Kepastian vs Kebahagiaan Batin, Meninggalkan Sekolah Kedinasan demi Kuliah

muhammad fajrul
Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Konten dari Pengguna
14 Januari 2021 14:42 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari muhammad fajrul tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Andi Muh Muflih pada saat pemetaan psikotes catar Akpol, caba Bintara Polri,capra IPDN, catar Poltekim, catar ATKP oleh Bimbel Bibit di Hotel LA'RIZ Wthree, Makassar, Sulawesi Selatan (@bimbelbibit)
Andi Muh Muflih adalah seorang mahasiswa yang kini berkuliah di Universitas Parahyangan. Muflih dulunya ingin melanjutkan studinya di Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN). Namun angan itu sirna akibat pandemi Coronavirus disease (COVID-19).
ADVERTISEMENT
“ Sebenarnya ada perasaan sedih maupun senang dengan kejadian ini, disisi lain sedih karena belum mampu menjadi apa yang keluarga inginkan tetapi disatu sisi saya bahagia karena itu bukan kemauan saya untuk melanjutkan studi di Institusi Kedinasan,” Ujar Muflih, saat wawancara di kediamannya, Selasa (27/10).
Muflih kemudian bercerita, awal mula ia dituntut untuk melanjutkan studinya di Institusi kedinasan karena keinginannya untuk berkuliah di Bandung khususnya di Universitas Padjajaran. Namun kemudian keluarganya menyuruh Muflih untuk melanjutkan studinya di IPDN karena menurut keluarganya dizaman sekarang ini kita harus memikir taktis karena tidak ada yang dapat menjamin masa depan yang baik.
Pada akhirnya Muflih harus mengikuti keinginan keluarganya dan mulai mempersiapkan segala sesuatu untuk mengikuti tes. Mulai dari persiapan fisik,mental dan yang pastinya pengetahuan.
ADVERTISEMENT
“Sebenarnya mau dibilang terpaksa juga tidak tapi mau dibilang niat tidak juga, ikutin arus aja kalau memang rejeki alhamdulillah kalau tidak pasti ada hikmahnnya,” Katanya
DItahun pertamanya mengikuti ujian masuk IPDN,Muflih harus gugur di tes psikologi. Hal tersebut membuatnya sedih namun dengan saran dan usulan keluarga dan teman akhirnya Muflih memilih menganggur setahun untuk lebih mempersiapkan lagi dengan matang.
“Ketika lihat pengumuman nama saya tidak ada perasaan saya pada saat itu bisa dibilang sedih sih, karena meskipun bukan minat saya tetapi perjuangannya itu yang bikin sedih,” Katanya.
Namun dikemudian hari ia merasa tersiksa Muflih merasa kalau memang minat dan bakatnya tidak berada di sekolah kedinasan melainkan kuliah pada umumnya khususnya dibidang seni dan musik.
ADVERTISEMENT
Menurutnya, sangat sulit jika terlalu memaksakan segala sesuatu yang tidak diinginkan. Muflih merasa kalau ia harus mengejar apa yang sebenarnya ia kehendaki meskipun menurutnya dengan bersekolah di intitusi kedinasan membuat masa depannya lebih pasti.
“ Sebenarnya tergantung dari kita saja mau jadi apa di Dunia ini, mau kepastian yang tidak diinginkan atau kebahagiaan batin tetapi menurut keluargnya uang adalah segalanya,” Katanya.
“ Saya percaya uang adalah segalanya tetapi bukan satu-satunya, saya mau mendapatkan materi dan juga kebahagiaan batin, mending saya jatuh lalu bangkit lagi sekarang daripada harus berada di lubang yang sama” Lanjutnya.
Muflih kemudian bercerita, kalau pada saat itu adalah salah satu titik terendah dalam hidupnya karena sudah tidak tahu harus melanjutkan studinya dimana. Muflih telah mendaftar lebih dari 5 kampus negeri maupun swasta tetapi belum ada yang diterima.
ADVERTISEMENT
“Yah pada saat itu rasanya sedih sekali dan sudah putus asa karena uang sudah habis buat biaya pendaftaran tetapi belum ada juga kampus yang mau menerima” Katanya.
“Malu juga sama keluarga karena saya merasa telah meninggalkan sebuah kepastian untuk sebuah kebahagiaan batin saya sendiri,” Ujarnya.
Dan pada akhirnya, Muflih mampu lulus di Universitas Parahyangan Jurusan Ilmu Hukum. Menurutnya yang terpenting adalah bahagia dalam menjalaninya bukan hanya kepastian akan jaminan masa depan.
“ Karena kepastian tidak menjamin kebahagiaan dan kebahagiaan tidak menjamin kepastian, semua itu komplikasi dan kembali pada diri kita masing-masing,” Ujarnya.
“Pada intinya seperti yang biasa dibilang orang, yang harus dilakukan adalah bangun dari mimpi, hadapi dunia, dan hantam balik semua yang meremehkanmu,” Lanjutnya.
ADVERTISEMENT