Konten dari Pengguna

Budaya Konsumerisme di Kalangan Remaja, Terkhusus Pada Pelajar

Muhammad Fahmi Rizal
Mahasiswa S1 Hubungan Internasional di Universitas Mulawarman Samarinda
5 November 2024 15:27 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Fahmi Rizal tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Dokumentasi Sosialisasi di SMA Negeri 3 Samarinda. Senin, 25 Oktober 2024. Sumber: Penulis
zoom-in-whitePerbesar
Dokumentasi Sosialisasi di SMA Negeri 3 Samarinda. Senin, 25 Oktober 2024. Sumber: Penulis
ADVERTISEMENT
Pendahuluan
Konsumerisme belakangan ini telah menjadi gaya hidup yang sangat mempengaruhi kehidupan anak muda, terkhusus pada kalangan pelajar. Generasi muda kini tidak hanya mengkonsumsi barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan dasar, tetapi juga untuk mengekspresikan identitas, gaya hidup, dan status sosial mereka. Bagi banyak anak muda, konsumsi menjadi cara untuk mengikuti tren, menunjukkan kepribadian, dan bahkan membangun citra diri di media sosial.
ADVERTISEMENT
Teknologi dan media digital memainkan peran penting dalam mempercepat fenomena ini. Dengan akses yang mudah ke internet, anak muda terpapar pada berbagai iklan dan promosi yang mendorong mereka untuk terus mengikuti tren terkini. Media sosial juga menjadi platform di mana gaya hidup konsumtif dipamerkan dan dipromosikan, sehingga menumbuhkan keinginan untuk memiliki barang-barang yang diidolakan oleh tokoh-tokoh populer.
Konsumerisme di kalangan anak muda memiliki dampak yang kompleks, baik positif maupun negatif. Dari sisi positif, budaya konsumsi telah mendorong anak muda untuk lebih kreatif dan inovatif. Mereka tidak hanya menjadi konsumen, tetapi juga sering kali menjadi produsen konten atau pelaku usaha baru yang menjual produk melalui platform digital. Selain itu, meningkatnya pilihan barang dan layanan yang dapat diakses dengan mudah memberi kebebasan bagi anak muda untuk menentukan apa yang paling sesuai dengan kebutuhan dan preferensi mereka.
ADVERTISEMENT
Namun, di sisi lain, konsumerisme yang berlebihan dapat membawa dampak negatif yang signifikan. Anak muda seringkali terjebak dalam siklus konsumsi yang didorong oleh tren yang terus berubah, sehingga menyebabkan perilaku konsumtif yang tidak sehat. Selain itu, tekanan sosial untuk selalu memiliki barang terbaru atau mengikuti gaya hidup tertentu dapat menyebabkan stres dan ketidakpuasan. Dari sudut pandang lingkungan, konsumerisme yang tidak terkendali juga berkontribusi pada peningkatan limbah dan penggunaan sumber daya alam yang tidak berkelanjutan. Artikel ini akan membahas lebih dalam tentang bagaimana konsumerisme berdampak pada gaya hidup anak muda serta mengapa penting bagi mereka untuk mengelola pola konsumsi secara lebih cerdas dan bijak.
Kondisi Pelajar SMA Tentang Konsumerisme di Masa Sekarang
ADVERTISEMENT
Kondisi siswa dalam menghadapi konsumerisme di masa sekarang sangat dipengaruhi oleh perkembangan teknologi, media sosial, dan tekanan sosial. beberapa faktor yang memengaruhi fenomena ini:
ADVERTISEMENT
Data Survei Yang Sudah di Kumpulkan di Lapangan
Berdasarkan data survei lapangan yang melibatkan 36 murid kelas XII F terdiri dari 24 perempuan dan 12 laki-laki, di sekolah SMA Negeri 3 Samarinda, berikut ini merupakan kesimpulan data dari temuan mengenai pengaruh konsumerisme terhadap prefemsi fashion siswa :
ADVERTISEMENT
Kesimpulan dari data diatas, menunjukan bahwa tren media sosial dan influencer memengaruhi sebagian besar siswa, terutama dalam preferensi fashion mereka. Faktor kualitas dan tren desain lebih mempengaruhi keputusan pembelian daripada harga. Diskon dan promosi juga cukup efektif dalam mendorong pembelian. Meskipun sebagian besar siswa tidak merasa perlu selalu mengikuti tren, perempuan lebih cenderung mengganti pakaian demi tren dibandingkan laki-laki.
Upaya Yang Akan di Lakukan
Di balik harga yang murah dan koleksi yang cepat berganti, terdapat dampak lingkungan dan sosial yang serius dari industri fast fashion. Industri fast fashion menjadi penyumbang besar limbah tekstil, polusi air, dan emisi karbon, serta kerap dikaitkan dengan kondisi kerja yang tidak adil di negara-negara berkembang. Mengurangi konsumerisme dalam fast fashion tidak hanya menjadi tanggung jawab individu, tetapi juga merupakan langkah kolektif untuk menciptakan perubahan. Berikut adalah beberapa upaya yang bisa dilakukan untuk mengurangi konsumerisme fast fashion.
ADVERTISEMENT
Kesimpulan
Konsumerisme dikalangan remaja, khususnya pada kalangan pelajar SMA sangat dipengaruhi oleh media sosial, tekanan sosial, serta kemudahan dalam mengakses fasilitas pembayaran. Tren yang dipopulerkan oleh para influencer di media sosial menjadi salah satu faktor pendorong utama dalam pengambilan keputusan oleh kaum pelajar SMA ini dalam membeli barang, terutama pakaian, hal ini disebabkan banyak dari kalangan pelajar SMA cenderung menghubungkan gaya hidup dan identitas diri dengan produk-produk yang sedang trending. Meski dalam konsumsi barang-barang ini dapat mendorong kreativitas dan inovasi, namun dampak negatif yang diberikan juga cukup signifikan. Tekanan sosial dalam mengikuti tren ini sendiri menyebabkan perilaku konsumtif yang tak sehat di kalangan pelajar, serta bisa berdampak pada aspek finansial dan psikologis. Selain dampak-dampak kebiasaan belanja yang berlebihan, ini juga berkontribusi pada masalah lingkungan akibat peningkatan limbah dan penggunaan sumber daya alam secara berlebihan, terutama dalam industri fast fashion.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu, upaya dalam mengurangi budaya konsumerisme di kalangan pelajar ini sangat penting. Dengan adanya edukasi tentang dampak negatif fast fashion dan mulai beralih ke merek yang berkelanjutan, serta mengurangi belanja impulsif, ini merupakan langkah-langkah yang diambil untuk mendorong gaya hidup yang lebih bijak dan berkelanjutan. Dengan melakukan sosialisasi ini, diharapkan anak muda dapat mengelola pola konsumsi mereka dengan lebih cerdas terkhusus pada pelajar SMA dan sosialisasi ini diharapkan dapat mendukung keberlanjutan lingkungan.