Konten dari Pengguna

Hari Ibu Bukan Sekedar Perayaan

Muh Faishal Nur Kamal, SST
Statistisi Ahli Pertama di Badan Pusat Statistik
26 Desember 2022 16:04 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muh Faishal Nur Kamal, SST tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Seorang ibu sedang menggendong anaknya. Sumber ilustrasi: Freepik/fwstudio
zoom-in-whitePerbesar
Seorang ibu sedang menggendong anaknya. Sumber ilustrasi: Freepik/fwstudio

Peringatan Hari Ibu

ADVERTISEMENT
Hari Ibu diperingati setiap tanggal 22 Desember di Indonesia. Menurut sejarah, Hari Ibu bermula pada saat para pejuang wanita Indonesia dari pulau Jawa dan Sumatera saling berkumpul di Yogyakarta pada tanggal 22-25 Desember tahun 1928 untuk mengadakan Kongres Perempuan Indonesia I. Kongres tersebut membahas isu penting terkait kemajuan Indonesia khususnya kaum perempuan. Selalu dirayakan setiap tahun, bagaimana kemajuan kaum perempuan dalam satu dekade terakhir?
ADVERTISEMENT

Kemajuan yang Diperoleh Kaum Perempuan

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), partisipasi kaum perempuan usia 15 tahun ke atas dalam mengenyam bangku pendidikan menunjukan kemajuan yang cukup pesat. Dalam satu dekade terakhir, tercatat persentase perempuan yang tidak/belum pernah bersekolah atau belum tamat SD mengalami penurunan. Persentasenya menurun dari 23,09 persen pada tahun 2012 menjadi 14,26 persen pada tahun 2022. Jika dibandingkan dengan laki-laki, memang lebih sedikit laki-laki yang tidak/belum pernah bersekolah atau belum tamat SD, selisihnya sebesar 6,63 persen pada tahun 2012. Namun pada tahun 2022, selisihnya mengecil menjadi hanya 3,52 persen.
Masih dari sumber data yang sama, diketahui bahwa persentase penduduk perempuan yang buta huruf pada tahun 2022 sebesar 4,32 persen, turun hampir setengahnya dari tahun 2012 yang mencapai 8,31 persen. Pun jika dibandingkan dengan penduduk laki-laki, meskipun lebih banyak perempuan yang buta huruf, tetapi selisih persentase keduanya juga menurun dari 4,59 persen menjadi 1,95 persen selama satu dekade terakhir.
ADVERTISEMENT
Angka harapan hidup perempuan dalam satu dekade terakhir juga mengalami peningkatan. Berdasarkan data BPS pada tahun 2012, rata-rata seorang perempuan dapat hidup hingga berusia 72,22 tahun. Data terakhir menunjukkan pada tahun 2021, rata-rata nya meningkat menjadi 73,55 tahun. Jika dibandingkan dengan laki-laki, selama satu dekade terakhir angka harapan hidup perempuan selalu lebih tinggi daripada kaum laki-laki.
Kini perempuan pun kian banyak yang menduduki posisi/jabatan strategis baik di pemerintahan maupun swasta. Pada tahun 2012 tercatat sebanyak 18,04 persen dari seluruh anggota parlemen adalah berjenis kelamin perempuan, persentasenya meningkat menjadi 21,89 persen pada tahun 2021. Selain itu, jumlah tenaga profesional dari kalangan perempuan juga hampir menyamai laki-laki. Tercatat persentase tenaga profesional berjenis kelamin perempuan pada tahun 2021 adalah sebesar 49,99 persen, angka tersebut meningkat dibandingkan satu dekade yang lalu sebesar 45,22 persen pada tahun 2012. Disamping itu, sumbangan pendapatan perempuan terhadap keseluruhan pendapatan pada tahun 2021 mencapai 37,22 persen, persentasenya meningkat dari tahun 2012 yang sebesar 34,70 persen.
ADVERTISEMENT

Ancaman yang Masih Menghantui Kaum Perempuan

Jika diperhatikan banyak kemajuan yang diperoleh oleh kaum perempuan selama satu dekade terakhir. Namun, bayang-bayang ancaman terhadap perempuan masih menghantui, utamanya adalah kekerasan terhadap perempuan. BPS dan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) mencatat pada tahun 2016 sebanyak 4,66 persen perempuan menjadi korban kekerasan seksual, sayangnya persentase tersebut meningkat pada tahun 2021 menjadi 5,23 persen. Catatan Komnas Perempuan pada tahun 2020 juga menunjukan terdapat 299.911 kasus kekerasan terhadap perempuan yang dilaporkan sebagai pelanggaran HAM, hanya 291.677 kasus yang diproses. Dengan kata lain 8.234 masih belum terselesaikan. Hal ini masih menjadi pekerjaan rumah bagi kita yang masih perlu dituntaskan.
Perempuan merupakan tulang punggung generasi bangsa. Tanpanya tidak akan lahir pembesar-pembesar bangsa dan penerus-penerusnya kelak di masa yang akan datang. Peringatan Hari Ibu seyogyanya menjadi momen refleksi bagi kita, sudahkah kita memberikan ruang yang layak bagi mereka untuk berkarya, untuk merasa aman, dan untuk merasa dihargai. Setidaknya jangan jadikan hari Ibu sebagai ajang perayaan saja yang setelah berganti hari menjadi usang dan ditinggalkan untuk dirayakan kembali di tahun-tahun yang akan datang. Perlu langkah konkrit untuk melindungi kaum perempuan, untuk memajukan kaum perempuan. Kita perlu menyadari dan menyetujui bahwa setiap hari adalah hari ibu, setiap hari adalah hari bagi perempuan untuk bisa lebih maju dan jauh dari penindasan serta kekerasan. Mari bahu membahu mewujudkan itu. Selamat hari ibu dari Jl. Dr. Sutomo No 6-8. Merdeka melaksanakan dharma.
ADVERTISEMENT