Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Aku, Kamu, dan Prau
18 Maret 2021 20:20 WIB
Tulisan dari Muhammad Fadjar Hadi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Semakin bertambahnya usia, idealnya jalan pikiran setiap orang akan berubah menjadi lebih baik. Misalnya, dari dulunya keras, menjadi lembut atau bisa juga sebaliknya.
ADVERTISEMENT
Rangkaian peristiwa dan kenangan yang kita lalui hari ini, kelak akan menjadi pelajaran berharga di masa depan. Meski pun peristiwa itu tidak selalu semanis gula atau semanis senyumanmu ketika kita pertama kali bertemu pada 2018 lalu kalau engga salah. Ehem.
Jadi intinya, seiring berjalannya waktu dan bertambahnya usia, normalnya seseorang akan menjadi semakin bijak seperti peribahasa 'ilmu padi, makin berisi makin runduk'.
Tapi, entah mengapa rasanya ada satu yang tidak pernah ada yang berubah dalam hidup ini. Yakni tiap kali mendaki gunung.
Bagi sebagian besar orang, mendaki gunung merupakan kegiatan yang tepat untuk melepas penat usai sekian lama menjalani rutinitas monoton di tengah keramaian ibu kota. Atau mencari pengalaman baru. Tapi bisa juga karena hobi atau memang pekerjaannya.
ADVERTISEMENT
Namun sejatinya, tujuanku sejak pertama kali naik gunung hingga saat ini sebenarnya tidak pernah berubah. Semua karena kamu.
Ya karena kamu. Kamu siapa? Kamu yang sering bikin bingung, tapi tak jarang juga bikin penasaran.
Rasanya, gunung menjadi pelarian yang menyenangkan di tengah bimbangnya hati. Berada di tengah alam seorang diri, meratapi nasib dan kesalahan di masa lalu.
Meski terkadang bertemu teman baru dan pengalaman baru, sejujurnya selama di perjalanan pikiran ini hanya fokus memikirkan kamu. 'Ah seandainya kamu juga ada di sini, mungkin ini jadi perjalan terbaik yang pernah aku lalui'.
Jauh dari hiruk pikuk kota, berdua dengan kamu, berbaur dengan alam, rasanya akan menjadi pengalaman yang tidak bisa dilupakan hingga mata terpejam selamanya. Yah, walau sebenarnya kita sudah pernah beberapa kali jalan berdua sih. Ehm.
Prau, Heaven of Sunrise
Dari sekian gunung yang sudah pernah dijajal, hanya ada satu yang mempunyai tempat spesial dalam memori ini. Tidak lain adalah Prau di Dieng, Wonosobo.
ADVERTISEMENT
Medan gunung ini terus menanjak, tapi tidak terlalu berat seperti medan di Gunung Slamet, Sumbing atau Lawu. Ketinggian gunung ini juga tidak sampai 3.000 mdpl karena hanya sekitar 2.565 mdpl.
Tapi jangan salah, pemandangan di Prau ini benar-benar luar biasa. Tidak aneh jika banyak orang memberi julukan heaven of sunrise.
Jika beruntung atau hari sedang cerah, lautan awan dan pemandangan Gunung Sumbing dan Sindoro seperti logo di sebuah kemasan air mineral akan memanjakan mata kita. Belum lagi pemandangan Dieng dari atas, benar-benar 'wah'. Terlalu sulit untuk dijelaskan dengan kata-kata apalagi tulisan.
Ngomong-ngomong soal Prau, sejak awal selalu terpikir kelak suatu hari nanti bisa kembali ke tempat ini. Tapi tentu tidak seorang diri.
ADVERTISEMENT
Seandainya ada kamu, yah lengkap sudah cerita ini antara aku dan kamu. Yah seandainya saja, seandainya.