Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.92.0
Konten dari Pengguna
Rusunawa dan Sandwich Generation: Resiliensi Masa Pandemi di Ruang Perkotaan
9 Desember 2024 11:03 WIB
·
waktu baca 11 menitTulisan dari Muhammad Fadhli Syaukani Saman tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) merupakan bangunan bertingkat terdiri dari unit-unit hunian yang disewakan kepada masyarakat yang berpenghasilan rendah. Rusunawa tidak hanya menawarkan tempat tinggal, tetapi juga dilengkapi dengan fasilitas umum seperti tempat ibadah, taman bermain dan pusat kegiatan masyarakat. Di Indonesia sendiri, khususnya di Pulau Jawa mencapai pembangunan tertinggi sebanyak 22.49unit dari 51.340unit yang disediakan di seluruh Indonesia (PUPR,2020). Artinya hampir 50% pembangunan rumah susun disediakan di Pulau Jawa dan menempati posisi anggaran pertama tertinggi untuk sebesar Rp 8.322.224.000.000,00 dari Rp 18.515.580.000.000,00.
ADVERTISEMENT
Keberadaan Rusunawa tersebut memberikan banyak manfaat. Pertama, Rusunawa berperan dalam penataan kota yang lebih baik. Dengan memusatkan hunian dalam satu area, pemerintah dapat lebih mudah menyediakan infrastruktur dan layanan publik yang dibutuhkan oleh penghuni. Kedua, Rusunawa dapat mengurangi tekanan pada lahan perkotaan, sehingga lahan-lahan yang tersisa dapat dimanfaatkan untuk ruang hijau atau fasilitas umum lainnya. Ketiga, Rusunawa membantu mengurangi beban pengeluaran masyarakat berpenghasilan rendah. Seperti Generasi Sandwich yang memiliki tanggungan kepada orangtua dan kebutuhan anak-anak, sehingga dengan biaya yang terjangkau, mereka dapat menabung untuk kebutuhan lainnya.
Generation Sandwich merupakan generasi yang berada di tengah-tengah atau gabungan dari generasi X (41-60 tahun) dan Y (26-40 tahun) yang memiliki tanggung jawab merawat generasi baby boomer dan generasi Z (PUPR,2020). Berdasarkan data BPS Provinsi Jawa Timur pada tahun 2018-2020, terdapat jumlah generasi X mencapai 36.076.904 jiwa, sedangkan generasi Y berjumlah 26.756.927 jiwa (Data BPS 2018-2020). Generasi X dan Y dianggap menjadi penanggung beban dapat berupa tanggungan ekonomi ataupun untuk kebutuhan anak-anak dan merawat orang tuanya yang telah lanjut usia.
Generasi sandwich dapat dialami baik perempuan maupun laki-laki. Kondisi tersebut seringkali menimbulkan permasalahan baru, sehingga generasi sandwich memiliki beban tanggung jawab yang berat, tidak hanya secara fisik tetapi juga mental yang dapat menyebabkan stres (Husain, Wilodati, & Sartika, 2021). Fenomena ini telah lama terjadi pada masyarakat dan menjadi bagian dari budaya hingga saat ini. Generasi sandwich tergolong individu yang cenderung lebih mengutamakan kebutuhan orang tua dan anak-anak mereka daripada kebutuhan diri sendiri.
ADVERTISEMENT
Rusunawa menjadi pilihan solusi yang praktis bagi generasi sandwich, terutama yang berada di kota besar. Mahalnya harga properti yang ada di perkotaan menyebabkan perantau mengalami kesulitan dalam kepemilikan rumah, sehingga rusunawa hadir menjadi sebuah solusi untuk tempat tinggal yang layak, hemat, sesuai dengan seorang yang memiliki upah kerja cukup, tergolong Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) serta memiliki banyak tanggungan keluarga maupun menanggung hidup dirinya sendiri. Pemilihan tempat tinggal rusunawa pada generasi sandwich tidak hanya didasari pada faktor ekonomi, melainkan juga terdapat faktor keluarga pada kebersamaan tempat tinggal contohnya tidak ingin tinggal di rumah orang tua, mertua ataupun saudara karena merasa kurang bebas serta tidak ingin diintervensi oleh keluarga.
Namun, tinggal di rusunawa memiliki berbagai tantangan yang signifikan seperti kesehatan, lingkungan yang padat maupun permasalahan infrastruktur yang kurang pemeliharaan. Banyak rusunawa yang kondisinya menurun akibat kurangnya perawatan rutin. Selain itu, terdapat masalah sosial seperti kurangnya kesadaran warga untuk menjaga kebersihan dan ketertiban di lingkungan tempat tinggal. Hal ini meningkatkan risiko penularan penyakit seperti infeksi saluran pernapasan, tuberkulosis serta penyakit menular lainnya. Risiko tersebut semakin nyata selama pandemi Covid-19, dimana virus mudah menyebar dalam lingkungan yang padat.
ADVERTISEMENT
Pandemi Covid-19 memberikan tantangan besar bagi generasi sandwich yang tinggal di rusunawa. Lingkungan rusunawa dihuni oleh banyak keluarga dalam area yang relatif kecil, sehingga mengakibatkan tingginya kepadatan. Kondisi tersebut meningkatkan risiko penularan virus dalam lingkungan yang pada dan sulit untuk menerapkan langkah-langkah pencegahan seperti social distancing. Banyak orang yang tinggal di rusunawa mengalami kondisi tidak nyaman dan merasa terancam pada penyebaran virus covid-19. Generasi sandwich yang tinggal di rusunawa menganggap kemunculan pandemi Covid-19 sebagai ancaman besar.
Kecemasan generasi sandwich di masa pandemi berada pada keterbatasan ekonomi dalam memiliki kesempatan mencari makan dan tempat tinggal yang sesuai dengan apa yang diinginkan. Kecemasan tersebut tidak hanya berfokus pada ketakutan pandemi Covid 19, melainkan ketakutan-ketakutan mereka tidak bisa makan dengan layak dan merasakan kelaparan. Rusunawa juga menjadi penampungan pasien yang terkonfirmasi Covid-19 dengan status Orang Tanpa Gejala (OTG). Artinya pandemi Covid-19 menjadi sebuah ancaman bagi generasi sandwich untuk melangsungkan kehidupannya dalam hal mencari makan maupun tempat tinggal di tengah ruang perkotaan.
ADVERTISEMENT
Tekanan yang dihadapi oleh generasi sandwich di rusunawa selama pandemi Covid-19 tidak hanya berdampak pada kesehatan fisik tetapi juga pada kesehatan mental. tekanan tersebut sangat berdampak besar pada kecemasan, gangguan kesehatan, depresi dan lain sebagainnya. Selama pandemi banyak generasi sandwich yang merasa terjebak dalam situasi dimana harus mengorbankan kesejahteraan diri sendiri untuk menjaga kesehatan orang tua dan anak-anak mereka.
Selain keterbatasan ekonomi, generasi sandwich yang merupakan pendatang di kota seperti Malang, Probolinggo, Surabaya dan sidoarjo mengalami juga keterbatasan dalam mengakses kesehatan yang layak. Kondisi tersebut sangat mengkhawatirkan bagi generasi sandwich karena pada situasi tersebut pandemi covid-19 banyak memakan korban dengan ancaman kematian. Ketakutan-ketakutan tersebut memaksa mereka untuk tetap bertahan di segala kondisi dengan keterbatasan ekonomi, kesehatan, hingga tempat tinggal yang dialihfungsikan menjadi tempat penampungan pasien Orang Tanpa Gejala (OTG) Covid-19.
ADVERTISEMENT
Generasi sandwich yang memilih untuk tinggal di rusunawa menghadapi tantangan yang signifikan selama masa pandemi Covid-19. Pilihan terhadap tempat tinggal tersebut memberikan harga yang cukup ekonomis serta strategis. Namun, pandemi Covid-19 memberikan dampak risiko kesehatan yang lebih tinggi, terutama dalam konteks lingkungan padat dan terbatas. Kebijakan pemerintah juga berperan penting terhadap kesejahteraan kesehatan fisik maupun mental generasi sandwich. (Rozalinna & Anwar, 2021)
Teori terkait Rusunawa dan Sandwich Generation
Menurut Turner dalam teorinya yang bernama Housing as a Process dapat dianalisis melalui tiga hal, yaitu: nilai rumah, fungsi ekonomi rumah, dan wewenang atas rumah (Ingold, 2000). Teori Housing as a Process melalui buku yang berjudul Freedom to Build, menyatakan bahwa rumah bukan merupakan hasil dari fisik sekali jadi, melainkan suatu proses yang terus berkembang dan terkait dengan mobilitas sosial ekonomi penghuninya dalam kurun waktu (Ingold, 2000). Fungsi yang ada tersebut sangat tergantung pada orientasi tujuan yang ingin dicapai oleh seseorang. Tujuan yang ingin dicapai juga tergantung pada tempat dan waktu dalam interaksi antara lingkungan tempat tinggal dengan penghuninya. Dalam penelitian ini interaksi yang terjalin adalah antara keputusan pemilihan tempat tinggal bagi sandwich generation dengan lingkungan terletak pada tujuan untuk menghemat pengeluaran karena adanya himpitan ekonomi.
ADVERTISEMENT
Dalam teori Housing as a Process terdapat dua faktor yang dipakai untuk mengukur nilai rumah. yaitu faktor moneter dan faktor non-moneter. Faktor moneter meliputi pendapatan rumah tangga, biaya operasional kelangsungan rumah, cost (tanah, bangunan, dan fasilitas lain), serta modal yang dimiliki oleh penghuni dari kepemilikan rumah. Sedangkan faktor non-moneter meliputi pencapaian, baik pada penghasilan maupun pencapaian sosial, keamanan berdiam atau tinggal, serta standar fisik bangunan dan lingkungan (Turner, 1997). Meskipun pemilihan tempat tinggal oleh sandwich generation di rusunawa ini telah memperhatikan faktor moneter, nyatanya beberapa dari mereka lebih memilih tinggal di rusunawa dengan alasan himpitan ekonomi, adanya beban keluarga, dan tanpa memperhatikan faktor non-moneter di dalamnya. Di sisi lain ada juga sandwich generation yang telah memperhatikan faktor non-moneter di dalamnya yaitu dengan memilih rusunawa karena dinilai sebagai hunian yang lumayan layak.
ADVERTISEMENT
Turner dalam teorinya pada Housing as a Process juga berbicara mengenai fungsi ekonomi rumah dan wewenang atas rumah. Fungsi ekonomi rumah merupakan usaha guna menghasilkan perumahan yang ekonomis dan menitikberatkan pada pemanfaatan sumberdaya yang mereka miliki. Sedangkan wewenang atas rumah yang dimaksud adalah pengguna dapat mengendalikan proses pengambilan keputusan utama dan bebas memberikan masukan dalam perancangan pembangunan atau pengelolaannya, proses dan lingkungan yang dihasilkan akan merangsang kesejahteraan dari perorangan ataupun masyarakat (Turner, 1997)
Masalah yang dihadapi penghuni rusunawa semasa pandemi Covid-19
Pada masa pandemi Covid-19, masyarakat penghuni rusunawa mengalami beberapa kesulitan dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Beberapa kesulitan yang dialami adalah sulitnya mencari makanan. Pada masa Covid-19 harga barang dan kebutuhan sehari-hari menjadi lebih mahal dari harga sebelum Covid-19, sehingga sulit bagi para konsumen untuk mendapatkan kebutuhan dan barang yang diinginkan.
ADVERTISEMENT
Tekanan ini tentu dialami oleh generasi Sandwich yang tinggal di rusunawa, tekanan yang dialami bukan hanya karena masalah ekonomi, mereka juga mengalami tekanan mental seperti kecemasan, gangguan kesehatan, dan lain sebagainya. Hal ini menyebabkan banyak dari mereka yang mengalami stress, depresi, dan akhirnya bunuh diri. Namun dibalik masalah yang dialami, rusunawa menjadi salah satu alasan mereka mengalami gangguan kesehatan. Rusunawa merupakan tempat tinggal yang relatif memiliki lingkungan yang padat dengan para penghuninya, sehingga pada masa covid-19, beberapa penghuni rusunawa khawatir dengan penyebaran virus yang sangat cepat akibat padatnya tempat tinggal mereka. Rusunawa sempat dijadikan tempat bagi para pasien yang terkontaminasi dengan Covid-19. Hal ini tentu membuat masyarakat generasi sandwich mengalami kesulitan dalam mencari makan dan tempat tinggal.
ADVERTISEMENT
Beberapa dampak yang dialami oleh generasi sandwich pada masa Covid-19 adalah :
1. Penurunan Pendapatan
Banyak dari generasi sandwich yang mengalami penurunan pendapata akibat dari pemutusan hubungan kerja dan pengurangan gaji, hal ini membuat mereka kesulitan dalam memenuhi kebutuhan keluarga mereka.
2. Peningkatan Jumlah Pengeluaran
Pada masa pandemi covid-19, meningkatnya kebutuhan pokok, obat-obatan serta layanan kesehatan membuat generasi sandwich kesulitan dalam menjaga stabilitas ekonomi mereka. Mereka harus membeli banyak kebutuhan untuk menjaga kesehatan orang tua dan anak mereka dengan harga obat-obatan dan layanan kesehatan yang mahal pada saat itu
3. Tekanan mental
Generasi sandwich merupakan generasi yang mengurus orang tua sekaligus meengurus anak. Hal ini tentu tidak mudah bagi mereka karena mereka harus bekerja keras demi kelangsungan hidup orang tua mereka, serta anak-anak mereka. Pada masa pandemi Covid-19 banyak dari generasi sandwich yang mengalami tekanan mental karena harus memikirkan cara bertahan hidup di tengah-tengah maraknya Covid-19.
ADVERTISEMENT
Meskipun demikian, banyak dari generasi sandwich yang masih mampu melanjutkan kegiatan mereka untuk bertahan hidup setiap harinya, mereka yang beradaptasi dengan situasi yang dihadapi menggunakan kreativitas masing-masing demi bertahan hidup. Pada masa pandemi Covid-19, banyak dari keluarga generasi sandwich yang membuka usaha sampingan, seperti :
1. Membuka toko online
Dampak dari pandemi Covid-19 membuat generasi sandwich terpaksa di berhentikan dari pekerjaan mereka, mereka yang terkena PHK harus menerima nasib dan mencari pekerjaan lain, banyak dari mereka yang membuka usaha toko online, disana mereka bisa menjual berbagai macam kebutuhan tanpa perlu menyewa tempat berdagang dan melakukan kontak fisik dengan pembeli.
2. Mengajar via daring
Dengan terbatasnya akses pendidikan selama pandemi, beberapa dari generasi sandwich memanfaatkan kemampuan mengajar dan keterampilan mereka melalui internet atau daring. Seperti, kursus bahasa, pelajaran sekolah, memasak, dan lain sebagainya.
ADVERTISEMENT
3. Membuka usaha kecil hingga menengah
Pada masa pandemi akibat kurangnya aktivitas diluar rumah membuat beberapa individu membuka usaha kecil-kecilan seperti menjual kue, alat rumah tangga, menjual makanan secara online agar mempermudah konsumen untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari tanpa perlu keluar rumah. Dari sini masyarakat mulai mengurangi adanya penyebaran virus karena tidak perlu melakukan kontak fisik dengan pembeli mereka.
Pada masa Covid-19 ini, generasi sandwich tidak hanya memikirkan cara untuk memenuhi kebutuhan mereka untuk bertahan hidup. Mereka perlu juga strategi untuk tetap bertahan di tengah maraknya penyebaran virus. Beberapa strategi yang perlu dipikirkan oleh generasi sandwich adalah pengelolaan uang yang teratur, peningkatan dan pemanfaatan jaringan sosial, serta kreativitas dalam meningkatkan kualitas usaha yang dimiliki.
ADVERTISEMENT
Rusunawa merupakan Solusi tempat tinggal bagi Masyarakat dengan penghasilan rendah. Selain sebagai tempat hunian, rusunawa dilengkapi fasilitas umum untuk mendukung kehidupan bagi penghuninya. Keberadaan rusunawa menjadi sebuah objek yang mendukung penataan kota, dan membantu masyarakat karena biaya sewa nya yang terjangkau.
Generasi Sandwich menghadapi tekanan dalam tenggung jawab merawat orang tua sekaligus anak kerap memilih tinggal di rusunawa dengan alas an ekonomi dan kebebasan dari intervensi keluarga. Namun, selama pandemi Covid-19, mereka mengalami tantangan Kesehatan dan mental di lingkungan yang padat, dimana pencegahan penyebaran virus sulit dilakukan. Keterbatasan akses Kesehatan dan dampak ekonomi menambah beban bagi generasi Sandwich ini.
Kekhawatiran sandwich generation di era pandemi bukan berfokus pada ketakutan akan pandemi Covid-19 itu. Melainkan ketakutan-ketakutan bahwa mereka tidak akan bisa makan dengan layak dan merasakan kelaparan.
ADVERTISEMENT
Turner dalam teori Housing as a Process mengidentifikasi rumah sebagai proses yang berkembang seiring waktu dan terkait dengan mobilitas social ekonomi. Pemilihan tempat tinggal dipengaruhi oleh faktor moneter (biaya) dan non-moneter (keamanan dan standar fisik), serta wewenang dalam menentukan pengelolaan hunian. Generasi Sandwich memilih rusunawa karena alasa keonomi meskipun terkadang mengabaikan faktor non-moneter, seperti kualitas lingkungan sekitarnya.
Pada masa pandemi Covid-19, generasi sandwich menghadapi banyak kesulitan untuk melakukan kegiatan sehari-hari. Hal ini menambah tantangan terutama bagi generasi sandiwch untuk bertahan hidup setiap harinya. Hal ini memaksa mereka untuk beradaptasi dengan cepat dan menemukan strategi untuk bertahan. Meskipun mengalami banyak tekanan, mereka tetap mencari solusi agar tetap bertahan hidup.
Usaha sampingan selama pandemi Covid-19 banyak membantu masyarakat terutama generasi sandwich dalam bertahan hidup. Namun tidak hanya sampai disitu saja, mereka harus tetap memikirkan strategi apa saja yang diperlukan agar usaha itu tidak cepat terhenti disitu saja.
ADVERTISEMENT
DAFTAR PUSTAKA
Husain, S. A., Wilodati, & Sartika, R. (2021). Sandwich Parenting: Pola Asuh Keluarga Abad 21.
Ingold, T. (2000). The Perception of the Environment Essays on livelihood, dwelling. London.
Rozalinna, G. M., & Anwar, V. L. (2021). Rusunawa dan Sandwich Generation: Resiliensi Masa Pandemi di Ruang Perkotaan. (Vol. 1). Brawijaya Journal Of Science.