Konten dari Pengguna

Mantra Sang Pahlawan Kehidupan

Muhammad Fajar Algiffari
Pendidik Bahasa Indonesia di SMPN 15 Kota Bandung
28 Desember 2021 11:14 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Fajar Algiffari tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ibu Pahlawan Kehidupan
zoom-in-whitePerbesar
Ibu Pahlawan Kehidupan
ADVERTISEMENT
Traaang... (suara gelas pecah)
"Dedeee! Kebiasaan, deh. Kamu selalu saja ceroboh, kalau bukan gelas yang pecah, ya piringlah, ya handphone-lah, ya diri kamu sendirilah, apapun! Sana, jauh-jauh dulu takut kamu injak pecahan gelasnya. Biar Mamah saja yang bersihkan." Seru Mamah sambil memarahiku, tetapi tetap melindungiku.
ADVERTISEMENT
Aku, si yang tiada hari tanpa insiden. Aku, si yang tiada hari tanpa mendengar omelan dari Mamah. Aku, si yang tiada hari tanpa meminta kata maaf.
"Maaf, Mah." Kataku.
--
Bagiku, dengan kehadiran ataupun tanpa kehadiran mamah secara fisik, tetapi secara batin ia selalu hadir dalam otakku, hatiku, dan mulutku. Pernah suatu malam ketika aku sedang cemas sekali karena esok paginya aku harus sidang skripsi, kata mamah-lah yang selalu keluar dari mulutku.
"(Sembari menitikan air mata) Mah, aduh, Mah. Tolong Dede, Mah. Bagaimana besok Dede sidang, ya, Mah? Dede takut dimarahin sama pembimbing dan pengujinya, Mah. Dede takut ga lulus, Mah." Suara dalam hatiku.
Esok hari telah tiba, segala hal sudah aku persiapkan untuk sidang. Aku membaca kembali skripsiku yang tebalnya sekitar 4 cm sembari menunggu giliran dipanggil oleh penguji. Ya, mulutku mengucap kata mamah. Pada akhirnya, dengan salah satu kekuatan doa dari mamah, semua berjalan dengan lancar, aku pun mendapat nilai IPK yang sangat memuaskan, cumlaude pula. Alhamdulillah.
ADVERTISEMENT
--
Setiap aku sakit, apapun itu, obat penahan sakitku adalah selalu mengucap istighfar dan kata mamah. Sampai-sampai Bapak mengatakan, "Dasar anak mamah, selalu aja Mamah yang dipanggil. Bapak mah enggak dipanggil-panggil, padahal Bapak ada di sebelah kamu."
"Hehe.. Ya habis, sakit, Pak." Kataku sembari meringis kesakitan.
--
Mah, apa kabar? Sudah dua minggu aku tidak bertemu denganmu, semenjak aku sudah sah menjadi seorang suami dari seorang istri yang cantik sepertimu, hehe.
Mah, terima kasih atas segala hal kebaikan yang tiada hentinya kau berikan padaku. Terima kasih selalu menjadi penyelamat hidupku. Sungguh, Mah, perlindunganmu sangat terasa meskipun kita sedang tidak bertatap.
Maafkan anakmu ini ya, Mah. Aku selalu merepotkanmu. Aku selalu membuat telinganmu terasa panas, karena aku yang selalu saja mengucapkan kata mamah setiap aku sedang tidak baik-baik saja.
ADVERTISEMENT
Bagiku, setiap hari adalah Hari Ibu. So, I love you, Mah.