara kelompok yang memiliki akses terhadap sumber daya (kaum borjuis atau pemilik modal) dan kelompok yang tidak memiliki atau hanya memiliki sedikit (kaum proletar atau pekerja). Meskipun dalam konteks pengajian ini tidak terlihat secara eksplisit kepemilikan alat produksi, kita dapat mengadaptasi konsep ini untuk memahami dinamika kekuasaan dan kepentingan yang mungkin bermain.
Dalam kelompok pengajian, meskipun semua ibu-ibu terlihat setara di hadapan nilai-nilai agama, realitas sosial ekonomi mereka bisa sangat beragam. Ada ibu-ibu yang berasal dari keluarga dengan kondisi ekonomi mapan, memiliki usaha atau suami dengan pekerjaan yang stabil. Di sisi lain, ada pula ibu-ibu yang harus berjuang keras mencari nafkah, bekerja sebagai buruh harian, atau bahkan menjadi tulang punggung keluarga dengan penghasilan yang tidak menentu.
ADVERTISEMENT
Pengajian, dalam konteks ini, dapat dilihat sebagai sebuah ruang di mana ideologi dominan – dalam hal ini, interpretasi ajaran agama yang berlaku – direproduksi dan diperkuat. Materi pengajian, pemilihan ustadzah atau tokoh agama, dan bahkan fokus pembahasan dapat mencerminkan kepentingan kelompok yang lebih dominan dalam masyarakat kampung tersebut. Misalnya, penekanan pada kepatuhan, kesabaran dalam menghadapi kesulitan, dan pentingnya bersyukur atas rezeki yang diterima, meskipun sedikit, secara tidak langsung dapat meredam potensi pemberontakan atau tuntutan perubahan dari kelompok yang kurang beruntung secara ekonomi.
Lebih lanjut, pengajian ini juga dapat berfungsi sebagai katup pengaman sosial. Rutinitas dan rasa kebersamaan yang tercipta dapat memberikan rasa nyaman dan dukungan emosional bagi ibu-ibu yang menghadapi tekanan ekonomi dan sosial. Hal ini, meskipun positif dalam membangun solidaritas, juga berpotensi mengalihkan perhatian dari akar permasalahan ketidaksetaraan yang mungkin mereka alami. Fokus pada solusi spiritual dan pahala di akhirat dapat secara tidak sadar menumpulkan kesadaran akan ketidakadilan struktural yang ada di dunia nyata.
ADVERTISEMENT
Namun, penting untuk dicatat bahwa ruang pengajian juga dapat menjadi arena perlawanan dan negosiasi. Ibu-ibu dari berbagai latar belakang dapat saling bertukar pengalaman, berbagi keluh kesah, dan bahkan secara implisit atau eksplisit mempertanyakan kondisi sosial ekonomi mereka. Diskusi-diskusi informal setelah pengajian, meskipun tidak secara langsung membahas isu kelas, dapat menumbuhkan kesadaran kritis dan solidaritas di antara mereka yang memiliki nasib serupa.
Dengan demikian, pengajian rutin ibu-ibu di kampung, meskipun tampak sebagai kegiatan keagamaan yang sederhana dan harmonis, menyimpan potensi konflik dan kontradiksi jika dianalisis melalui lensa teori Marxian. Perbedaan kelas ekonomi di antara para peserta dapat memengaruhi dinamika kekuasaan, reproduksi ideologi dominan, dan bahkan potensi munculnya kesadaran kritis. Memahami dinamika ini penting untuk melihat gambaran masyarakat secara lebih utuh, di mana harmoni dan potensi konflik dapat berjalan beriringan dalam kehidupan sehari-hari.
ADVERTISEMENT