Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Dampak Kehadiran Pemain Eropa di NBA bagi Basket Amerika: Untung atau Rugi?
23 Februari 2021 13:01 WIB
Tulisan dari Muhammad Farhan Atmawinanda tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
NBA pada tahun ini sudah menjalani musim ke-75. Seiring berjalannya waktu, semakin banyak tim NBA yang menjadikan pemain Eropa sebagai andalan dan wajah utama franchise mereka. Terbaru, Nama-nama seperti Giannis Antetokounmpo (Yunani), Luka Doncic (Serbia), dan Nikola Jokic (Serbia) tampil dominan bagi tim masing-masing dan semakin menyita perhatian pecinta basket dari penjuru dunia. Mereka perlahan mulai diarahkan dan dipromosikan menjadi wajah utama NBA.
ADVERTISEMENT
Selain tiga nama tersebut, beberapa talenta eropa lain juga mampu tampil apik musim ini, sebut saja Nikola Vucevic (Montenegro) yang menjadi andalan Orlando Magic, Denis Schroder yang konsisten mengisi barisan starter LA Lakers, Domantas Sabonis (Lithuania) yang membawa Indiana Pacers menjadi kuda hitam di Eastern Conference, dan duo Rudy Gobert (Prancis)-Bojan Bogdanovic (Kroasia) yang mampu membawa Utah Jazz memimpin klasemen sementara wilayah barat.
Mereka seolah-olah melanjutkan legacy pemain-pemain Eropa sebelumnya; seperti Dirk Nowitzki (Jerman), Toni Kukoc (Kroasia), Pau Gasol (Spanyol), dan Tony Parker (Prancis); yang namanya sudah terpahat dalam buku sejarah NBA dan ikut berperan penting bagi kemajuan tim dan NBA secara keseluruhan hingga mampu mencapai titik saat ini. NBA diketahui sebagai liga basket terbaik di dunia dengan nilai entertainment terbaik.
ADVERTISEMENT
Kehadiran talenta-talenta benua biru tersebut di NBA sudah menjadi hal yang tak terhindarkan. Tak hanya berperan penting mendongkrak performa tim, mereka juga sangat penting bagi pemasaran pengembangan NBA ke wilayah lain selain Amerika, terutama Eropa. Kehadiran mereka di NBA membawa arti nilai "NBA untuk semua, bukan hanya untuk Amerika". Secara spesifik, mereka juga terbukti mampu mendorong pertumbuhan penonton di benua Eropa.
Rory Carroll seperti yang dilansir dalam Reuters melaporkan bahwa penonton NBA di Eropa tumbuh 15 persen dibandingkan tahun lalu. Hal tersebut juga bisa dilihat dari jumlah subscription layanan siaran NBA; NBA League Pass; secara internasional. Layanan tersebut telah terdaftar di 200 negara. Di Eropa, Kerja sama multi-year antara NBA dan platform smart-TV Vidaa, juga mampu mendorong pertumbuhan penonton.
ADVERTISEMENT
Di artikel yang sama, Matt Brabants, wakil presiden senior NBA dibidang distribusi media dan konten Global menjelaskan bahwa ketertarikan penonton Eropa menyaksikan pertandingan NBA salah satunya karena ingin melihat aksi pemegang MVP dua tahun terakhir, Giannis; talenta muda Slovenia, Luka Doncic; dan center flamboyan Denver Nuggets, Nikola Jokic. Jokic sudah membuat penonton NBA di Serbia naik 200 persen tahun ini. Sementara itu, selain di Serbia, NBA mencatat pertumbuhan yang bagus di Inggris (naik 72 persen), Italia (naik 32 persen), dan Spanyol (naik 17 persen).
"Kami sangat senang dengan pertumbuhan penonton Eropa. Tahun lalu, kami mulai merasakan pertumbuhan itu. Tapi kemudian, naik signifikan tahun ini. Saya rasa, itu karena pemain-pemain Eropa juga tampil luar biasa di liga." ia menambahkan.
ADVERTISEMENT
Dari segi pemasaran, kehadiran pemain-pemain Eropa memang terbukti berdampak positif bagi pengembangan NBA. Namun bagaimana dengan perkembangan basket Amerika secara umum? Kehadiran pemain asal Eropa ini apakah hanya menghasilkan dampak positif saja?
Jika dicermati secara logis, minat tim-tim NBA yang sekarang mulai membuka mata terhadap talenta-talenta eropa secara pararel mungkin akan mengurangi minat mereka untuk merekrut talenta lokal. Talenta Eropa yang memiliki skill-set yang tak kalah dengan talenta lokal bahkan dinilai lebih menjanjikan karena dapat melambungkan nilai jual franchise mereka dimata internasional tidak hanya di Amerika. NBA disisi yang sama justru dimasa depan akan mengarahkan tim-tim NBA untuk memberikan kesempatan bermain kepada talenta-talenta dari luar Amerika demi kepentingan pemasaran mereka di negara lain.
ADVERTISEMENT
Dari sisi waktu bermain, mainnya pemain-pemain eropa ini bagi suatu NBA secara bersamaan akan mengurangi waktu bermain pemain-pemain asal Amerika. Apalagi jika ternyata pemain-pemain Eropa tersebut mampu tampil ciamik dan menjadi andalan suatu tim. Hampir dipastikan spotlight penonton dan media, khususnya dari luar Amerika, perlahan akan berpaling dari pebasket lokal.
Hal tersebut sebenarnya sudah terjadi dan dapat pada lihat realitasnya. Bintang-bintang NBA dari eropa tampil mumpuni dan berperan sangat penting bagi kesuksesan timnya. Perlahan namun pasti, mereka bisa saja menguasai NBA dan mengalahkan dominasi talenta-talenta hebat asli Amerika.
Giannis tampil dominan dengan dua gelar MVP pada dua tahun terakhir yang diraihnya. Doncic digadang-gadang bisa menjadi salah satu talenta basket terbaik yang pernah ada dan mulai coba diperkenalkan sebagai wajah utama oleh NBA, meneruskan legacy turun temurun Michael Jordan, Kobe Bryant, dan Lebron James.
ADVERTISEMENT
Gobert, Jokic, Vucinic menjelma menjadi salah satu center terbaik di liga. Gobert yang mampu memenangi gelar defensive player of the year dua kali berturut-turut pada tahun 2018 dan 2019 selalu dominan dalam statistik rebound pada tiga tahun terakhir. Jokic sejak tahun lalu sudah meledak dengan mampu membawa Denver Nuggets tampil mengejutkan dan tembus sampai final wilayah barat. Musim ini ia semakin baik dengan konsisten mencetak triple double dan masuk dalam perbincangan calon MVP. Vucinic juga mampu tampil dominan sebagai center serbabisa dan mampu membawa timnya Orlando Magic tetap kompetitif walau didera badai cedera pemain.
Ditengah bersinarnya center-center dari Eropa tersebut, center asli Amerika perlahan namun pasti mulai kalah saing. Talenta muda Jarret Allen dan Myles Turner jelas masih memerlukan waktu tanding lebih, saat ini mereka belum terlalu kompetitif untuk mendominasi liga. Nama-nama senior seperti Dwight Howard dan Demarcus Cousin pun sudah tidak relevan lagi dalam perbincangan center terbaik di liga.
Dominasi-dominasi pebasket Amerika juga perlahan berkurang pada nominasi atau voting pemain-pemain pada laga All-Star yang dilakukan fans. Perlahan, fans mulai melirik dan memfavoritkan talenta-talenta dari luar Amerika. Pada musim ini, 5 dari 10 pemain yang akan mengisi barisan starter pada laga All Star berasal dari luar Amerika dengan 3 diantaranya berasal dari Eropa (Jokic, Doncic, Gianis). Terpilihnya Doncic bahkan membuktikan bahwa dirinya memiliki popularitas yang sangat tinggi, ia bahkan mampu mengalahkan talenta lokal, Damian Lillard dalam voting fans.
ADVERTISEMENT
Kemunculan para bintang basket eropa dan negara lain di NBA yang kini mulai mengancam popularitas para pebasket Amerika sejatinya sempat diprediksi oleh Shaquille O’neal. Seperti dilansir Washington Post , O’neal mengakui talenta muda dari Eropa sudah dibekali latihan yang lebih serius daripada di AS yang cenderung bermain tidak teratur.
“Di sana, mereka berlatih fundamental. Di sini, kita bergantung pada talenta, kemampuan melompat, menembak bola, dan berlari. Orang-orang Eropa selalu seperti itu berbasis kurikulum, Doncic salah satu bukti hasil produk yang terlihat sangat baik,” kata O’neal.
Talenta-talenta muda Eropa sejak usia remaja memang biasanya punya langkah awal dengan masuk ke liga profesional, bukan hanya fokus untuk masuk kuliah dan mendapatkan beasiswa olahraga seperti di Amerika. Di kasus Doncic, bahkan sejak SMA dia sudah bergabung secara profesional dengan Real Madrid. Dan dengan pengalaman itu, mereka berada satu langkah di depan dibandingkan dengan calon atlet basket masa depan di Amerika.
ADVERTISEMENT
Diajang internasional, perlahan namun pasti, dominasi Amerika juga berkurang. Di ajang Piala Dunia Basket 2019, Amerika menorehkan hasil terburuk sepanjang sejarah keikutsertaan mereka di turnamen internasional (Piala Dunia dan Olimpiade). Mereka terhenti di babak perempatfinal setelah kalah dari Prancis. Amerika boleh saja memiliki segudang alasan yang memang relevan pada saat itu; mulai dari absennya sejumlah pemain bintang, keputusan tim untuk menurunkan tim lapis dua yang diisi pemain muda dan pemain-pemain "kelas dua" di sepanjang turnamen, hingga kurangnya waktu latihan adalah beberapa diantaranya. Tetapi tetap saja, perkembangan kemampuan pemain basket dari benua Eropa dan negara-negara lain memang cukup pesat dan tak bisa dipandang sebelah mata.
Ketika Milwaukee Bucks berhadapan dengan Lakers pada 20 Desember 2019 lalu, Giannis sempat melakukan selebrasi ikonik setelah berhasil memasukkan sebuah tembakkan tiga angka. Ia berlari sembari melakukan gesture seolah sedang memakai mahkota raja. Selebrasi tersebut viral dan terus dikenang serta diperbincangkan fans. Gesture tersebut seolah-olah menjadi seremonial bahwa "mahkota raja " yang dimiliki pemain terbaik NBA pada saat ini Lebron James atau King James akan berpindah ke Gianis. Secara umum juga bisa menandakan dominasi talenta basket Amerika perlahan akan berkurang dan beralih ke talenta-talenta lain di belahan dunia lain.
Terlepas dari bagaimana kebenarannya nanti, yang jelas ancaman dari para pemain asing terhadap perbasketan AS itu memang ada. Amerika mungkin masih menjadi Amerika, negara adidaya dalam dunia basket, tak akan kehabisan talenta basket walau bagaimanapun juga. Tapi lama kelamaan, kita bisa melihat bahwa perkembangan olahraga basket secara umum akan lebih baik dan peta kekuatan basket akan lebih merata.
ADVERTISEMENT
Pemain-pemain Eropa dalam hal ini memang terbukti mampu meningkatkan perkembangan NBA dimata penikmat basket internasional dan mampu mengembangkan olahraga basket itu sendiri sehingga olahraga basket sekarang bisa menjadi lebih merata menyentuh negara-negara lain.